Tiga Herbal yang Berpotensi Tangkal Corona

Tiga tanaman yang tumbuh di Indonesia ini dianggap punya potensi menjadi antivirus corona

Bengkulutoday.com - Sejumlah peneliti dan ilmuwan dunia kini tengah disibukkan mencari penangkal virus SARS COV-2. Mereka berkejaran dengan waktu untuk bisa menyediakan vaksin corona yang telah memapari jutaan orang di dunia ini. Vaksin ini sangat dinanti sebelum korban makin banyak berjatuhan.

Di Indonesia peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) punya kandidat antivirus Covid-19. Obat itu berasal dari ekstrak daun ketepeng badak (Cassia alata) dan benalu (Dendrophtoe sp). “Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan mempunyai potensi antivirus,” kata Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Yenny Meliana, Senin (11/5/2020).

Adapun senyawa yang diprediksi dapat  berperan aktif sebagai antivirus adalah kaempferol, aloe-emodin, quercitrin, dan quercetin. Untuk membuktikan efektivitasnya, kedua sampel herbal itu telah dikirim ke Kyoto University Jepang untuk uji in vitro langsung pada virus SARS-COV-2, yang menjadi penyebab Covid-19.

Menurut peneliti bidang farmasi kimia LIPI Marissa Angelina, daun ketepeng selama ini dikenal aktif menghambat pertumbuhan virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah. Sedangkan benalu juga dikenal mengandung senyawa aktif yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.

Saat ini langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada pasien Covid-19, kata Marissa, masih terbatas pada tindakan preventif dan suportif yang dirancang untuk mencegah komplikasi dan kerusakan organ lebih lanjut.

“Beberapa studi pendahuluan telah menguji kombinasi agen potensial seperti protease inhibitor lopinavir/ritonavir yang umumnya digunakan untuk mengobati virus HIV, digunakan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi Covid-19,” katanya.

Ketepeng Badak

Ketepeng kebo adalah nama lain dari tanaman ini. Tanaman ini masuk dalam famili Caesalpiniaceae. Menurut sejumlah jurnal, tanaman ini berasal dari Amerika dan banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Ketepeng tumbuh sebagai tanaman liar atau biasanya sengaja ditanam di pinggir kali atau sawah serta sering digunakan untuk tanaman hias pekarangan.

Menurut peneliti LIPI Marissa, daun ketepeng juga sudah sejak lama digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebagian penduduk, terutama di Pulau Jawa, daun ketepeng biasanya digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kulit seperti eksim, kurap, kudis, dan panu. Untuk mengobati penyakit kulit pada manusia, daun ketepeng sering dicampur dengan air kapur atau perasan air jeruk nipis.

Benalu

Tumbuhan ini dikenal sebagai parasit. Sifat tanaman ini sebagai penyerang atau perusak tanaman inangnya. Tanaman ini berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif.

Dalam Flora Malesiana vol. 13 (1997) disebutkan, ada dua kelompok besar benalu: dari keluarga Loranthaceae dan Viscaceae. Famili Loranthaceae punya 23 marga (dengan 200 jenis tanaman), di antaranya marga Dendrophthoe (21 jenis) dan marga Scurrula (8 jenis). Sedangkan Viscaceae punya empat marga (26 jenis).

Penamaan benalu tergantung pada tanaman inangnya. Jika ia menempel pada tanaman teh disebut benalu teh (Scurrula oortiana). Benalu teh merupakan salah satu dari daftar tumbuhan yang telah diajukan sebagai calon fitofarmaka antikanker, dan juga memiliki aktivitas antimalaria.

Ekstrak benalu yang hidup di pohon jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat penyakit ambien dan diare. Benalu kapas berpotensi sebagai bahan antimikroba alami untuk pangan, terutama pangan yang berkadar air tinggi serat dapat dikembangkan sebagai pangan fungsional.

Sebagai obat tradisional masyarakat di berbagai negara sebenarnya sudah lama memanfaatkan benalu untuk menyembuhkan beragam penyakit. Dari sejumlah catatan etnobotani disebutkan, di Pulau Jawa pada tahun 1968 tanaman ini sudah digunakan sebagai obat penyakit cacar air, cacar sapi, diare, cacing tambang, tumor, dan kanker.

Pada 1978 penelitian etnobotani menyebutkan, benalu teh kering yang direbus airnya dapat diminum untuk menyembuhkan penyakit kanker rahim dan jenis kanker lainnya. Pada 1984, penelitian etnobotani sekali lagi menemukan fakta di lapangan, air hasil rebusan benalu dari daun tapak dara (Catharanthus roseus), jika diminum, ternyata dapat mengobati kanker.

Tak hanya di Indonesia, masyarakat Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini juga menggunakan benalu sebagai obat. Di Indocina, daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. sering diramu dengan teh, lalu diminum sebagai obat flu.

Jamur Cordyceps

Selain dua tanaman yang diajukan LIPI, ada lagi tanaman herbal yang juga diklaim bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Tumbuhan itu tergolong dalam keluarga jamur. Namanya jamur Cordyceps. Menurut Guru Besar Fakultas MIPA dan Pakar Biomolekuler Universitas Brawijaya Profesor Widodo, jamur ini memiliki struktur yang bisa menghambat pembiakan virus corona secara langsung dan bisa bersifat antivirus.

“Sudah lama dipakai masyarakat khususnya di Tibet, Tiongkok, Korea karena keunggulannya memiliki beberapa senyawa aktif. Strukturnya memiliki kesamaan dengan senyawa antivirus,” ujarnya.

Menurut Widodo, pada Covid-19 hal esensial adalah munculnya badai sitokin. Untuk sitokin ini diperlukan senyawa antiinflamasi.  “Jamu Cordyseps punya potensi menurunkan badai sitokin itu,” katanya.

Selain berpotensi sebagai antivirus, jamur Cordyceps juga bisa membantu meningkatkan kemampuan pernapasan. Saat ini tim dokter dan dan peneliti di Indonesia sedang bersiap melakukan uji klinis jamur ini pada pasien Covid-19 di Wisma Atlet, Jakarta. “Kami sudah menyiapkan protokol uji klinik di Wisma Atlet, untuk pasien, tinggal tunggu beberapa minggu,” ujar Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania.

Cordyceps merupakan jamur yang tumbuh di pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet. Pada awalnya, tumbuhan herbal ini dianggap memiliki kandungan nutrisi yang efektif dipakai sebagai penambah stamina.

Jamur Cordyceps sinensis dikenal sebagai tumbuhan obat  tradisional kuno yang banyak digunakan di Tibet sejak abad ke-15. Tumbuhan ini adalah jamur yang melekat sebagai parasit pada ulat dan berasal dari dataran tinggi Sikkim Utara, India.

Cordyceps mengandung banyak nutrisi, seperti protein atau asam amino esensial, peptida, vitamin (B1, B2, B12, E, K), asam lemak, dan mineral. Cordyceps kemungkinan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara merangsang sel-sel dan bahan kimia tertentu.

Sungkai

Sungkai sebelumnya telah dimuat di media ini. Informasi tentang sungkai ini disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo belum lama ini. Dalam rapat perkembangan penanganan Covid-19 dengan para gubernur se-Indonesia, yang dilakukan melalui konferensi video, pada Rabu (22/4/2020), Doni mendapat informasi ada sebuah tanaman di Indonesia yang berkhasiat digunakan untuk melawan virus. Obat ini kerap digunakan nenek moyang untuk mengobati demam.

Tumbuhan itu namanya sungkai (Peronema canescens Jack). Daun tanaman, katanya, biasa digunakan untuk menangkis serangan virus. "Tanaman ini menurut informasi banyak tumbuh di Provinsi Jambi. Apa hasilnya, tolong sampaikan ke kami secepatnya. Terima kasih Pak Gubernur," kata Doni Monardo, seperti ditirukan Gubernur Jambi Fachrori Umar.

Fachrori Umar yang ikut dalam rapat itu langsung menyambut informasi tersebut. Ia langsung memerintahkan Dinas Kehutanan untuk segera berkoordinasi dengan BPOM, Labkesda, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi untuk meneliti manfaat daun sungkai tersebut.

Sungkai merupakan salah satu tumbuhan asli Kalimantan. Meski asli Kalimantan, tanaman ini juga bisa dijumpai di daerah Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat.

Sungkai banyak tumbuh di hutan sekunder pada berbagai jenis tanah. Tapi biasanya, sungkai tumbuh pada tanah yang cukup mengandung air, seperti di tepi sungai dan secara bermusiman tergenang air tawar.

Tumbuhan sungkai cocok tumbuh di daerah tropis bercurah hujan A hingga C, baik di tanah kering maupun sedikit basah pada ketinggian 0 mdpl hingga 600 mdpl. Tanaman itu merupakan jenis kayu-kayuan yang bisa mencapai tinggi 20-30 meter, dengan diameter batang mencapai 60 cm atau lebih. Tinggi batang bebas cabang bisa mencapai 15 meter.

