Pemanfaatan Limbah Sayuran Dari Pasar Pematang Gubernur Menjadi  Pupuk Organik Padat Yang Bernilai Ekonomis Dengan Bantuan Larutan EM4

Limbah Sayuran

Disusun Oleh: Evendi Tri Mulyono (E1J018010), Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi Pertanian Dosen Pengampuh: Prof. Ir. Marulak Simarmata., M.Sc., Ph.D

Latar Belakang

Sampah merupakan masalah utama yang sering terjadi di Pasar. Pasar sendiri dijadikan  salah satu wadah perekonomian sebagian besar masyarakat yang tinggal diperkotaan. Adanya aktivitas jual beli antara pedagang dengan pembeli secara tidak langsung menyebabkan adanya timbunan sampah yang cukup besar di pasar tersebut tiap harinya. Sampah akan menjadi masalah utama dan terus bertambah setiap hari bagi pengelolaan sampah yang hanya mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa adanya proses pengolahan sampah tahap  lanjut.

Sampah adalah bahan  sisa  yang tidak berguna dan  dianggap tidak memiliki nilai ekonomis lagi, sehingga harus dilakukan pembuangan  sebagai sisa dari suatu proses (Moerdjoko, 2002). Sampah biasanya berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah basah atau sampah kering. Moerdjoko (2002), mengklasifikasikan sampah menjadi beberapa jenis, diantaranya: 

  1. Sampah organik (bersifat degradable) adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau kotoran) sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme 
  2. Sampah anorganik (non degradable) adalah jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam) sampah ini sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad renik. 

Menurut Hadiwiyono (1983), secara umum komponen yang paling banyak terdapat pada sampah di beberapa kota di Indonesia adalah sisa-sisa tumbuhan yang mencapai 80-90 % bahkan kadang-kadang lebih. Besarnya komponen sampah yang dapat didekomposisi merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai sumber humus, unsur hara makro dan mikro, dan sebagai soil conditioner. Sampah dapat juga sebagai faktor pembatas karena kandungan logam-logam berat, senyawa organik beracun dan patogen, pengomposan dapat menurunkan pengaruh senyawa organik beracun dan patogen terhadap lingkungan (Yuwono, 2006). Salah satu penanganan sampah organik yang efektif adalah mengolahnya sebagai pupuk organik.   

Keadaan ini juga terjadi di Pasar Tradisional Pematang Gubernur, Kota Bengkulu. Jenis sampah paling banyak ditemui di Pasar Tradisional Pematang gubernur yaitu berupa  sampah organik yang berasal dari  limbah hasil pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang dijual di pasar. Limbah sayuran yang umumnya di jumpai yaitu berupa  bagian dari sayuran atau sayuran itu sendiri yang dianggap tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh penjual. Limbah sayuran ini berasal dari limbah dari sayur seperti sayur seledri, sawi, kubis, daun bawang, selada, brokoli, dan lain-lain  yang telah tua, layu, dan busuk sehingga dibuang dan tidak dipergunakan lagi. Sedangkan untuk  limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah semangka, melon, pepaya, jeruk, nenas dan lain-lain  yang telah busuk dan dibuang.     

Persentase kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik relatif tinggi sehingga petani cenderung memakai pupuk tersebut. Namun belakangan ini, harga pupuk anorganik semakin meningkat. Hal ini tentu saja menambah beban biaya bagi petani. Selain itu pupuk anorganik dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat membawa dampak kurang baik, misalnya tanah menjadi rusak akibat penggunaan yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, air tercemar dan keseimbangan alam akan terganggu (Sinaga, 2009). Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan penelitian yang dapat merubah sampah atau limbah pertanian menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Selain mengurangi jumlah limbah pertanian atau sampah di lingkungan masyarakat, sampah atau limbah ini dapat diproses kembali sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk pertanian itu sendiri.    

Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat sangat banyak. Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal kompos atau pupuk cair ini lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relatif mudah dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Hadisuwito, 2007). 

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai (dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).    

