Pemanfaatan Tanaman Sebagai Pupuk Untuk Memperbaiki Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah

Tanaman sebagai pupuk

Disusun Oleh Elta sundari , Mahasiswa Program Studi Agroejoteknologi Fakultas pertanian Universitas Bengkulu, NPM E1J018002, guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bioteknologi Pertanian, Dosen Pengampu : Prof.Ir. Marulak Simarmata., M.Sc., Ph.D

Latar belakang
Dengan semakin meluasnya lahan yang terdegradasi, diantara-nya banyak disebabkan oleh merosotnya kadar bahan organik tanah (Kurnia et al., 2005), para ahli mulai menggali sumber-sumber bahan organik potensial yang bisa digunakan untuk proses pemulihan dan pengelolaan lahan. Manfaat dari bahan organik baik sebagai sumber hara (pupuk) maupun sebagai pembenah tanah (soil ameliorant) telah banyak dibuktikan, namun pada prakteknya sering terbentur pada aspek pengadaan/sumber bahan organik. Jenis pupuk organik tertua yang digunakan pada budi daya pertanian adalah pupuk hijau, yaitu pupuk organik yang berasal dari tanaman/tumbuhan atau berupa sisa panen. Bahan dari tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau segera setelah dikomposkan (FFTC, 1995).

Pupuk hijau adalah salah satu pupuk organik yang berasal dari bahan organik seperti hijauan berupa sisa panen maupun yang berasal dari penguraian sisa tanaman. Perbedaan yang dimiliki pupuk hijau organik dengan pupuk organik lainnya adalah tanaman sebagai sumber bahan organik langsung dibenamkan, dijadikan mulsa, sedangkan persamaan dengan pupuk organik lain bisa juga dikomposkan. 

Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik yang sangat potensial. Pupuk hijau organik yang berasal dari tanaman memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, selain itu pupuk hijau organik yang diberikan pada lahan pertanian tidak memiliki dampak negatif artinya tidak meninggalkan residu seperti pada pemupukan bahan kimia atau pupuk anorganik. Pupuk hijau organik yang diaplikasikan pada lahan pertanian akan membantu lingkungan mempertahankan siklus ekologinya menjadi baik. Menurut FAO (2007), pupuk hijau organik yang menggunakan paku air memiliki 93,3 % berat segarnya adalah air dan memiliki rasio C/N 18,3 yang mendekati rasio C/N tanah. Hasil-hasil penelitian pupuk hijau organik seperti paku air atau azolla dengan perlakuan lamanya pembenaman azolla kedalam tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan secara fisik memperbaiki struktur tanah dan secara biologi dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga lingkungan tanah menjadi lebih baik.

Penggunaan pupuk organik lebih ramah lingkungan., karena bahan yang digunakan merupakan bahan organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme menjadi pupuk organik tanpa mencemari tanah dan air. Pupuk organik mempunyai arti sangat penting sebagai penyangga sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas tanah. Selain itu kandungan bahan organik pada lahan pertanian menunjukkan indikator kesuburan tanah yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah Menurut Santoso (1991), tanah sebagai sumber daya yang digunakan sebagai media tanaman bersifat sebagai sumber daya yang dapat pulih dan dapat pula sebagai sumber daya yang dapat habis.

Tujuan 
pemberian pupuk hijau adalah untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.

Jenis-jenis tanaman dan karakteristik pupuk hijau organik
Semua tanaman bisa dijadikan sumber pupuk hijau, namun demikian tanaman yang memenuhi syarat sebagai sumber pupuk hijau memiliki kandungan nitrogen tinggi, tingkat rasio C/N rendah, dan kandungan humus total tinggi. Tanaman yang tidak memenuhi syarat seperti diatas harus dikomposkan terlebih dahulu. Sumber pupuk hijau diantaranya sebagai berikut: 
1. Sisa panen atau produksi yang berlimpah, merupakan hasil sampingan yang merupakan sumber bahan organik pupuk hijau. Pada saat panen tidak semua diambil, ada yang tersisa dan dibiarkan tertinggal sebagai pupuk hijau. Sebagai contoh panen padi, sisa jeraminya ditinggalkan. 
2. Tanaman yang sengaja ditanam untuk kebutuhan sumber pupuk hijau organik. Misalnya tanaman lamtoro, gamal yang ditanam disela-sela tanaman utama atau tanaman pokok. 
3. Tumbuhan pengganggu atau gulma yang berlimpah sebagai sumber pupuk hijau organik. Misalnya gulma babadotan (Ageratum conizoides), eceng gondok (Echornia crasipes), kacang-kacangan (Arachis pintoi), dan masih banyak lagi dari gulma yang dapat menjadi smber pupuk hijau. 
4. Tanaman penutup tanah. Tanaman dari golongan legumenose. Tanaman penutup tanah biasanya ditanam berdampingan dengan tanaman utama.

