Wafat di RSUD M Yunus, Nyaris Dimakamkan Ala Covid-19, Bagaimana Jika ini Keluarga Anda?

RSUD M Yunus Bengkulu

Bengkulutoday.com - Almarhumah  Jasmawarni berusia 72 tahun mengidap penyakit konplikasi dan menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit M Yunus, Selasa (24/11/2020).

Menurut anak Almarhumah, ibu nya sebelum mengidap penyakit jantung . Dikarenakan terlalu banyak makan obat hingga berdampak pada organ ginjal nya.

“Ibu sudah sakit jantung sejak lima tahun terakhir dan sudah mengganggu organ ginjal karena karena terlalu sering konsumsi obat,” ujar Donni Osmond.

“Sebenarnya kami Engan membawa orang tua kami kerumah sakit tapi melihat kondisi semakin  memburuk akhirnya dibawa ke rumah sakit Tiara sela. Dari Tiara sela dirujuk ke rumah sakit M Yunus, dan orang tua kami meninggal dunia,” ujar Donni Osmond sedih.

Masalah baru timbul setelah almarhumah meninggal ,kami tidak bisa membawa pulang jenazah karena diduga ibu kami terinfeksi virus Covid 19. Dan sempat bertegang urat leher hingga polisi yang jaga datang  mengamankan situasi.

Dokter jaga. Yang tidak mau menyebutkan identitas nya bersikeras jika. Jenazah dibawa sebelum hasil swab keluar harus di makaman secara protokol kesehatan Covid-19.

Dikatakan Donni Osmond akhirnya diambil kesepakatan jika memang terbukti covid 19 kami anak-anak nya ikhlas tapi jika tidak orang tua kami wajib kami makanan selayaknya umat muslim.

“Jujur sedih ketika melihat jenazah orang tua kami di biarkan didalam kamar tanpa ada anak anak ,tanpa ada saudara yang mengiringi doa disamping jenazah pada malam jenazah meninggal dunia,” tambah Donni Osmond.

Dikatakannya, setelah siang hasil swab keluar dan hasilnya negatif.

“Alhamdulillah hasilnya negatif dan orang tua kami di makamkan layaknya umat Islam, Dimandikan, dikafani dan disalatkan secara layak,” ujar Donni Osmond.

“Saya berharap semoga kedepannya tindakan profesional harus dikedepankan jangan sampai merugikan jenazah dan keluarga,” tambahnya.

Cerita tersebut kemudian ditulis Donni Osmon di laman Facebooknya, Selasa (24/11/2020) malam:

Innalilahi wa'inalillahi rojiun...

Sebelumnya, sudah empat hari orang tua kami dalam keadaan sakit. Melihat kondisi fisiknya semakin melemah, siang itu kami bawa ke rumah sakit Harapan dan Doa HD) kota Bengkulu. Setiba disana, dokter piket UGD menyarankan dibawa di Rumah Sakit (RS) yang memiliki ahli dan peralatan jantung lebih lengkap. Lagi pula sekarang ini RSHD menjadi salah satu RS rujukan bagi virus Corona (covid), pasien harus mengikuti prosedur kesehatan sebelum dilakukan perawatan.

Kebetulan kami menyaksikan sendiri, ambulan dengan petugas yang menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap keluar membawa jenazah pasien covid. Membuat kami merasa kawatir, dan memutuskan untuk membawa orang tua kami ke RS yang lain.

Sudah lima tahun belakangan ini orang tua kami mengidap penyakit jantung. Sejak itu ia harus mengkonsumsi obat dibawa petunjuk dokter, yang diambil secara rutin setiap bulannya di RS Tiara Sella. Atas pertimbangan itu dan mengingat jarak tempuh juga yang relatif dekat, maka kami bawa kesana.

Tiba di RS Tiara Sella orang tua kami ditempatkan di tenda yang berada di bagian luar RS. Menurut penjelasan petugas medis, bahwa pasien akan mendapatkan ruang perawatan setelah melalui protap kesehatan. Sehingga dilakukan Rapide tes kepada orang tua kami dengan hasil reaktif. Dengan kondisi sedang dalam keadaan sakit, bagi kami hasil ini tentulah wajar saja.

