Kaur, Bengkulutoday.com - Istilah malam nujuh likur (Menyambut malam ke 27 Ramadhan) bagi Warga Padang Guci Kabupaten Kaur dapat diyakini malam yang penuh barokah. Sebab, bagi keyakinan warga setempat pada malam tersebut, seluruh arwah sanak saudara yang sudah meninggal diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk melihat kondisi keluarganya yang masih hidup.
Menariknya, dalam penyambutan tersebut, ditandai dengan membakar tempurung kelapa yang sudah kering. Dengan cara ditusuk dan disusun seperti tusuk sate.
"Ini tradisi orang kami yang dilakukan setiap penyambut malam 27 ramadhan. Karena kami yakin arwah para keluarga bisa ikut kumpul," ungkap dalam akun facebook atas nama Ersyad Giwan Dono warga Padang Guci itu, Jumat (01/07/2016).
Tradisi tersebut bersifat turun temurun. Sehingga menjadi kebiasaan yang harus dilakukan setiap tahunnya. Hampir seluruh warga yang melaksanakan tradisi tersebut, sehingga membuat suasana semakin meriah.
"Hampir seluruh rumah warga membakar tempurung. Sehingga terasa ada kebersamaan," cetusnya lagi di akun facebooknya. (Ar)