Wirausaha Sebagai Siasat Perang Melawan Kemiskinan

Muhammad Meggi Octavira, ST

Bengkulutoday.com - Salah satu momen besar di Indonesia pada bulan November adalah hari pahlawan yang jatuh pada 10 November. Mengutip situs Kementerian Sosial, alasan mengapa tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan karena pada 10 November 1945, terjadi pertempuran besar antara tentara Indonesia dan pasukan Inggris. Pertempuran itu merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pertempuran itu menjadi pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Hal itu menjadi simbol nasional perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Pada tahun ini, hari pahlawan diperingati dengan tema “Pahlawanku, Inspirasiku”. Hal ini memang sudah sepatutnya, karena memang pada kenyataannya perjuangan belumlah usai.

Saat ini, perjuangan telah bergeser bentuknya. Jika dahulu perjuangan dilakukan dengan mengangkat senjata, maka perjuangan sekarang dilakukan guna melawan permasalahan bangsa, seperti kemiskinan, bencana alam, narkoba, paham-paham radikal serta perjuangan melawan pandemi Covid-19. Seperti dikatakan salah satu pahlawan Indonesia, Ir. Soekarno yaitu, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri." Ya, kita mempunyai banyak PR besar yang perlu kita perangi, salah satunya yaitu kemiskinan.
Mengatasi kemiskinan dan ketimpangan masih menjadi masalah utama masyarakat Indonesia sehingga memerlukan tingginya pertumbuhan ekonomi yang memiliki kualitas, terlebih saat ini sedang dihadapkan dengan permasalahan pandemi Covid-19 yang sudah pasti menghambat pembangunan ekonomi. Persoalan kemiskinan telah menjadi warisan kolonial hingga 75 tahun Indonesia merdeka. Padahal negara ini kaya akan sumber daya alam dan manusia. Sayangnya, sumber daya manusia yang ada kurang didukung dengan kompetensi, pengetahuan, skill, dan kemampuan dan tentunya kurangnya lapangan pekerjaan yang berdampak pada jumlah pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Bengkulu per Agustus 2021 sebesar 3,65 persen. Penduduk yang bekerja mengalami penurunan sebanyak 21.640 orang dari Februari 2021.

Kurangnya lapangan pekerjaan ini dapat disiasati dengan kewirausahaan. Berwirausaha menjadi pilihan strategis terutama bagi para milenial Indonesia di tengah kondisi bonus demografi seperti saat ini. Dengan berwirausaha, masyarakat dapat menciptakan sendiri lapangan pekerjaan untuk mereka dan untuk orang lain. Dengan demikian angka pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Meningkatnya pendapatan masyarakat tentunya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan angka kemiskinan. Faktanya, wirausaha atau enterpreneur merupakan tulang punggung penting dalam pembangunan negara. Syarat menjadi negara maju ialah memiliki pengusaha minimal 2% dari total populasi. Karena selain keuntungan-keuntungan di atas, berkembangnya pengusaha lokal Indonesia akan memperkuat kebutuhan domestik, sehingga dalam jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negeri.

Rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru 3,47 persen, padahal rasio kewirausahaan nasional Indonesia ditargetkan sebesar 3,55 persen pada tahun ini dan mencapai 3,9 persen di tahun 2024. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan rasio kewirausahaan nasional salah satunya melalui program pengembangan wirausaha muda milenial. Selain itu, pemerintah juga tengah menyusun Rancangan Perpres Pengembangan Kewirausahaan Nasional sekaligus turunan dari UU Cipta Kerja dan PP No 7/2021. Upaya pemerintah dalam mendorong masyarakat untuk menjadi wirausaha ini tentunya membutuhkan dukungan dari kita semua. Melalui kerjasama yang baik dari seluruh pihak akan memungkinkan kita untuk meningkatkan rasio kewirausahaan nasional Indonesia dan tentunya membantu kita memenangkan peperangan melawan kemiskinan di Indonesia.

Oleh: Muhammad Meggi Octavira, ST