Selama dalam masa perawatan, sebagai antisipasi jika pasien mengalami sesak nafas. Maka pasien harus dirawat di tempat yang memiliki peralatan yang khusus, jelas petugas medis kepada kami.

Melihat kondisi orang tua kami yang sangat membutuhkan tindakan, sedangkan saat itu hanya ditempatkan di dalam tenda.

Maka kami setuju orang tua kami dirujuk dengan terlebih dahulu harus menandatangani kesepakatan yang disodorkan oleh petugas.

Dengan harapan akan mendapatkan tindakan perawatan medis dan tidak menjadi penyesalan bagi kami. Menjelang magrib, orang tua kami dibawa ke RSMY dengan menggunakan protokol covid dan langsung ditempatkan di ruangan isolasi khusus pasien covid.

Di gedung Fatmawati ini, orang tua kami hanya diperbolehkan dijaga satu orang dari keluarga. Dengan catatan tidak diperbolehkan pulang kerumah, berganti atau dibesuk oleh keluarga yang lain. Demi membutuhkan perawatan, terpaksa kami mengikuti dan terima semua ketetapan.

Sebelumnya mendapatkan tindakan medis,

Allah mempunyai keinginan lain.

Sekitar pukul 20.15 orang tua kami meninggal dunia pada usia 72 tahun dengan status sebagai pasien covid.😭

Disaat orang tua kami dalam keadaan sekarat. Meskipun sudah dengan berteriak, tapi tak seorangpun petugas yang datang memberikan pertolongan. Cerita yang disampaikan oleh adik kami ini kiranya tidaklah berlebihan. Karena setibanya di RSMY, kamipun tidak dapat menemukan petugas untuk berkoordinasi.

Nomor ponsel kepala ruangan yang didapat, kami coba hubungi berkali kali. Tetapi jangankan mendapat respon, malahan diblokir. Setelah sekian lama menunggu, terlihat seseorang di bangunan yang berada persis didepan. Kami jelaskan maksud dan keinginan kami pihak keluarga.

Tak lama berselang, beberapa orang petugas satpam dan kepolisian pun datang.

Kami minta mereka dapat menjembati keinginan kami, yang ingin bertemu dengan petugas gedung isolasi. Jika tidak, maka kami akan masuk untuk mengambil jenazah.

Akhirnya beberapa orang petugas medis datang menemui kami. Mereka menjelaskan bahwa orang tua kami diduga terjangkit virus Corona. Jenazah tidak boleh dibawa, harus dimakamkan dengan protokol covid. Tentu saja kami protes tidak terima, jika hanya berdasarkan gejala orang tua kami diputuskan covid.

Setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya kami bersepakat untuk melakukan tes Swab kepada jenazah. Kami akan menerima apa yang ingin dilakukan oleh petugas, jika tes yang dilakukan kepada jenazah menunjukkan hasil positif. Lagian hari sudah lewat tengah malam.

Dengan terpaksa kami harus pulang kerumah, menunggu hasil tes yang dijanjikan akan diperoleh esok hari. Sepanjang malam itu, beberapa kali kami menyaksikan mobil ambulans membawa pasien yang diduga terjangkit virus Corona dari beberapa daerah.

Sekira jam 10 petugas memberitahu bahwa, hasil tes Swab sudah keluar. Jenazah orang tua kami dinyatakan negatif virus Corona.

Alhamdulillah... Akhirnya jenazah bisa kami bawa pulang ke kelurahan Malebero, dimakamkan dengan layak sesuai syariat Islam.

Tapi bagaimana dengan keluarga pasien yang lain.?

Yang belum tentu punya keberanian untuk

mempertanyakan status keluarga mereka yang diisolasi disana.

Yang sempat bercerita mendapatkan perilaku yang sama bahkan lebih...

Semoga melalui kisah ini, dapat menjadi pembelajaran bagi yang lain. Kita dapat menemukan solusi untuk perbaikan..🤲

Atau akan ada pihak yang merasa dirugikan, lantas mencurigai ada sesuatu pada cerita ini.

Itu juga hak mereka,.. silahkan saja..

(Heryandi Amin/Infobengkulen.id)