Bentuk batang lurus dengan lekuk kecil. Kulitnya berwarna abu-abu atau sawo muda, beralur dangkal mengelupas kecil-kecil dan tipis. Penampang kulit luar berwarna coklat, kuning, atau merah muda. Kayunya berteras dengan warna sawo muda. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu halus.

Daun muda tanaman ini sering digunakan sebagai obat saat anak-anak demam dan sakit kepala serta sakit gigi, asma, bahkan penyakit kulit seperti panu. Rebusan daun muda sungkai juga dipercaya berkhasiat untuk memperlancar haid pada perempuan dan membantu tingkat kesuburan rahim wanita.

Ariefa Primair Yani dkk dalam penelitiannya berjudul "Uji Potensi Daun Muda Sungkai (Peronema canescens) untuk Kesehatan (Imunitas) pada Mencit (Mus.muculus)" mengatakan bahwa sungkai sering juga disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus sungkai, atau sekai. Tumbuhan ini termasuk dalam famili Verbenaceae.

Di Bengkulu, tumbuhan ini bisa dijumpai di hutan, kebun, maupun halaman. Tanaman ini bisanya digunakan sebagai pagar hidup di belakang rumah.

Tumbuhan ini oleh suku Dayak Kalimantan sampai saat ini masih kerap digunakan untuk pengobatan maupun perawatan kesehatan. Mereka bisanya menggunakan daun muda sungkai untuk obat pilek, demam, cacingan (ringworms).

Kadang daun muda tumbuhan ini juga dijadikan untuk memandikan wanita selepas bersalin. Selain itu, daun muda sungkai biasanya juga digunakan untuk obat kumur pencegah sakit gigi.

Di wilayah Sumatra Selatan dan Lampung, daun sungkai biasanya digunakan sebagai antiplasmodium dan obat demam. Suku Serawai Bengkulu, bisanya menggunakan daun sungkai untuk obat memas. Sedangkan suku Lembak Bengkulu biasanya menggunakan daun muda sungkai untuk penurun panas, malaria, dan menjaga kesehatan.

Kandungan dalam daun tumbuhan ini, menurut Ariefa, punya khasiat meningkatkan sistem imun tubuh. Menurut dia, untuk menurunkan panas, biasanya masyarakat menggunakannya segenggam tangan orang dewasa dengan sekali konsumsi.

Menurut Ariefa, dari hasil uji coba ke mencit menunjukkan sel darah putih (leukosit) mencit meningkat. Meningkatnya sel darah putih, kata dia, bisa digunakan tubuh untuk melawan berbagai penyakit infeksi.

Sejumlah peneliti juga sudah melakukan riset terhadap khasiat daun sungkai itu. Bahkan daun ini juga sudah dijual di beberapa toko online seperti shopee.co.id, tokopedia.com. Di Shopee daun sungkai seberat 250 gram dijual seharga Rp50 ribu.

Di deskripsi produk, penjual menulis begini. Daun sungkai terkenal sebagai obat mujarab bagi wanita yang menginginkan momongan. Daun ini berkhasiat menambah kesuburan. "Tidak ada salahnya mencoba dan tak lupa berdoa kepada Tuhan, mudah-mudahan kita semua segera diberi keturunan yang berguna bagi nusa bangsa," kata penjual dalam deskripsi produknya.

Di Tokopedia, dengan berat yang sama daun itu dihargai Rp55.000. Dalam deskripsi produknya, penjual menyebut beberapa khasiat daun ini. Daun yang terkenal di Kalimantan ini, begitu merek menyebut, dapat digunakan mengobati luka terbuka.

Minum air rebusan bagian kulit batang pohon ini, dipercaya bisa mengobati malaria, menjaga stamina tubuh, hingga meningkatkan imunitas tubuh. Bagi wanita yang minum rebusan daun ini dipercaya bisa menambah kesuburan. Lagi-lagi di akhir ditambahi kalimat, "Jangan lupa berdoa pada Tuhan."

Dari hasil penelitian dan sejumlah informasi produk itu, tak ada salahnya jika informasi yang disampaikan Doni Monardo itu ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih serius. Siapa tahu, dari penelitian itu, daun sungkai itu memang benar bisa digunakan untuk menangkal virus corona yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya itu.

Mana yang paling tokcer, tentu kita harus menunggu hasil dari uji klinis.

*Fajar WH, artikel dimuat di laman www.indonesia.go.id