PEMANFAATAN KIRINYU (CROMOLEANA ODORATE) SEBAGAI PUPUK KOMPOS

KIRINYU

Ditulis oleh Herza Primisti Melinda, NPM : E1J018011, Kelas  A, Tugas Bioteknologi Pertanian, Dosen Prof.  Ir. Marulak Simarmata., M.Sc., Ph.D

Bahan organik tanah merupakan kunci utama kesehatan tanah baik fisik, kimia maupun biologi. Namun demikian, banyak lahan pertanian di Indonesia (baik lahan kering maupun sawah) yang mempunyai kadar bahan organik  <1% Padahal kadar bahan organik yang optimum untuk pertumbuhan tanaman sekitar 3-5% (Adiningsih, 2005). 
Pada dasarnya seluruh bahan organik lambat laun akan lapuk dan terurai dengan sendirinya. Hasil pelapukan bahan organik ini yang umum dikenal masyarakat sebagai kompos.  

Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal luas di masyarakat. Kompos berasal dari hasil pelapukan dari bahan organik, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.  

Bila didefinisikan secara lengkap, maka kompos adalah sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami pelapukan, bentuknya berubah (menjadi seperti tanah), tidak berbau, dan mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman. Kompos juga merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian/dekomposisi bahan organik yg dilakukan oleh mikro-organisme aktif (bakteri/jamur/mikroba).

Pemupukan sangat penting karena menentukan tingkat pertumbuhan dan hasil baik kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu upaya untuk mengurangi kendala dan hambatan yang dialami petani tersebut tanpa menurunkan produksi dan tetap menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan penggunaan pupuk kompos. Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selain itu kompos berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk menahan air dan mengoptimalkan aktivitas biologi tanah.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikrob dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobikKompos juga merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian/dekomposisi bahan organik yg dilakukan oleh mikro-organisme aktif (bakteri/jamur/mikroba). Terdapat beragam manfaat dari penggunaan kompos dalam budi daya tanaman.

Terdapat beragam manfaat dari penggunaan kompos dalam budi daya tanaman. Penambahan kompos pada media tanam memiliki manfaat dan kelebihan sebagai berikut :
1. Manfaat Ekonomi
Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya.
2. Manfaat Lingkungan
Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber pencemaran lingkungan. Dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di sungai maupun sampah yang tercecer dan masuk ke selokan akan mengakibatkan penyumbatan di selokan dan dapat menimbulkan banjir. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya. Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah dengan memilih sampah organik dan memprosesnya menjadi pupuk. Selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan pengurangan sampah organik yang dapat dijadikan kompos, manfaat lainnya yaitu sebagai salah satu pupuk yang ramah lingkungan baik dari bahan pembuatannya, proses pembuatannya dan pengaplikasiannya dalam menyuburkan tanah.
3. Manfaat bagi Tumbuhan
Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu:    
•    Merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap, walaupun dalam jumlah relatif kecil.
•    Dalam jangka panjang, kompos dapat memperbaiki pH pada tanah masam.
•    Mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan mikro pada tanah
•    Memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi lebih gembur
•    Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
•    Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
•    Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan beragam penelitian yang telah dilakukan, dewasa ini semakin banyak dikenal berbagai bahan dan metode pembuatan kompos. Sejatinya pembuatan kompos juga harus disesuaikan dengan tujuan pembuatan kompos, sehingga bahan dan manfaat kompos akan sesuai dengan yang diharapkan.
Kirinyuh adalah tanaman semak termasuk famili Asteraceae yang tersebar luas di daerah tropis. Daun kirinyuh berwarna hijau muda dan bergerigi. Ciri-ciri yang paling mencolok pada tunas daun yang terdapat warna coklat. Tanaman kirinyuh dapat tumbuh mencapai lebih 2 meter. Bunga berwarna putih bergerombol dan muncul pada saat musim kering (Soeryoko, 2011). Kirinyuh banyak ditemukan di Sumatera Barat, pada pinggir jalan hampir di sepanjang jalan dan di lahan - lahan terlantar sebagai semak belukar yang lebat, tetapi tanaman tersebut belum dimanfaatkan sebagai sumber hara bagi tanaman menggantikan pupuk buatan.

Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) adalah salah satu bahan kompos yang banyak tumbuh disemua tempat dan berbagai jenis tanah. Bahan ini dapat dijadikan sebagai alternatif sumber bahan organik dan unsur hara yang murah dan mudah didapatkan. Bagian tanaman kirinyuh yang dapat dijadikan sebagai bahan kompos adalah seluruh bagian tanaman. Hasil penelitian Hassnely (2002) mengungkapkan kirinyuh mengandung 2,95 % N; 3,02 % K; 0,35 % P. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Kompos Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) untuk Mengoptimalkan Produksi Tanaman Terung (Solanum melongena L.).

Alat 
1.    Parang
2.    Ember
3.    plastik hitam 
Bahan 
1.    Gula pasir
2.    EM 4
3.    kotoran ayam
4.    kirinyuh (Chromolaena odorata L.)

Proses pembuatan
1.    Kirinyuh sebanyak lebih kurang 10 kg dicacah untuk memperkecil ukuran bahan yang dapat dilakukan menggunakan parang. 
2.    EM 4 dan gula dilarutkan ke dalam air. 
3.    Kotoran ayam sebanyak 10 gram Cacahan kirinyuh sebanyak 10 kg dicampur hingga merata. 
4.    siramkanLarutan EM 4 secara perlahanlahan ke dalam adonan kotoran ayam dan cacahan kirinyuh hingga merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. 
5.    Adonan ditumpukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 1 m, kemudian ditutup plastik hitam. Suhu adonan dipertahankan 40-50 oC, sekali seminggu suhu diamati dan dilakukan pembalikan gundukan. Inkubasi dilakukan selama 2 mingggu
6.    Pupuk Kompos dari  kirinyu (cromoleana odorate) siap digunakan.