Wahyu Kayu Manik Imandoyo Kumolo Sari

Nakula Sadewa

Di Negeri Dwarawati menerima tamu dari negeri Trajutrisna Prabu Narakusuma yang berkeinginan mencari wahyu penguat negeri, tetapi belum selesai pembicaraannya muncul Pendeta Durna utusan dari Astina untuk meminjam kaca Paesan (cermin) milik raja Dwarawati untuk melihat dimana wahyu akan diturunkan Dewa. Keinginan Durna tak dikabulkan justru menjadi pertengkaran, yang akhirnya Pendeta Durna dan pengiringnya diusir dari Dwarawati.

Rombongan Pendeta Durna tidak kembali ke Astina, tetapi menghadap Batari Durga di kahyangan Kondowaru untuk menanyakan dimana wahyu berada. Setelah mendapat keterangan Batari Durga, Durna dan rombonganya menuju ke pertapaan Guwa Pintu tempat bersemayamnya Begawan Sukmaningrat. Sementara itu R. Sadewa dihutan bertemu seekor Harimau putih jelmaan Batara Kamajaya yang membeberkan isi teka-teki Begawan Sukmaningrat agar Sadewa mampu menebak dan memiliki wahyu yang akan diturunkan Dewa. Maka R.Sadewa pergi menuju pertapaan Guwa menghadap Begawan Sukmaningrat dan mengutarakan maksud dan tujuan ia menghadap sang Begawan.

Setelah R.Sadewa mampu menjawab teka-teki yang diajukan sang Begawan, akhirnya R.Sadewa berhak menerima wahyu tersebut setelah memberikan wahyu tersebut kepada R.Sadewa, Begawan Sukmaningrat yang ternyata Sang Hyang Wenang kembali ke Kahyangan. Dengan memiliki wahyu, R.Sadewa kembali ke Amarta namun diperjalanan ia bertemu dengan R.Sutejo yang meminta agar wahyu diberikan, tetapi dipertahankan maka terjadilah perkelahian keduanya, dan R.Sadewa melarikan diri, tetapi Pendeta Durna menghadang dan merebut wahyu yang dimiliki R.Sadewa. Dengan memiliki Wahyu dengan jalan merampas dan merebut, atas kehendak dewa Pendeta Durna menjelma menjadi seekor babi hutan dan ketika para Kurawa mencari pendeta Durna diberitahu pendeta Durna dimangsa babi hutan yang ada didepannya.

Akhirnya babi hutan jelmaan Durna dikejar akan dibunuh oleh para Kurawa dan melarikan diri masuk istana Amarta untuk menyerahkan diri dan mengembalikan wahyu kepada R. Sadewa. Setelah wahyu diserahkan dan mohon ampun atas segala kesalahannya, pendeta Durna beralih rupa seperti sediakala, tetapi tiba-tiba datang Kresna yang beralih raksasa untuk merebut kembali wahyu untuk diserahkan kepada R.Sutejo.

Prabu Puntadewa yang berwatak jujur sangat marah dituduh pihak Pandawa merampas wahyu yang bukan miliknya, akhirnya Puntadewa karena amarahnya membuat dirinya berubah ujud menjadi raksasa besar, namun tak ada yang kalah dan menang. Melihat situasi ini, diturunkanlah dewa ke bumi untuk melerai peperangan dua raksasa, melihat kehadiran Sang Hyang yang menjelma dan masuk ke sukma Kyai Semar yang memberitahu kepada Batara Kresna bahwa yang berhak memiliki wahyu adalah R.Sadewa karena R.Sadewalah yang mampu memenuhi syarat-syarat yang diajukan Dewa dan R.Sadewalah yang menerima langsung wahyu dari tangan dewa yang bertugas menurunkan wahyu. Melihat kekeliruannya, Prabu Kresna meminta ma’af ke pihak Pandawa, karena telah bertindak salah tanpa ditelusuri dulu kebenarannya.

Maka dengan berdiamnya wahyu di istana Amarta negeri menjadi aman, tenteram dan damai.

(Kanjeng Sunan Lumping)