Covid-19 Masih Ganas, Masyarakat Harus Waspada

ilustrasi

Oleh : Edi Jatmiko )*

Pandemi covid-19 masih kita jalani namun sayangnya ada kalangan masyarakat yang salah sangka. Mereka mengira semua masih baik-baik saja, padahal jumlah pasien makin bertambah. Tercatat lebih dari 2.000 orang terinfeksi virus covid-19 per hari. Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan agar tidak tertular corona.

Indonesia masih berduka karena sudah lebih dari 160.000 orang yang terinfeksi virus covid-19. Meskipun jumlah kematian pasien hanya 5%, namun keadaan masih mengkhawatirkan, karena tingkat penularan masih tinggi. Petugas kesehatan mulai kewalahan karena harus merawat banyak pasien, dan mereka masih harus jaga stamina agar tidak tertular juga.

Sayangnya keadaan di Rumah Sakit berbanding terbalik dengan di jalanan. Di atas aspal, sepeda motor, mobil, dan kendaraan lain berdempet-dempetan sehingga susah menerapkan aturan jaga jarak. Ada orang yang tidak pakai masker atau maskernya melorot ke dagu. Juga ada yang mengandalkan face shield padahal pelindung paling jitu adalah masker.

Begitu juga di dalam pasar dan tempat umum lain, pengunjung tetap berdesakan walau sudah diwanti-wanti untuk menerapkan physical distancing. Meskipun ada wadah untuk cuci tangan tapi jarang ada yang memanfaatkannya. Pelanggaran ini yang menaikkan potensi penularan corona dan menambah jumlah pasien covid di Indonesia.

Rendahnya kewaspadaan masyarakat terhadap keganasan corona ini menyedihkan, karena gaung pandemi hanya ada di awal 2020. Lama-lama orang lupa jika masih ada virus covid-19 di luar sana, lalu melenggang tanpa masker. Sikap ini menyebalkan, karena mereka seolah meremehkannya. Bahkan ada oknum yang menganggap corona hanya sebuah teori konspirasi.

Sebaiknya tim satgas penanganan covid-19 bisa memulai lagi untuk menyiarkan tentang jumlah pasien dan juga bahaya corona via televisi dan streaming di media sosial. Bukannya untuk menakut-nakuti, namun tujuannya mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia masih berada dalam pandemi. Siaran bisa dilakukan dengan teratur, tiap hari atau minimal 2 kali seminggu.

Jika masyarakat mendengar siaran dari juru bicara satgas covid-19 maka mereka akan sadar dan tak lagi ceroboh seperti dulu. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan memang harus selalu disiarkan. Tujuannya agar masyarakat hafal dan merasuk sampai ke alam bawah sadar. Mereka jadi aware dan menjaga diri dari serangan corona.

Longgarnya kedisiplinan dalam mematuhi protokol kesehatan juga bisa dilawan dengan program pembagian masker gratis. Di banyak tempat juga dipasang peraturan wajib pakai masker. Masyarakat yang ketahuan tak pakai masker bisa didenda minimal 150.000 rupiah atau hukuman sosial. Ada pula daerah yang meminta denda 1 pot tanaman hias, tergantung kebijakan pemimpinnya.

Mengapa masker sangat penting? Karena selain menghindarkan dari droplet, juga bisa melindungi tubuh. Terutama jika Anda bekerja di ruangan ber-AC. Corona bisa menular lewat udara yang lembab dan kotor, jadi waspadalah. Masker juga harus dipakai dalam keadaan bersih dan maksimal dikenakan selama 4 jam.

Menurut Dokter Reisa Broto Asmoro, sebuah tempat baru efektif dari potensi penularan corona, ketika minimal 70% orang di sana memakai masker. Jadi ketika Anda akan masuk ke suatu tempat tapi jarang yang pakai masker, putar balik saja. Jangan sampai malah tertular, karena kita tidak tahu bagaimana wujud virus covid-19 yang sebenarnya.

Sebelum keluar rumah pastikan bawa masker cadangan, hand sanitizer, tisu basah, dan semprotan disinfektan. Bawa juga air minum dalam botol dan juga bekal, agar tidak kena potensi penularan dari warung makan. Jangan malu terlihat seperti orang yang terlalu melindungi diri, karena hanya kita sendiri yang bisa memproteksi dari bahaya corona.

Ketika corona belum juga minggat dari Indonesia, seluruh masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, dan menaati protokol kesehatan. Baca selalu berita tentang update pasien corona agar selalu ingat bahwa pandemi belum berakhir. Jaga kesehatan dan kebersihan serta patuhi aturan physicl distancing ketika beraktivitas di luar ruangan.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini