Strategi Kopi Modern yang Adaptif

Moh Fatichuddin ASN BPS Provinsi Bengkulu

Oleh: Moh Fatichuddin ASN BPS Provinsi Bengkulu

Bengkulutoday.com -  Tanggal 11 Maret 2018 merupakan tanggal “keramat” bagi perkopian nasional, tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Kopi Nasional. Ditetapkan tanggal tersebut sebagai hari kopi nasional dilatarbelakangi oleh diumumkannya kepengurusan Dewan Pengurus Pusat Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI), serta waktu bersamaan tersebut diadakan pameran kopi nusantara di Intermark Convention Hall, Serpong. 

Bagi Provinsi Bengkulu Hari Nasional Kopi di 2022 dapat dijadikan sebagai momen kebangkitan kopi Bengkulu. Provinsi Bengkulu dalam percaturan kopi nasional dapat dikatakan memiliki posisi special. Di Tahun 2019 dan 2020, Provinsi Bengkulu menempati posisi 5 besar produsen kopi nasional, setelah sebelumnya di 2018 berada di urutan 6 besar.

Selama ini sering beredar info fenomena keberadaan kopi Bengkulu yang memiliki kualitas tinggi namun tidak muncul di permukaan. Dunia perkopian nusantara mungkin mengenal kopi-kopi dari Lampung, dan hal tersebut sudah terjadi sekian dekade dan dasawarsa. Merk kopi yang muncul di supermarket, pasar-pasar modern bahkan di outlet-outlet yang berada di rest area sepanjang jalan dan atau hyper market adalah merk kopi luar Bengkulu, meski diyakini bahan baku yang digunakan adalah kopi asal Bengkulu. 

Sebuah tantangan bagi pelaku usaha komoditas kopi di Bengkulu, akankah kondisi “ketenaran” kopi Bengkulu harus melalui kamasan atau branding kopi wilayah lain. Akankah kenikmatan kopi Robusta Bengkulu yang unik jika dibanding kopi wilayah lain ini juga harus dengan “judul” kopi lain. Kopi Robusta dari Bengkulu merupakan salah satu kopi terbaik di dunia, kopi Bengkulu ini telah dinobatkan sebagai bagian dari 15 kopi terbaik di Indonesia. Keunikan rasanya sebagai akibat pengaruh media tumbuh, baik dari sisi geografis, lingkungan, komposisi tanah maupun proses pengolahan biji kopi. Kadar keasaman yang cukup tinggi bahkan ada yang menyebutkan cenderung ke coklat sangat tajam.

Fenomenologi Peminum Kopi
Dulu dalam mengkonsumsi kopi masyarakat akan datang ke warung kopi, sebuah media bertemunya penikmat kopi di tengah kesibukan “mengais” rupiah ataupun istirahat karena lelahnya mengayuh roda. Di warung kopi sering pula dijumpai orang yang sedang mencari ide ataupun orang yang sedang mengelola hati. Konsumsi kopi dikarenakan kebutuhan, baik karena sifat kopi yang kaya akan kandungan psikotropiknya berupa kafein, sehingga sangat mungkin mampu menstimulasi produksi dua hormon perangsang yaitu kortison dan adrenalin. Akibatnya kopi memberikan efek menghilangkan rasa kantuk, meningkatkan kesadaran mental, pikiran, fokus dan respon. Minum kopi juga dapat menjadikan tubuh tetap terjaga dan meningkatkan energi.

Globalisasi telah membuka sekat-sekat antar wilayah dan kondisi, budaya barat dan modernisasi dengan mudahnya masuk ke negeri ini, tak kecuali Bengkulu. pengaruh globalisasi juga sangat terasa dalam perkembangan konsumsi kopi. Mulai dari obyek “warung kopi” berubah nama menjadi “kedai kopi”, sebelumnya mengkonsumsi kopi dilakukan karena kebutuhan karena kandungan zat yang ada dalam kopi. Saat ini mengkonsumsi kopi sudah menjai gaya hidup.

Kedai kopi bukan hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi, tapi sudah menjadi area negosiasi, tempat pertemuan yang penuh kenangan atau membangkitkan kenangan.Di berbagai daerah di pelosok negeri bermunculan kedai-kedai kopi. Di pusat perdagangan seperti mall, supermarket, hypermart, di pusat hiburan, rest area di jalan tol, bandar udara dan mungkin di sekitar perkantoran bermunculan kedai-kedai kopi dengan nama sebagai symbol “high class”, seperti Starbucks dan de’Excelso, kedai kopi Coffee Toffee, kedai kopi Kopi Miring.

