Seluma, Bengkulutoday.com — Rencana eksploitasi tambang emas di Kabupaten Seluma menuai penolakan tegas dari anggota DPRD Seluma, Febrinanda Putra Pratama dari Fraksi PDI Perjuangan. Ia menyebut daerahnya belum siap secara sosial, ekologis, maupun ekonomi untuk menerima dampak industri tambang berskala besar.
“Saya tolak tegas tambang emas. Biarkan emas itu tertidur hingga anak cucu kita siap mengolahnya sendiri,” tegas Febrinanda, yang akrab disapa Dang Nanda, dalam pernyataan tertulis, Kamis (10/7/2025).
Menurutnya, penolakan ini bukan bentuk anti-investasi, melainkan bentuk kesadaran bahwa pembangunan tidak bisa dilakukan dengan mengorbankan masa depan. Ia menyindir keras sistem fiskal nasional yang menurutnya tidak adil terhadap daerah seperti Seluma.
“Sudah terlalu lama Seluma hanya jadi sapi perah. Pajak dikumpulkan hingga lebih dari Rp2.000 triliun, tapi yang dikembalikan ke daerah hanya sekitar Rp900 triliun. Kita cuma dapat serpihan janji atas nama pembangunan,” ujarnya.
Febrinanda juga menyoroti mandeknya Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat dan provinsi yang seharusnya diterima Seluma tahun 2024. Hingga pertengahan tahun, menurutnya, dana tersebut belum juga cair sepenuhnya.
“Silakan tanya ke pemerintah daerah: apakah DBH pusat senilai Rp50 miliar sudah ditransfer penuh? Apakah DBH dari provinsi sudah diterima lengkap? Ini sudah bulan Juli! Kita mau percaya tambang akan membawa keuntungan, sementara hak kita sendiri belum jelas?” sindirnya.
Ia mengingatkan bahwa narasi pembangunan sering kali dibungkus oleh kepentingan modal yang mengulang pola kolonialisme gaya baru. Ia menyamakan investor tambang dengan wajah VOC modern yang datang bukan lagi dengan kapal, tetapi dengan jas dan surat izin.
“Dulu VOC datang bawa senyum dan perjanjian. Sekarang mereka datang lagi, pakai jas rapi dan mengaku investor. Jangan sampai kita buta dan bisu atas nama kemajuan,” kata Febrinanda.
Sebagai putra daerah, ia mengaku tak rela melihat tanah Seluma rusak hanya demi keuntungan sesaat. Ia menilai risiko kerusakan ekologis jauh lebih besar dibanding manfaat yang dijanjikan.
“Saya tidak ingin suatu hari nanti anak cucu saya tidak bisa lagi menjaring ikan sema atau mandi di sungai jernih, karena airnya sudah bercampur limbah. Jangan jadikan Seluma korban eksperimen ekonomi jangka pendek,” tegasnya.
Ia menutup pernyataannya dengan seruan agar masyarakat Seluma memiliki keberanian untuk berkata tidak pada investasi yang belum jelas dampaknya. Ia mengutip pesan Thomas Sankara: “Yang memberi makan Anda, pada akhirnya akan mampu mengendalikan keputusan Anda.” (Franky)