Kenaikan Harga BBM, Antara Peluang dan Tantangan

Ilustrasi

Oleh : Ikhlasul Fajri, ASN BPS Kabupaten Lebong

Bengkulutoday.com - Saat ini masyarakat Indonesia sedang berada pada kondisi yang sulit. Bagaimana tidak, disaat riuh polemik pandemi Covid-19 mulai meredup dan asah untuk hidup sejahtera mulai bangkit. Riuh kenaikan harga BBM mulai naik panggung, seolah menghempaskan kembali asah tersebut. 

Jika pandemi Covid-19 membuat sebagian masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan dan matapencariannya, kenaikan harga BBM menyebabkan peningkatan harga kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dari nilai inflasi di Indonesia pada bulan September yang mencapai 1,17 persen dan merupakan inflasi bulanan tertinggi sejak Desember 2014. Arti dari Inflasi 1,17 persen adalah pada bulan September terjadi peningkatan harga sebesar 1,17 persen pada basket komuditas pokok (barang keperluan sehari-hari) masyarakat Indonesia. Peningkatan harga ini mungkin terlihat kecil bagi orang yang mampu, namun peningkatan harga ini dapat mengancam masyarakat Indonesia yang masuk pada golongan hampir miskin menjadi miskin.

Bagi pemerintah, kebijakan peningkatan harga BBM merupakan kebijakan yang dilematis karena sangat mempengaruhi kesejahteraan rakyat, namun kabijakan ini tidak dapat dihindari lagi karena dana APBN sudah tidak dapat menampung beban yang terlalu tinggi untuk pembiayaan subsidi BBM. Sebagai akibat dari peningkatan harga BBM, saat ini masyarakat Indonesia dihadapkan oleh beberapa tantangan besar.

Salah satu tantangan yang saat ini dirasakan hampir disemua wilayah di Indonesia adalah tantangan dalam mengendalikan peningkatan harga (inflasi). Peningkatan harga saat ini merupakan dampak dari kenaikan biaya transportasi. Pada dasarnya besar kecilnya biaya transportasi ditentukan oleh kualitas jalan, jarak perjalanan, dan biaya bahan bakar.  Oleh karena itu, membangun jalan yang berkualitas merupakan salah satu jalan untuk mengurangi biaya transportasi. Menurut data dari PUPR pada tahun 2021, 35,67 persen jalan di Indonesia berkondisi baik, 56,13 berkondisi sedang, dan sisinya dalam keadaan rusak ringan, dan rusak berat. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan dengan cara menjaga jalan yang telah dibangun, dengan cara mengikuti tatatertib penggunaan jalan yang telah ditentukan, tidak mengangkut terlalu berat (overweight) dan membantu perawatan jalan secara berkala. Tantangan besar lainnya adalah bagaimana menjaga jaring pengaman sosial, serta tantangan dari potensi peningkatan pengangguran. 

Disisi lain, peningkatan harga BBM dapat menjadi peluang untuk kemajuan ekonomi Indonesia. Peningkatan harga BBM mendorong pemerintah Indonesia untuk mempercepat atau memberikan dukungan lebih untuk penelitian Energi Baru Terbarukan (EBT) yang saat ini sedang Indonesia kembangkan, yaitu bensin kelapa sawit (Bensa).
Bensa merupakan program yang sudah dicanangkan dari tahun 2019, dan pada awal tahun 2022, menurut beberapa media ITB telah berhasil melakukan uji coba dan dinyatakan sukses. Saat ini bensa sedang dikembangkan untuk skala yang lebih besar lagi. 

Selain memberikan alternative pengganti BBM, bensa juga diyakini dapat mendorong perekonomian Indonesia dengan cara memberikan nilai tambah dari CPO yang biasanya Indonesia ekspor dalam bentuk mentah. Menurut data dari BPS, ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia pada periode Jan-Nov 2021 mencapai 26,03 miliar dolar , tumbuh 61,72% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya hanya US$ 16,1 miliar. Dengan adanya bensa, maka CPO tidak akan memberikan nilai tambah yang lebih besar.
Selain itu, manfaat lain yang didapat jika bensa benar-benar terealisasi adalah peningkatan harga sawit mentah seperti yang terjadi pada beberapa bulan lau. Peningkatan ini akan berdampak pada kesejahteraan petani sawit, dan akan berdampak pada peningkatan daya beli petani sawit, sehingga dapat mempercepat perputaran ekonomi. 

Pada akhirnya peningkatan harga BBM memanglah menjadi tantangan untuk menjaga  kesejahteraan rakyat. Namun, peningkatan harga BBM juga dapat menjadi peluang jika peningkatan tersebut dapat menjadi titik balik dalam melakukan percepatan penelitian Bensa di Indonesia.