Menurut Musnawar dan Suriawiria dalam Sentana (2010), pupuk organik mempunyai beberapa manfaat. Pertama meningkatkan kesuburan tanah dikarenakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn, Co) yang dapat memperbaiki komposisi tanah. Unsur organik dapat bereaksi dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn yang bersifat racun dan membentuk senyawa yang kompleks, sehingga senyawa Al, Fe, dan Mn yang bersifat racun di dalam tanah dapat berkurang (Setyorini dalam Sentana, 2010). Kedua memperbaiki kondisi fisika, kimia, dan biologi tanah, pupuk organik dapat melancarkan sistem pengikatan dan pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan dalam tanah. Kemampuan pupuk organik dalam mengikat air dan meningkatkan porositas tanah yang dapt memperbaiki respirasi tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan akar dalam tanah. Pupuk organik dapat merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan, seperti rhizobium, mikoriza, dan bakteri. Ketiga aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan, pemakaian pupuk organik tidak menyebapkan residu pada produksi panen sehingga aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Beberapa pertimbangan dalam menentukan atau memilih bahan dasar dalam bioteknologi pembuatan pupuk organik adalah :

  1. Bahan yang digunakan tersedia cukup melimpah. 
  2. Ratio C/N < 20 % atau lunak dan sukulen.
  3. Hindarkan menggunakan bahan yang bernilai ekonomis.
  4. Tidak berdampak alelopati pada tanaman.
  5. Tidak menjadi penyebar biji gulma.    

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dilakukan penelitian mengenai “Pemanfaatan Limbah Sayuran dari Pasar Pematang Gubernur Menjadi Pupuk Organik Padat Bernilai Ekonomis dengan Bantuan Larutan EM4”.

Tujuan:

Adapun tujuan dari pembuatan makalah  ini yaitu untuk mensosialisasikan cara membuat pupuk organik dan bioteknologi pemanfaatan limbah sayur menjadi pupuk organik pada yang bernilai ekonomis. 

Manfaat:

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Manfaat ekonomis

Dapat menjadi peluang bisnis baru yang menjanjikan apabila ditekuni oleh masyarakat terkhususnya masyarakat sekitar pasar pematang gubernur karena harga pupuk organik cair sendiri apabila dijual harganya cukup tinggi.

Manfaat Ekologis

Dapat mengurangi jumlah sampah organik di pasar, sehingga lingkungan disekitar     pasar akan menjadi  bersih dan sehat, sehingga proses transaksi jual-beli yang dilakukan     oleh penjual dan pembeli  dipasar nyaman.

Manfaat sosial

Dapat menimbulkan kepekaan dan kerja sama yang baik antar masyarakat dalam     hal pengelolaan dan penanganan sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Manfaat Edukasi

Dapat memunculkan ide-ide atau inisiatif baru dari kalangan masyarakat terhadap     pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik dari pasar menjadi sesuatu yang  bermanfaat. 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Di Pasar Pematang Gubernur peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Sampah yang tidak dikelola dan dibiarkan saja dapat menjadi persoalan yang serius dan memberi dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan mengganggu kebersihan kota atau daerah tersebut. Meningkatnya jumlah sampah yang tidak dikelola dengan baik telah menjadi permasalahan yang ada di Pasar Pematang Gubernur.   

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan terutama sampah anorganik seperti plastik, logam, dan lain-lain. Upaya tersebut antara lain sosialisasi dampak sampah terhadap lingkungan dan masyarakat, program bank sampah di setiap tempat pembuangan sampah akhir (TPA), program kegiatan kreatif pemanfaatan plastik menjadi produk bermanfaat dan lain-lain. Beberapa program pengolahan sampah yang telah dilakukan pemerintah antara lain yaitu sanitary landfill, insinerasi dan pengomposan. Sanitary landfill yaitu mengubur sampah didalam tanah, proses ini dapat menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan namun kegiatan sanitary landfill membutuhkan lahan yang luas. Insinerasi yaitu proses pembakaran sampah menjadi gas dan abu menggunakan incinerator. Kekurangan dari proses insinerasi yaitu adanya pembuangan gas yang tidak terkontrol dikarenakan desain incinerator yang tidak sempurna selain itu dibutuhkan biaya yang besar untuk proses ini. Pengomposan yaitu proses penguraian sampah organik yang dilakukan oleh mikroorganisme menjadi pupuk organic.   