Pupuk hijau memiliki sifat atau karakteristik sama dengan pupuk organik lain yaitu sama-sama dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, dan karakteristik pupuk hijau lainnya adalah dapat mencegah erosi.

Pengaruh pupuk hijau organik terhadap tanaman budidaya 
Pupuk hijau akan memberi pengaruh terhadap petumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sudarsono (2006), bahwa aplikasi pupuk organik seperti pupuk hijau dapat meningkatkan pori drainase dan pori aerasi maka volme perakaran tanaman bertambah, karena O2 cukup tersedia sehingga perakaran semakin luas. Lebih lanjut menurut Hardjowigeno (1987), dengan membaiknya sifat tanah, maka perakaran berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan dan produksi juga meningkat. 

Sesuai dengan hasil penelitian Dahlianah (2011), menyatakan bahwa pemberian pupuk cair dari eceng gondok 10 ml/liter air dapat memberikan hasil terbaik pada parameter berat tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol dan berat berangkasan basah jagng manis. Sejalan dengan pendapat Syekhfani (2000), menyatakan bahwa pupuk organik yang berasal dari tanaman, dan kotoran hewan, tidak merusak tanah, dan selain itu dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro. Menurut hasil penelitian Reihan et.al., (2001), menyatakan bahwa pupuk hijau dari jenis Crotalaria juncea L. menghasilkan tinggi tanaman jagung tertinggi dibandingkan bahan organik lain. Sesuai dengan pendapat Yo (1995), bahwa pupuk hijau organik berperan penting dalam pertanian, karena memberikan berbagai manfaat yaitu: 
1. Memperkaya tanah dengan bahan organik yang dibutuhkan untuk penghidupan mikroba tanah dan pembentukan humus.
 2. Dapat menahan erosi, evaporasi dan deraan air hujan yang merusak struktur tanah.
 3. Jenis-jenis tanaman yang berakar dapat menyerap hara dari lapisan tanah bagian dalam, yang kemudian menjadi tersedia di lapisan olah tanah setelah tanaman ini dibongkar atau dipangkas.

Pengolahan tanah dengan pupuk organik (pupuk hijau) dapat memperbaiki tanah dan keadaan populasi mikroorganime tanah. Menurut Sutejo (1996), penambahan bahan organik dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah. Bahan organik menyediakan nutrisi bagi bakteri dan mikroorganisme lainnya untuk pertumbuhan dan perkembang biakannya.

Keunggulan 
Keunggulan dari pupuk hijau adalah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, mencegah erosi, memiliki manfaat lain seperti untuk pakan ternak.
Kelemahan
Kelemahan pupuk hijau organik adalah tanaman pupuk hijau yang sengaja ditanam dapat berpotensi sebagai inang hama dan penyakit, gulma, selain itu diperlukan tenaga lebih untuk menumbuhkan tanaman sumber pupuk hijau.
Kesimpulan
Pupuk hijau organik dapat mempertahankan siklus ekologi menjadi baik, dan secara fisik memperbaiki struktur tanah, secara kimia meningkatkan unsur hara, dan secara biologi meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga lingkungan tanah menjadi baik. Hasil penelitian lain menunjukkan penambahan pupuk hijau organik, menurut Yaduvanshi (2003), penambahan pupuk hijau 10 ton FYM dapat mensubtitsi setengah jumlah pupuk anorganik yang direkomendasikan dalam ketersediaannya penyuplai unsure N dan K didalam tanah. Hasil penelitian Purwanto dan Sutanto (1997), bahan organik leguminose didalam tanah dapat menekan kelarutan Al dan meningkatkan ketersediaan hara P. Hara yang dihasilkan dari pupuk hijau bervariasi tergantung pada jenis tanah dan umur tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymos, 2002. Bahan Organik. Htstp:/www.situs hijau.co.id/tulisan detil. Php?tulisan ID= 41. Diakses 14 November 2014
Djojosuwito, Soedijono, 2000. Azoll Pertanian Organik & Multiguna. Yogyakarta.
Reihan, H., Suadi danNurtirtayani, 2001. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap N dan P tersedia Tanah seta Hasil Beberapa Varietas Jagng Di lahan Pasang Surut Sulfat Masam. Agrivita 23 (1): 13-19.
Santoso, P and Ahmad Safrdin, 1991. Dampak Pembangunan terhadap Tanah Tata Gna Lahan dan Tata Rang. Bandung.