Pendidikan Pemuda Masa Depan Negara

ilustrasi

Oleh: Siti Zuliana Fedi S.Tr.Stat (ASN BPS Kabupaten Lebong)

Bengkulutoday.com - 17 Agustus menjadi momen yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tidak terasa Indonesia telah merasakan kemerdekaannya selama 76 tahun. Selama itu, Indonesia selalu berjuang untuk menjadi negara yang lebih baik dan semakin baik. Terlihat dari tema yang diangkat pada HUT Kemerdakaan RI tahun 2021 ini yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Tema ini menunjukkan makna tentang nilai-nilai ketangguhan dan pantang menyerah untuk terus bersemangat menuju masa depan yang lebih baik. 
Tak bisa dipungkiri bahwa pemuda adalah generasi yang nantinya akan melanjutkan estafet kepemimpinan negara. Suksesnya suatu negara sangat ditentukan oleh pemudanya. Pemuda saat ini akan memegang tonggak kekuasaan negara dimasa depan. Sehingga, sangat penting untuk mendidik para pemuda agar berkualitas dan mampu memajukan Negara Indonesia menjadi negara yang semakin tangguh dan terus tumbuh. 
Kerja keras untuk terus membentuk pemuda yang berkualitas selalu diupayakan pemerintah. Salah satunya dengan memperbaiki kualitas pendidikan para pemuda. Upaya itu terealisasi dengan diadakannya program wajib belajar dan diberikannya berbagai subsidi pendidikan. Karena sebagaimana para penganut teori konsensus dan penganut teori konflik bersepakat, bahwa institusi pendidikan berperan penting dalam keterkaitannya dengan perekonomian untuk mempersiapkan pemuda pemudi dalam mengisi lapangan kerja produktif (Parelius, 1978 : 50 dalam Saripudin, 2017). Sehingga dengan adanya pendidikan yang baik dan mencukupi, diharapkan akan terlahir para penerus bangsa yang mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. 
Namun, harapan tersebut sepertinya butuh untuk diperjuangkan lebih giat lagi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh pekerja dengan pendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebesar 39,69 persen.  
Selain itu, dilihat dari angka partisipasi sekolah (APS) semakin menurun pada setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 2020, APS SD (7-12 tahun) di Provinsi Bengkulu adalah sebesar 99,78 persen, APS SMP (13-15 tahun) sebesar 97,49 persen, APS SMA (16-18 tahun) sebesar 79,72 persen dan APS perguruan tinggi (19-24 tahun) hanya sebesar 29,99 persen. Terlihat bahwa partisipasi sekolah masih tinggi pada jenjang pendidikan SD sampai dengan SMP. Kemudian partisipasi penduduk usia sekolah mulai menampakkan penurunan yang signifikan pada jenjang SMA sampai dengan Perguruan Tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya fenomena untuk mencukupkan pendidikan hanya sampai pada jenjang SMP atau SMA saja (putus sekolah), dan hanya sedikit yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. 
Kenyataan ini bukanlah sebuah kenyataan yang baik. Mengingat bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting pada pembangunan. Masih adanya stigma negatif di masyarakat tentang pendidikan di Indonesia, mungkin menjadi salah satu alasan masyarakat lebih memilih untuk putus sekolah. Banyak dari masyarakat kecil yang masih berfikir bahwa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi hanya membuang uang dan waktu tanpa hasil. Lebih baik  waktu untuk sekolah digunakan untuk mencari uang (bekerja). Pikiran sempit bahwa asalkan bisa menghasilkan uang meskipun sedikit itu lebih menguntungkan. Atau anggapan menggarap sawah/kebun milik orang tua adalah lebih baik daripada menghabiskan uang untuk sekolah yang pada akhirnya tidak memberikan hasil. Toh banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak bisa menghasilkan uang (bekerja). Satu dua orang tetangga pun dijadikan sebagai contoh.
Kenyataan pelik ini masih banyak ditemukan, khususnya di daerah perdesaan yang didominasi oleh masyarakat yang juga kurang lama mengenyam pendidikan. Masih menurut BPS, bahwa jumlah pekerja dengan pendidikan rendah terbanyak berada di perdesaan yaitu sebanyak 85 persen. Jumlah orang miskin di perdesaan juga 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan perkotaan yaitu 205.537 jiwa. Seolah memberikan sinyal bahwa masyarakat di perdesaan butuh suntikan khusus untuk lebih mengenal tentang pentingnya pendidikan sehingga akan terlahir pemuda yang berkualitas secara pendidikan dan memungkinkan masyarakat desa untuk memperbaiki kondisi ekonominya yang berarti juga akan mendukung pembangunan Negara Indonesia secara umum. 
Meskipun pendidikan bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi tumbuh kembangnya suatu negara, tetapi para ahli ekonomi dan banyak dari hasil penelitian ilmiah pun telah membuktikan bahwa pendidikan sangat berpengaruh pada pembangunan suatu negara. Sehingga, PR besar bagi para pengambil kebijakan untuk menyadarkan masyarakat secara umum dan masyarakat desa secara khusus akan  perspektif yang baik tentang pendidikan. Karena pemuda tidak hanya tumbuh di perkotaan saja, tetapi mereka juga tumbuh di perdesaan. Dan kemajuan bangsa bukan hanya dilihat dari kemegahan dan gemilangnya perkotaan, tetapi turut serta memperhitungkan daerah perdesaan. Sehingga, berbagai stigma negatif yang mengancam pemuda perlu untuk disingkirkan. Perspektif baik tetang pendidikan, dan adanya jaminan bahwa pendidikan akan mampu memperbaiki kehidupan masyarakat perlu untuk disosialisasikan secara meluas dan merata. Dengan begitu, Indonesia akan tangguh dan tumbuh di tangan para pemudanya di masa yang akan datang.