Pengomposan yang dilakukan oleh masyarakat di Pasar Pematang Gubernur biasanya adalah dengan membuang atau menyebarkan sampah organik disekitar tanaman atau lahan, namun proses pengomposan seperti ini tidak efektif dan tidak efisien karena unsur hara yang ada didalam sampah tidak terserap secara maksimal oleh tanaman. Oleh karena itu saya membuat makalah ini untuk tujuan mensosialisasikan pemanfaatan komposter untuk sampah organik sehingga proses pengomposan sampah menjadi maksimal menghasilkan pupuk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Secara umum sampah dibagi menjadi dua kelompok yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang dapat terurai seperti sisa makanan dll, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak mengalami pembusukan seperti plastik dll. Sampah organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga sangat banyak jumlahnya dan seringkali hanya dibakar sehingga menghasilkan polutan bagi lingkungan sekitar. Sampah organik asal rumah tangga dapat memiliki nilai lebih jika dimanfaatkan menjadi pupuk organik padat dan cair. Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan menggunakan komposter sederhana. Komposter dapat terbuat dari ember atau tong plastik yang dilengkapi dengan saringan didalamnya. 

Bahan dan Alat Yang Diperlukan Dalam Bioteknologi Pembuatan Pupuk Organik
Bahan yang digunakan yaitu Sebagai berikut:

  1. Bahan Segar Dari Limbah Sayur Sawi
  2. Larutan EM4 0,41 %
  3. Gula Merah/ Gula Pasir 50 Gram
  4.  Air 10 Liter

Alat yang digunakan yaitu sebagai berikut:

  1. Parang/Pisau 
  2. Talenan
  3. Gembor (Ember Isi 10 L) 
  4. Termometer
  5. Knapsak Sprayer

Tahapan Pelaksanaan pembuatan pupuk organik:

  1. Menyiapkan bahan segar dari limbah sayur sawi yang di peroleh dari Pasar paling sedikit 10 kg.
  2. Haluskan limbah sayur sawi dengan cara mencincang hingga ukuran maksimum 0,50 cm.
  3. Membuat larutan campuran antara EM4 sebanyak 0,41%   dengan gula merah/gula pasir  sebanyak 50 gram kemudian dilarutkan kedalam air sebanyak 10 Liter.
  4.  Limbah sayur sawi yang telah dihaluskan kemudian di semprot secukupnya dengan larutan campuran dari EM-4 dan gula yang telah dibuat.Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan “knapsack sprayer”.
  5. Setelah limbah sayur sawi basah dengan merata kemudian dibungkus/ditutup dengan plastik hitam kemudian dimasukkan ke dalam karung besar. Hindarkan dari hujan.
  6. Bahan diaduk merata dua kali dalam seminggu selama 4 minggu atau hingga terbentuk kompos yang sudah siap pakai. 
  7. Ukurlah suhu dengan termometer setiap kali sebelum melakukan pengadukan. 

 Pembuatan pupuk organik yang berhasil ditandai dengan  perubahan suhu dari tinggi yang berangsur-angsur merendah ketika dipegang maka rasanya dingin ditangan, bau dan aroma pupuk sudah seperti bau tanah tidak lagi berbau kotoran/sampah, warnanya sudah  berubah dari hijau menjadi kehitaman, memiliki tekstur seperti remah tidak terlalu keras dan mudah terurai,  dan ciri yang terakhir yaitu apabila diletakkan benih diatas pupuk maka benih akan tumbuh dengan subur.

