Tunda Mudik Selamatkan Keluarga Dari Covid-19

ilustrasi

Oleh : Indriyani )*

Imbauan untuk beribadah, bekerja, dan belajar dari rumah akibat penyebaran Covid-19 telah dimanfaatkan segelintir  masyarakat untuk melakukan mudik ke kampung halaman. Masyarakat pun diharapkan untuk menunda mudik guna menyelamatkan keluarga dari resiko penularan Covid-19.

Mungkin saja warga Indonesia yang sebagian besar nekat mudik ini memiliki keegoisan yang tinggi. Namun, bisa saja ada hal lain yang mengharuskan mereka "terpaksa mudik" karena kesulitan ekonomi, utamanya pasca Corona melanda. Tapi, bukankah pemerintah telah menggelontorkan bantuan untuk beberapa bulan kedepan, agar warga ibukota tidak usah mudik. Berarti jika sampai ada yang pulang kampung ini sudah dipastikan mereka ialah orang yang "ngeyel".

Imbauan terkait larangan untuk Tidak pulang kampung ini sebetulnya merujuk pada potensi  Carrier yang bisa saja kita sandang. Kita yang sedemikian sehat dapat memicu penularan terhadap orang lain yang memiliki imunitas yang lemah. Lantas sebetulnya seberapa berbahayakah virus Corona ini? Hingga mampu membunuh ribuan orang lebih di hampir seluruh dunia.

Virus yang berkembang pertama kali di kota Wuhan China ini memerahkan sebagian besar kota tersebut. Karena saking cepatnya penularan, kini hampir di seluruh dunia terkena imbasnya. Banyak negara-negara di dunia menyatakan jika virus ini sungguh mematikan. Bahkan untuk mengembangkan antivirusnya saja para pakar, ilmuwan hingga dokter ahli membutuhkan sekurang-kurangnya 18 bulan masa percobaan.

Corona virus yang menyebabkan COVID-19 ini menjangkiti orang-orang melalui droplet (percikan ludah) penderita yang kemungkinan keluar ketika bersin atau batuk. Droplet yang menempel di permukaan benda kemudian tersentuh inilah yang bisa berpotensi menularkan. Makanya, pemerintah banyak mengimbau untuk selalu cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir, sebelum dan sesudah beraktivitas.

Sementara itu, penerapan pemakaian masker kini juga tengah digalakkan. Pasalnya, baru-baru ini ditemukan penelitian terkait penularan melalui udara atau aerosol di sejumlah tempat. Sehingga, masker ini dinilai cukup efektif untuk mencegahnya. Terlebih, bagi para Petugas medis. Sebab, di rumah sakit terdapat ventilator-ventilator yang menyebabkan aerosol ini berubah partikel. Oleh karena ini, petugas medis wajib mengenakan masker N-95. Namun, bisa memakai masker bedah biasa jika di luar ruangan (tidak bertugas).

Tak kalah serius, PSBB atau pembatasan sosial berskala besarpun turut dilakukan.Hal ini dilakukan guna menekan angka ekspansi virus agar tak terus meluas. Pasalnya, di ibukota sendiri data jumlah korban COVID-19 kian meningkat. Meski jumlah sembuh dan meninggal berkejaran, kewaspadaan tetap wajib ditingkatkan.

Masyarakat yang awam terhadap hal-hal demikian wajar jika masih nekat mudik. Toh, resiko penularan terhadap orang tersayang dia sendiri yang bakalan tanggung. Bayangkan saja, jika mudik dilakukan. Harus cek kesehatan bolak-balik puskesmas, wajib karantina mandiri hingga 14 hati. Belum lagi tekanan sosial dari orang-orang sekitar yang menganggap orang yang mudik seperti pembawa kematian.

Apa masih mau mudik ribet begitu? Ya kalau semua akan aman-aman saja. kalau terjangkit, bagaimana? Syukur-syukur tak menulari tetangga atau sanak keluarga. Jika kemudian virus berkembang di lingkungan akibat mereka yang tak aware atas imbauan, siap dikucilkan? padahal, jasad COVID-19 ini disarankan tak perlu diziarahi, harus dibungkus dengan body bag plastics dan beragam prosedur sesuai portokol SOP yang diberlakukan. Coba dibayangkan jika hal ini terjadi?

Bukankah lebih baik menekan hasrat ingin pulang karena sayang keluarga dirumah. Bersilaturahim saat ini mungkin sedang tak perlu bertemu, berkumpul dan sejenisnya. Tapi, kita harus yakin badai pasti berlalu, toh seluruh rakyat Indonesia juga merasakan pandemi ini kian mengungkung diri.

Namun, inilah saatnya sadar, saatnya lebih konsen bahwa mudik berpotensi menggondol nyawa. Sebarkan aneka info baik terkait imbauan semacam ini, agar seluruh orang mampu melindungi diri juga melindungi orang lain. Manfaatkan teknologi untuk saling ngobrol mengurai kangen, pergunakan jejaring sosial untuk menebarkan semangat juang melawan Corona. Jangan sebarkan hoax yang menyesatkan. Sudah bukan waktunya main-main, mari segera siaga. Dukung pemerintahan untuk melarang para perantau agar tak pulang kampung dan menahan hasrat Rindu. Tunggu hingga kondisi aman terlebih dulu. Ayo tetap bertahan demi keluarga yang tersayang.

)* Penulis adalah warganet tinggal di Gunung Kidul, Aktif dalam Ikatan Mahasiswa Gunung Kidul