Perilaku Pandemi, Ternyata Begini

Prientananda Ghina Salsabila, BPS Kabupaten Mukomuko

Oleh: Prientananda Ghina Salsabila, BPS Kabupaten Mukomuko


Bengkulutoday.com - Situasi pandemi yang menghimpit ruang gerak memaksa masyarakat untuk memutar otak guna menemukan cara terbaik untuk bertahan hidup. Niscaya, terjadilah perubahan dalam banyak hal, mulai dari kebutuhan, kebiasaan, hingga anggaran bulanan. Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab, pemerintah turut mencoba menjaga nafas banyak orang dengan membentuk regulasi, misalnya PPKM.

Kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan dan wujud nyata kehadiran pemerintah melalui kebijakan ini harus bersinergi dan saling sokong. Sayangnya, realisasi dari cita-cita ideal ini justru banyak dipertanyakan. Mencoba menjawab tanda tanya tersebut, BPS mengadakan Survei Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi (SPMPMPC-19) periode 13-20 Juli 2021. Dari sini, realita masa korona dapat terbaca melalui data.

Analisis dari survei tersebut menunjukkan bahwa selama masa PPKM darurat di Provinsi Bengkulu, kendati sebagian besar responden telah mematuhi protokol kesehatan, masih terdapat 4,5 persen responden survei yang mengaku abai menggunakan masker, meskipun hanya satu lapis. Bahkan, untuk penggunaan masker dua lapis, persentase responden yang mengabaikannya mencapai 38,4 persen. Uniknya, responden yang pernah dinyatakan positif Covid-19 justru lebih mematuhi protokol kesehatan daripada yang belum pernah terpapar. Luar biasa, persentase penggunaan masker satu lapis oleh responden yang pernah terpapar bahkan mencapai 85,6 persen. Meski begitu, sangat disayangkan bahwa masih ada 7,9 persen responden terpapar yang mengaku tidak melaporkan keterpaparannya meskipun mengetahui keberadaan tempat pelaporan. Hal ini tampaknya patut dijadikan perhatian, mengingat pentingnya akurasi data kasus Covid-19 sebagai kontrol penyebaran virus.

Selain fakta tadi, ternyata responden yang sudah menjalani vaksinasi juga cenderung lebih taat protokol kesehatan daripada responden yang belum menjalani vaksinasi. Bicara tentang vaksinasi, dari survei ini tercatat sebanyak 45,4 persen responden belum melakukan vaksinasi. Dari 45,4 persen itu, 25,7 persen di antaranya beralasan belum melakukan vaksinasi karena takut efek samping dan tidak percaya efektivitas vaksin. Lagi-lagi, hal ini dapat menjadi catatan khusus baik bagi masyarakat maupun Pemerintah Provinsi Bengkulu terkait strategi pemutusan rantai penyebaran Covid-19, termasuk vaksinasi di lingkungannya.

Tidak hanya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, keberlangsungan hidup masyarakat juga ditentukan oleh keterpenuhan kebutuhan hidup. Kabar baik, berdasarkan hasil SPMPMPC-19 ini, secara umum responden mengaku pemenuhan kebutuhan pokok, obat, vitamin, masker, dan handsanitizer relatif mudah. Sayangnya, pemenuhan alat kesehatan justru dinilai masih sulit dan hanya ada 8,6 persen responden yang menilai pemenuhannya mudah. Tak heran, sebanyak 45 persen responden mengharapkan pemberian bantuan obat dan layanan kesehatan dari pemerintah supaya dapat mengurangi aktivitas keluar rumah selama PPKM.

Kembali menyinggung PPKM, kebijakan ini membuat masyarakat mau tidak mau menjadi harus lebih banyak diam di rumah. Terbukti, selama masa PPKM persentase responden yang bepergian ke luar rumah sebanyak lebih dari empat kali turun hingga 21,7 persen, sedangkan persentase responden yang tidak keluar rumah sama sekali naik hingga dua kali lipat. Pada situasi ini, sebanyak 35,5 persen responden mengaku merasa jenuh. Ternyata, kejenuhan ini lebih banyak menyerang laki-laki, sedangkan perasaan cemas, takut, dan mudah marah justru lebih banyak dialami perempuan. Fakta ini barangkali dapat menjadi sinyal bagi para bapak-bapak untuk lebih mendekatkan diri pada istri dan ikut menonton Ikatan Cinta untuk menghilangkan rasa jenuh. Lebih penting lagi, terapkanlah protokol kesehatan dengan baik untuk mengurangi kecemasan dan kemarahan istri.

Tampaknya, penerapan protokol kesehatan sudah cukup baik, namun bisa ditingkatkan. Peran pemerintah telah dirasakan, namun sentuhan lain masih diharapkan. Sebagai catatan, perlu dipahami bahwa hasil survei yang disebarkan secara berantai untuk masyarakat 17 tahun ke atas ini hanya menggambarkan kondisi responden dan tidak dapat serta merta digeneralisasi. Akhirnya, dengan tetap menyampaikan apresiasi tinggi atas seluruh kerja keras Satgas Penanganan Covid-19, informasi ini diharapkan tetap dapat menjadi bagian dari  evaluasi atau  pertimbangan kebijakan yang  akan  datang. Penggiatan vaksinasi secara  signifikan  dan optimalisasi fungsi serta aksesibilitas fasilitas dan layanan kesehatan dapat menjadi opsi langkah yang tepat. Tak lupa, edukasi dan api optimisme harus terus dihembuskan ke masyarakat, karena kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah turut menjadi kunci sejati tamatnya pandemi.