BPS : Biaya Mahal, Ayo Sukseskan Sensus Penduduk 2020

Kepala BPS Provinsi Bengkulu Diah Anugerah Kuswardana

Bengkulutoday.com - Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaksanakan Sensus Penduduk serentak pada priode Februari hingga maret di Tahun 2020. Tujuannya untuk menyediakan data jumlah, komposisi, distribusi, dan karakteristik penduduk menuju satu data kependudukan Indonesia.

Mahalnya biaya pelaksanaan sensus penduduk menjadi latar belakang lamanya selang waktu sensus, yakni dengan waktu 10 tahun sekali. 

Dikatakan Kepala Subdirektorat Statistik dan Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja BPS RI Edi Setiawan, biaya pelaksanaan sensus penduduk yang memakan waktu 10 tahun sekali mencapai ini 4 triliun rupiah. 

"Oleh sebab itu, BPS mengubah metode kerjanya dari metode tradisional ke metode regristed bassed atau via online. Meski sebenarnya itu belum bisa diaplikasikan menyeluruh ke masyarakat," kata Purnama, dalam Workshop Wartawan menuju Indonesia Maju Dengan SDM dan Data IRIO Berkualitas, Selasa (24/09/19), di Bengkulu.

"Dan harapannya adalah semua masyarakat mensukseskan sensus itu sendiri," sambungnya.

Diterangkan, nantinya, sensus penduduk akan mengguanakan dua metode yakni metode kuisioner atau manual dan metode online. BPS akan mengambil sampel dari survei tahun sebelumnya. Mereka yang disurvei pada 2020 akan diberi 82 pertanyaan, sehingga punya data detail. Di antaranya terkait migrasi penduduk hingga fertilitas (jumlah kelahiran hidup).

Selain metode yang sudah lama dipakai, kuisioner tetap dipergunakan untuk mengambil sampel pada daerah pelosok yang memiliki akses internet terbatas. Dan untuk basis online, dipergunakan untuk sensus perkotaan. 

Dikatakan Kepala BPS Provinsi Bengkulu Diah Anugerah Kuswardana, sebenarnya, efisiensi biaya dan efektivitas waktu melalui sensus penduduk basis online sangat baik dipakai. Di mana data register yang sudah terkumpul atau tersedia tidak diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan data.

 Selanjutnya, metode ini turut mengurangi response burden, alias tidak diperlukan untuk melakukan pencacahan individu. 

Kemudian timeliness, data registrasi dilakukan konsolidasi secara kontinue, data sensus cross sectional dapat diproduksi secara rutin/periodik. 

Lalu fase akurasi, data registrasi merupakan data yang paling sedikit atau paling kecil terpengaruh oleh error dalam survei, recall bias, proxy respondents, dan seterusnya. Keuntungan dalam analisis, Linked data, longitudinal data. 

Namun melihat kembali kemampuan masyarakat desa dalam mengikuti sensus via online, maka BPS tetap akan menggunakan kedua cara di atas.

"Untuk itu mari kita sukseskan Sensus Penduduk 2020," ujar Diah. (mas)