Manfaat pupuk organik padat dari limbah sayuran:
1.    Memperbaiki struktur tanah
Pupuk organik dar limbah sayuran merupakan bahan yang mempunyai manfaat yang luar biasa. Pupuk ini bisa menggemburkan tanah lempung dan solid, selain itu pupuk organik padat ini juga merekatkan butiran-burtiran halus pasir sehingga tanah menjadi solid dan tanah berpasir pun akan bisa menyimpan air , sementara pada tanah liat yang didomisili  oleh lempung, pupuk organik bisa memperbesar ukuran pori-pori sehingga  air dan udara bisa masuk dengan mudah kedalam tanah sehinga tanah menjadi gembur dan subur.
2.    Meningkatkan Aktivitas Biologi Tanah
Sealanjutnya manfaat pupuk organik dari limbah sayuran juga dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah. Dengan adanya decomposer berupa mikroorganisme yang ada didalam pupuk organik limbah sayuran  akan menambah jumlah mikroorganisme didalam tanah. Aktivitas dari biota tanah inilah yang menghasilkan menghasilkan sejumlah nutrisi penting yang diperlukan oleh tanaman.
3.    Dapat Meningkatkan Hasil Produksi Tanaman
Manfaat lain dari pupuk organik dari limbah sayuran  yaitu mampu meningkatakan hasil produksi tanaman. dimana pupuk organik disini berguna untuk menyediakan kandungan bahan organik dan usur kandungan unsur hara sehingga nutrisi untuk tanaman tersedia dan proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman berlangsung dengan baik.
4.    Ramah Lingkungan 
Pengunaan pupuk organik dari limbah sayuran ini jelas ramah terhadap lingkungan karen tidak menggunakan bahan kimia yang dapat merusak kesuburan tanah. Selain itu juga karena menggunakan bahan-bahan organik maka aman untuk kesehatan dan tudak bersifat bersifat alelopati bagi manusia ataupun tanaman.
5.    Hemat biaya
Manfaat terakhir dari menggunakan pupuk organik dari limbah sayuran yakni dapat menghemat biaya produksi perekebunan dibandingkan dengan pengunaan pupuk kimia yang memerlukan biaya yang lebih  mahal. Pada pembuatan pupuk organik dari limbah sayur ini sendiri menggunakan bahan yang sudah tidak bernilai ekonomis/ tidak memiliki nilai guna lagi seperti contohnya sayuran yang telah layu dari pasar. Dan untuk cara pembuatannnya juga sangat mudah dengan bahan-bahan yang digunakan juga mudah didapat.     

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut:

  • Sampah dari limbah sayuran di pasar bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik padat dengan cara yang sederhana dan mudah dengan bantuan Larutan EM4 sehingga bisa menghasilkan pupuk organik padat dengan nilai jual tinggi.
  • Pupuk organik padat dari limbah sayuran memiliki peran penting dalam memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesehatan tanah, meningkatkan hasil produksi tanaman.
  • Selain itu pupuk organik padat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
  1. Manfaat ekonomis: Dapat menjadi peluang bisnis baru yang menjanjikan apabila ditekuni oleh masyarakat terkhususnya masyarakat sekitar pasar pematang gubernur karena harga pupuk organik cair sendiri apabila dijual harganya cukup tinggi.
  2. Manfaat Ekologis: Dapat mengurangi jumlah sampah organik di pasar, sehingga lingkungan disekitar pasar akan menjadi  bersih dan sehat, sehingga proses transaksi jual-beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli  dipasar nyaman.
  3. Manfaat sosial: Dapat menimbulkan kepekaan dan kerja sama yang baik antar masyarakat dalam hal pengelolaan dan penanganan sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat.
  4. Manfaat Edukasi: Dapat memunculkan ide-ide atau inisiatif baru dari kalangan masyarakat terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik dari pasar menjadi sesuatu yang bermanfaat. 

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwiyono, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu: Jakarta.
Moerdjoko S, Widyatmoko. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Cet. 1.     PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional: Jakarta.
Sinaga, Damayanti. 2009. Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan     Bisca Sebagai Starter. Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas     Sumatera Utara, Medan.
Suparta, I Nyoman Yogi. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem     Pertanian Organik. E-jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vo:1 No.2.
Yuwono, Teguh. 2006. Kecepetan Dekomposisi dan Kualitas Kompos Sampah Organik. Jurnal     Inovasi Pertanian. Vol.4. No.2.