Ini Klarifikasi Dokter Penanggung Jawab Hemodialisa, Terkait Isu Dokter Tolak Pasien di RSUD Hasanudin Damrah

RSUD Hasanudin Damrah Manna Bengkulu Selatan

Bengkulu Selatan, Bengkulutoday.com - Masih bergeming persoalan  dokter RSHD yang isunya sempat melakukan penolakan terhadap seorang pasien cuci darah di RSHD Manna. Diungkapkan Ma seorang dokter penanggung jawab Hemodialisa menjelaskan bahwa terkait pasien Tn. Lopianto pasien gagal ginjal yang menjalani Hemodialisa (cuci darah) rutin. pada hari Kamis tanggal 1 Desember 2022, saat pasien  akan cuci darah, sesuai SOP dilakukan Swab Rapid Antigen Covid-19 dengan hasil pasien mengalami infeksi Covid bergejala ringan. 

"Karena kondisi tersebut (terinfeksi Covid-19) pasien di Rencana cuci darah dilain waktu dengan alasan pasien dengan infeksi Covid dilakukan cuci darah tersendiri terpisah dari pasien HD lain sedangkan RSHD belum memiliki fasilitas isolasi pasien HD Covid-19," papar Ma

Sambung Ma,karena pasien tersebut mengalami kondisi seperti itu sehingga perlu dicarikan jadwal khusus agar pasien lain tidak tertular.

"Mengingat pasien HD adalah pasien dengan beragam komorbid seperti diabetes, jantung, hipertensi, lanjut usia, asma, dapat berdampak fatal jika tertular Covid-19 maka pasien Tn.Lopianto kami buatkan jadwal khusus," ungkap Ma.

Tambah Ma, Assesmen Medis kami sebagai DPJP HD terhadap Tn. Lopianto saat itu, adalah pasien dalam kondisi stabil, dapat dilihat dari beberapa indicator, saturasi O2 cukup, tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas ) dalam batas normal dan secara umum pasien masih mampu menjalankan aktivitas sehari hari (berjalan, makan minum, BAB dan BAK. 

"Kami mengambil kesimpulan HD masih dapat menunggu jadwal setelah kondisi resiko penularan ke pasien lain kecil , bahkan masih bisa dijadwal ketika sudah sembuh dari Covid-19, Kesimpulan itu kami ambil mengingat apabila pasien Covid-19 disatukan cuci darah dijadwal yang sama dengan pasien cuci darah lain berpotensi menyebarkan ke pasien lain yg akan mengakibatkan perburukan," jelas Ma

Sambung Ma, Selain itu Mesin HD yang telah dipakai oleh pasien Covid memerlukan penanganan khusus (proses sterilitas) dimana Hal tersebut membutuhkan waktu sedangkan pasien lain sudah terjadwal untuk melakukan HD Rutin.

"Dalam hal ini saya sebagai DPJP HD berkewajiban memikirkan pasien pasien lain yang juga membutuhkan tindakan cuci darah yang aman, bukan hanya memikirkan satu pasien saja (Tn Lopianto)," tutup Ma. (Fong)