Waspada Penularan Covid-19 Kluster Demonstrasi

Foto Ilustrasi

Oleh : Raavi Ramadhan 

Unjuk rasa yang terjadi di masa pandemi tentu saja sangat disayangkan. Selain selalu berujung anarkis, aksi demonstrasi yang digelar beberapa pihak tersebut rentan menciptakan kluster Covid-19.

Aksi demonstrasi yang terjadi di banyak tempat tentu saja memicu penularan covid-19, Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pemerintah harus tetap waspada terhadap lonjakan kasus covid-19 akibat gelombang demonstrasi yang dilakukan oleh buruh dan Mahasiswa.

Dirinya mengatakan, mungkin saat ini belum terlalu terlihat, namun penambahan pasti akan terjadi. Hal ini tentu saja amat sangat mungkin terjadi, apalagi aksi masa tersebut sangatlah sulit untuk menerapkan physical distancing.
    
Tri yang merupakan Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) tersebut memperkirakan penularan Covid-19 di Jakarta bisa mencapai 1.500 kasus per hari karena adanya aksi masa. Demonstrasi tersebut bisa menjadi klaster baru selama pandemi.
    
Dirinya juga menilai, masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan saat mengikuti demonstrasi. Karena semestinya semua peserta demo wajib memakai masker dan tidak boleh dilepas.
    
Dalam beberapa hari ini penambahan kasus di Ibu Kota melandai di angka 900 per hari. Namun, pemerintah juga harus tetap waspada lantaran angka kasus bisa mengalami kenaikan apabila tidak diantisipasi dengan isolasi dan karantina yang baik.
    
Tri menyarankan kepada pemerintah DKI Jakarta agar terus memperbanyak penelusuran kontak. Karena semakin banyak orang yang diisolasi, maka penularan bisa semakin dicegah.
    
Potensi kenaikan kasus imbas unjuk rasa diperkirakan bakal mulai terasa pada pekan ini hingga pekan depan. Ia juga berharap agar lonjakan tersebut tidak terjadi. Karena lonjakan bisa bertambah tinggi seiring diterapkannya kembali PSBB Transisi.
    
Pada kesempatan berbeda, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar merasa khawatir apabila kasus Covid-19 di wilayahnya mengalami kenaikan. Hal ini menyusul ditemukannya kasus baru pada klaster demonstrasi.
    
Pihaknya telah menemukan kasus positif dalam klaster demo yang dilakukan oleh sejujmlah elemen saat aksi masa tolak pengesahan UU Cipta Kerja.
    
Pada bulan Oktober ini, pihaknya telah berhasil menemukan kasus-kasus baru, bahwa demonstrasi yang dilakukan pada tanggal 6,7 dan tanggal 8 Oktober lalu susah ditemukan klaster demonstrasi.
    
Dari klaster demonstrasi tersebut, pihaknya menemukan delapan orang positif terpapar Covid-19.
    
Pada kesempatan sebelumnya, Satgas Covid-19 telah menyatakan bahwa aksi demonstrasi amatlah berisiko menimbulkan klaster baru penularan.
    
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, mengaku prihatin atas apa yang terjadi dengan banyaknya orang yang berkerumun dalam satu lokasi, dimana hal tersebut bisa mengakibatkan klaster baru penularan Covid-19. Yang mejadi permasalahan menurutnya adalah, apabila penularan ini menghasilkan pasien Covid-19 berkategori OTG (Orang Tanpa Gejala).
    
Doni juga mengatakan para demonstran ini bisa saja saling menularkan satu sama lain dalam satu lokasi. Lalu, ketika bubar, mereka pulang ke rumah masing-masing, dan dikhawatirkan dapat membawa virus ke keluarganya.
    
Doni menuturkan, data yang terhimpun dalam beberapa daerah setelah melakukan rapid test menunjukkan bahwa beberapa pendemo reaktif dan hasil swab test juga ada yang positif. Mereka juga termasuk OTG yang berpotensi menjadi silent killer.
    
Ia juga selalu meminta kepada pihak untuk mencegah adanya kerumunan massa agar tidak terjadi penyebaran Covid-19 yang semakin banyak dan meluas.
    
Pada kesempatan berbeda, Ketua Tim Mitigasi PB IDI M. Adib Khumaidi, mengatakan bahwa salah satu yang perlu diperhatikan adalah peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini yang menjadi salah satu penularan potensial.
    
Ia menegaskan bahwa seruan maupun teriakan  dari para peserta demonstrasi tersebut tentu dapat mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama covid-19.
    
Hal ini diperburuk dengan banyaknya kemungkinan peserta demonstrasi yang datang dari kota atau wilayah berbeda. Jika salah satu terinfeksi, maka mereka tentu dapat menyebarkan virus saat kembali ke kota asalnya.
     
Dirinya juga mengatakan bahwa saat ini, kondisi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien covid-19 yang terus bertambah. Hal tersebut disebabkan oleh lonjakan pasien covid-19 terutama dari kalangan (OTG) yang banyak mengabaikan perilaku protokol kesehatan.
    
Kewaspadaan tentu penting untuk dilakukan, selama status pandemi belum berakhir, tidak ada pilihan lain selain mematuhi segenap protokol kesehatan untuk menjaga diri dan orang yang ada di sekitar kita.

(Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)