Pulihkan Trauma Anak-Anak Pasca Bencana, GMKI dan Komunitas Bentuk Relawan

Upaya relawan untuk mengurani traumatik anak-anak usia sekolah di Bengkulu Tengah

Bengkulutoday.com -  Merespon bencana banjir dan longsor di Bengkulu, belasan mahasiswa dan pemuda membentuk relawan bencana banjir Bengkulu. Mereka merupakan gabungan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bengkulu, Garda Solidaritas Muda (GSM), Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) dan Gereja kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Seluma.

Kelompok gabungan ini membuka posko di dua titik lokasi terdampak banjir yang ada di Kota Bengkulu yakni di Kelurahan Bentiring Permai dan Bengkulu Tengah di Desa Genting, salah satu desa yang terdampak banjir paling parah.

"Beberapa hari ini kami membuka kelas bagi anak-anak, khususnya pelajar sekolah dasar dan menengah pertama untuk mengalihkan perhatian mereka dari bencana yang saat ini melanda, dan kita juga membagikan berupa alat tulis belajar, baju sekolah dan Sembako," kata Purwanto Pasaribu, ketua bidang aksi dan pelayanan GMKI Cabang Bengkulu, Minggu (5/5/2019).

Ia mengatakan kelas belajar yang di ikuti 40 orang anak-anak tersebut diisi dengan kegiatan menggambar dan membaca buku cerita.

Menurut purwanto, anak-anak di desa itu perlu diajak beraktifitas seperti biasa untuk mengobati trauma mereka dari bencana banjir yang merendam hampir seluruh rumah di desa itu. Banjir yang melanda wilayah Bengkulu Tengah khususnya di Kecamatan Bang Haji di akibatkan meluapnya Sungai Lemau yang berada tepat di desa.

Sementara menurut Benjamin Netanyahu, Direktur Utama Garda Solidaritas Muda(GSM), sebagian warga masih bertahan di pengungsian sebab rumah mereka masih dipenuhi lumpur hinggan setinggi 60 centimeter, dan hasil dari relawan ini kita akan membuat kajian dan penelitian dari dampak banjir ini.

"Perlu waktu beberapa hari lagi untuk mengeluarkan semua lumpur dari rumah warga ditambah lagi mereka perlu pemulihan psikologi untuk kembali ke rumah," ucapnya.

Untuk diketahui, banjir dan longsor yang melanda 8 daerah di Provinsi Bengkulu pada Jumat 26 April 2019 telah mengakibatkan berbagai kerugian baik materi maupun non materi. Tercatat, sebanyak 24 orang dilaporkan meninggal dunia dan 4 lagi masih dinyatakan hilang. 

Pemerintah Provinsi Bengkulu sejak 3 Mei 2019 mencabut status masa tanggap darurat bencana dan beralih ke status transisi dan pemulihan. Selain itu, untuk pencarian korban hilang, tim SAR juga telah menghentikannya sejak Minggu 5 Mei 2019.

[brm/rls]