Turunkan Angka Stunting di Ende, Kominfo Gandeng Pemda Gelar GenBest

Turunkan Angka Stunting di Ende, Kominfo Gandeng Pemda Gelar GenBest

Bengkulutoday.com - Indonesia saat ini menghadapi permasalahan gizi dengan ditemukannya prevalensi anak balita pendek atau stunting yang relatif tinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2018, saat ini 30,8 persen atau sekitar 3 dari 10 anak Indonesia mengalami stunting. Angka itu masih diatas batas toleransi stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu maksimal 20 persen. 

Beragam upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk menekan angka stunting, salah satunya melalui kampanye nasional penurunan prevalensi stunting dengan menggandeng pemerintah daerah.   

"Sebagai koordinator kampanye nasional penurunan prevalensi stunting, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian  Komunikasi dan Informatika menggandeng pemerintah daerah untuk melaksanakan sosialisasi generasi bersih dan sehat atau GenBest," jelas Plt. DIrjen Informasi dan Komunikasi Publik, Rosarita Niken Widiastuti, dalam sambutan yang dibacakan pada Forum Sosialisasi GenBest, di Hotel Grand Wisata, Kabupaten Ende, Kamis (1/8//2019).   

GenBest merupakan inisiasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo untuk  menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. "GenBest ditargetkan   mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan  sehat dalam kehidupan sehari- hari," ungkap Niken.

Forum Sosialisasi GenBest dilaksanakan Direktorat Informasi dan Komunikasi  Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo bersama Pemerintah Kabupaten Ende. Kabupaten Ende terpilih menjadi tempat dilaksanakannya sosialisasi GenBest dikarenakan merupakan satu dari 60 kabupaten/kota prioritas stunting di tahun 2019.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tingkat prevalensi stunting di Ende mencapai  35,99 persen. Terdapat sepuluh desa prioritas Stunting di kabupetan ini yakni Tanalangi, Tanali, Tiwusora, Nggesabiri, Puutara, Ndetundora l, Aejeti, Kebirangga Selatan, Redodory,  dan Tou Barat. Sosialisasi itu dihadiri remaja putri dari  sekolah menengah atas/kejuruan dan ibu muda, terutama dari sepuluh desa prioritas. 

Prioritas Pemerintah

Selama lima tahun terakhir, prevalensi stunting telah turun dari 37,2 persen (Riskedas, 2013) menjadi 30,8 persen (Riskedas, 2018). Meski turun signifikan, angka tersebut masih tergolong tinggi. Hal itu disebabkan masih adanya  kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama  Kehidupan (HPK), yaitu sejak janin hingga anak berusia 24 bulan. Namun, pemerintah optimistis angka prevalensi stunting semakin turun karena ragam kebijakan intervensi penanggulangan stunting. 

"Salah satu program prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah  pembangunan manusia. Indonesia pun akan menjadi negara maju apabila kita dapat  menyelesaikan dan menuntaskan pemberantasan stunting. Hal ini amat diperlukan karena  terbebas dari stunting adalah modal dasar pertumbuhan seorang anak, yang kedepannya  akan menjadi generasi penerus bangsa," ujar Kepala Subdirektorat Informasi dan Komunikasi Kesehatan, Direktorat IKPMK Ditjen IKP Kementerian Kominfo. Marroli J. Indarto. 

Marroli menambahkan, forum sosialisasi Genbest dalam rangka penurunan prevalensi stunting ini diselenggarakan sebagai upaya pencegahan munculnya SDM yang tidak kompeten ketika menghadapi bonus demografi tahun 2030. Tahun itu, diperkirakan 68 persen penyangga ekonomi Indonesia adalah usia produktif yang lahir saat ini. Pemerintah tidak ingin sumber daya manusia ini mundur sebelum pertandingan global karena kalah kompetisi akibat stunting. 

"Permasalahan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat maupun pemda saja. Namun masyarakat pun juga harus terlibat aktif dalam gerakan penurunan stunting. Oleh karena itu, kami juga mengajak berbagai lapisan masyarakat, baik media maupun komunitas untuk bersama- sama berpartisipasi dalam penurunan angka prevalensi stunting," tambah Marroli. 

Sesuai dengan Inpres Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo telah diamanatkan untuk mengkoordinasikan isu sektor menjadi narasi tunggal untuk disampaikan ke masyarakat. Khusus terkait stunting, Kominfo berharap isu sektoral ini dapat menjadi isu yang dikerjakan bersama. 

"Kami mengajak masyarakat untuk dapat melakukan 3P (Peduli, Pahami dan untuk membantu pengurangan stunting. Peduli berarti masyarakat peduli dengan sekitar, terutama kondisi kesehatan keluarga. sebanyak mungkin informasi terkait stunting. Terakhir, PartiSpaS, mari bersama- sama berperan aktif menyukseskan gerakan sadar stunting ini dalam rangka kontribusi pada pembangunan manusia di Indonesia," tutup Marroli. 

Dalam menangani stunting, Pemerintah melakukan intervensi dalam dua skema. Pertama, intervensi spesifik atau  gizi dengan melakukan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak,  suplementasi gizi, pemberian tablet tambah darah, serta konsultasi. Kedua, intervensi sensitif  atau non gizi seperti penyediaan sanitasi dan air bersih, lumbung pangan, alokasi dana desa,  edukasi, serta sosialisasi. 

Selain melalui forum GenBest, informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, dan  tumbuh kembang anak juga dapat diakses melalui situs genbest.id dan media sosial  @genbestid serta @infokompmk. Aplikasi android 'Anak Sehat' juga bisa diunduh dan  digunakan sebagai alat pantau digital pada tumbuh kembang anak.  

sumber: kominfo.go.id