Waspada Propaganda Separatis Papua di Media Sosial

Foto Ilustrasi

Oleh : Delina Tokoro

OPM dan KKB sebagai kelompok separatis Papua melakukan berbagai cara agar mereka bisa berpisah dari NKRI. Jika cara gerilya gagal, maka saat ini mereka menggunakan media sosial seperti Facebook untuk membuat propaganda. Tujuannya agar warga sipil Papua mau bergabung dengan OPM, dan juga menarik perhatian dunia internasional.

Kelompok separatis menebar jala ketakutan di media sosial agar makin banyak warga asli Papua yang menghormati mereka. Selain itu, mereka juga menggencarkan propaganda agar makin banyak yang memihak OPM daripada pemerintah Indonesia. Permainan psikologis ini disengaja agar OPM berkibar di dunia maya, karena cakupannya sampai ke luar negeri.

Masyarakat sudah diimbau agar waspada terhadap propaganda OPM. Mereka yang berakal sehat pasti tidak percaya dengan hoax tersebut. Karena propaganda itu minus logika dan terkesan dibuat-buat. Warga asli Papua juga tak mau diajak bergabung dengan OPM dan Republik Federal Papua Barat, karena lebih cinta NKRI. 

Salah satu propaganda OPM tahun 2020 ini adalah tentang pandemi covid-19. Mereka membuat status yang berisi berita seolah-olah pemerintah Indonesia sengaja tak melakukan lockdown ketika corona menyerang negeri ini, bulan maret. Lantas OPM sengaja mengabarkan bahwa bandara dan pelabuhan terus dibuka, sehingga pemerintah abai.

Selain itu, ada pula propaganda tentang KKB (kelompok kriminal bersenjata) berhasil mengelabui aparat dan merampas beberapa jenis senjata api seperti Bazooka. Sehingga kini mereka makin ditakuti karena peralatan perangnya banyak dan lengkap. Padahal dari redaksi kalimatnya ada kejanggalan, karena TNI tidak pernah memiliki senjata seperti itu.

Propaganda yang sudah terlanjur tersebar ini membuat masyarakat asli Papua makin waspada, karena mereka berusaha agar tak terpecah-belah. Jangan sampai ada golongan yang membelot ke OPM dan menghianati NKRI. Karena kaum separatis akan sangat gembira dengan banyaknya kader baru mereka, yang rela memberi uang dan dukungan lain agar Papua merdeka.

Pemerintah sudah mengusut dan menemukan setidaknya 74 akun media sosial yang menyebarkan propaganda. Sebagian dari akun tersebut sudah dinonaktifkan. Pemecahan kasus ini juga bekerja sama dengan pihak perusahaan Facebook dan Twitter dan mereka mau inisiatif untuk membekukan akun tersebut. Karena terbukti menyebar hoax dan propaganda.

Penonaktifan ini dilakukan agar tak ada efek negatif ke depannya. Karena salah satu keuntungan dari propaganda adalah adanya simpati dari masyarakat internasional. Karena mereka membaca berita tentang penembakan warga sipil di Papua dan ditulis bahwa pelakunya adalah aparat. Padahal itu hoax dan sengaja dibuat OPM agar mereka pro pembebasan Papua.

Masyarakat internasional yang memiliki jabatan akan mencoba mengangkat propaganda ini ke Dewan PBB. Sehingga ada narasi seolah-olah Indonesia berbuat kejam di Papua. Padahal pelaku sebenarnya adalah anggota OPM dan KKB. Seharusnya mereka juga tak mencampuri urusan intern negara lain, apalagi mendukung kemerdekaan Papua. Karena tidak punya hak sama sekali.

Warga negara Indonesia yang ada di luar Papua juga jangan sampai termakan propaganda OPM, karena mereka selalu playing victim dan menyalahkan aparat. Padahal anggota TNI sedang melakukan tugasnya, bukan berbuat kekejaman. Jangan malah pro OPM dan malah mengibarkan bendera bintang kejora, karena sama saja dengan menghianati kesetiaan pada NKRI.

Propaganda yang dibuat oleh OPM dan KKB di media soial sengaja dibuat untuk membuat narasi seolah-olah pemerintah menjajah di Papua. Padahal pemerintah pusat sudah memberi banyak fasilitas untuk warga di Bumi Cendrawasih. Seluruh WNI baik di Papua maupun pulau lain jangan percaya dengan propaganda tersebut, karena terbukti hoax.

(Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Batam)