 Menikmati kopi saat ini juga menjadi agenda yang utama dalam penjamuan tamu special. Kedai Kopi Gading Cempaka yang berada di Jl. Batang Hari Nusa Indah Kecamatan Ratu Agung Kora Bengkulu, menjadi salah satu tempat pembuktian bahwa menikmati kopi sudah menjadi agenda penting. Sabtu malam 12 Maret 2022 Kedai Kopi Gading Cempaka dikunjungi orang nomor 14 di Republik Indonesia yaitu Menko Polhukam, Prof. Mahfud MD.
Fenomena pergeseran konsumsi dari kebutuhan menjadi sebuah gaya hidup, menjadi tantangan dan peluang tersendiri. Pandemic Covid-19 lebih mempertajam lagi akan adanya tantangan dan peluang kopi, khususnya kopi Bengkulu.

Budaya Peminum Kopi
Sejak pandemi Covid-19, menurut Khafi (pemilik Kedai Kopi Gading Cempaka), kopi olahan dan kedai mengalami penurunan signifikan. Bahkan terbilang, 'hidup segan, mati tak mau.' (https://www.bengkulutoday.com/index.php/malam-minggu-di-bengkulu-mahfud-md-kepincut-kopi-gading-cempaka?gvas=lilac).

Ungkapan di atas menjadi perwakilan dari pelaku usaha kopi saat covid-19 sekarang ini. Namun demikian dengan membaca fenomenologi peminum kopi, masih sangat mungkin kopi akan tumbuh kembang dan covid-19 menjadi pemicu pergerakan tumbuhnya kopi. Dari fenomenologi peminum kopi dapat dibangun rancang strategi. Fenomenologi peminum kopi melahirkan budaya atau tipe peminum kopi.

Perbedaan dalam memaknai perilaku mengonsumsi kopi dari masing-masing peminum kopi menyebabkan terjadinya tipifikasi peminum kopi. Tipe peminum kopi dikelompokkan menjadi dua kategori dalam memaknai perilaku mengonsumsi kopi, antara lain: kategori pertama adalah peminum kopi modern terbuka, kategori ini peminum kopi memaknai perilaku mengonsumsi kopi untuk menunjukkan gaya hidup masyarakat modern, status sosial yang high class, prestis, mahal dan berkualitas.

Perilaku mengonsumsi kopi yang dilakukan peminum kopi bukanlah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, namun perilaku mengonsumsi kopi hanyalah sebuah keinginan. Kategori kedua adalah peminum kopi modern tertutup, kategori ini peminum kopi memaknai minum kopi adalah suatu hal untuk mendapatkan ketenangan, ketenangan diri yang dapat merubah suasana hati atau mood. Peminum kopi mengonsumsi kopi dengan alasan karena rasa gundah dalam menghadapi masalah yang ada. Perilaku menikmati secangkir kopi dilakukan bukan untuk mendapatkan prestise atau mengikuti gaya hidup masyarakat modern. (Solikatun dkk,2015).

Dengan memahami tipe peminum kopi di atas, ditambah dengan mengaitkan kondisi covid-19, mungkin dapat dirumuskan strategi kopi modern adaptif. Sebuah strategi pengembangan kopi dengan memperhatikan kepentingan dari peminum kopi serta mempertimbangkan kondisi terkini, seperti Covid-19 saat ini. 

Strategi saat ini mungkin diawali dengan cenderung pada tipe modern tertutup, kecenderungan ini sangat mungkin sebagai akibat masih terbayanginya pandemic covid-19. Dengan perjalanan waktu dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, strategi modern tertutup mulai dikurangi dengan meningkatkan strategi modern terbuka. 
Selanjutnya bak kondisi equilibrium atau keseimbangan merupakan keadaan di mana kekuatan yang saling berpengaruh dalam posisi seimbang.

Strategi modern terbuka dan modern tertutup akan bergerak mengikuti kondisi terkini dari masyarakat ataupun lingkungan. Dengan strategi kopi modern yang adaptif sangat mungkin akan terjaganya konsumen peminum kopi. Karena mereka akan terpenuhi kepentingannya dalam menikmati kopi