Tetap Optimis dan Produktif di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

ilustrasi

Oleh : Muhammad Zakie )*

Era adaptasi baru yang dimulai sejak pasca lebaran membuat kita harus optimis dalam menata masa depan. Pandemi covid-19 memang belum usai, namun bukan berarti kita bersikap skeptis dan malah takut akan terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Justru dalam keadaan ini kita dituntut untuk beradaptasi dan lebih produktif lagi, agar makin sukses.

Bayang-bayang ketakutan akan pandemi covid-19 yang entah kapan berakhir kadang membuat orang jadi galau dan lelah karena keadaan ekonominya sedang anjlok. Memang di masa pandemi, ada banyak karyawan yang dirumahkan. Begitu juga dengan pebisnis yang jualannya jadi sepi. Semua orang sedang berhemat karena memprioritaskan untuk beli sembako.

Namun keadaan ini jangan dibuat alasan untuk murung dan pesimis akan keadaan tahun depan. Ketika terdesak ekonomi, maka kita justru bisa berpikir kreatif dan optimis dalam menghadapi pandemi covid-19. Karena kondisi ini tidak selamanya terjadi, suatu saat pandemi akan berakhir. Jadi kita perlu meningkatkan produktivitas dan semangat dalam berkarya.

Sesuai dengan namanya yakni era adaptasi kebiasaan baru, kita tidak hanya beradaptasi dalam menjaga kesehatan dengan rajin cuci tangan dan pakai masker. Adaptasi juga bisa dilakukan dalam dunia bisnis. Ketika jualan sepi, maka coba untuk ganti barang dagangan dengan menjual masker, hand sanitizer, atau barang lain yang banyak dibutuhkan orang.

Begitu juga dengan usaha konveksi. Saat ini anak sekolah untuk sementara belajar di rumah, sehingga orderan seragam menurun. Hal ini bisa diakali dengan ganti memproduksi baju hazmat (APD) karena sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Bisnis tetap jalan dan sekaligus menolong nakes. Pengusaha yang produktif akan merasa bahagia.

Optimisme juga perlu dilakukan saat jualan masih sepi. Jangan malah marah dan menyalahkan corona. Namun pelajari teknik lain dalam marketing, misalnya dengan merambah digital marketing. Anda bisa jualan di marketplace, media sosial, atau via status WA. Perasaan optimis dan semangat mempelajari hal baru akan membuat jualan jadi menyenangkan.

Efeknya, Anda jadi ramah dalam menghadapi pembeli dan jualan jadi laris manis. Siapa bilang bahwa corona membuat kita merana? Yang penting tahu cara menghadapinya dan tetap optimis dan kreatif dalam berusaha. Serta berdoa agar pandemi ini cepat selesai.

Begitu juga dengan karyawan. Banyak yang rela gajinya dipotong, bahkan sampai 50%, karena kondisi perusahaan sedang oleng. Seorang pegawai bisa tetap optimis dalam mencari uang tambahan, dengan berjualan apa saja ketika pulang kerja, yang penting halal. Kalau tidak punya modal, bisa jadi reseller produk yang biasanya tidak ada syarat membayar.

Jika tak ingin berjualan barang, maka seorang pegawai juga bisa menawarkan jasa. Misalnya Anda punya skill membetulkan barang elektronik, maka tawarkan jasa servis ke teman-teman. Anda juga bisa menawarkan jasa pengetikan, penerjemahan, atau yang lain. Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Semua dijalani dengan ikhlas, tawakkal, dan optimis.

Kita sebenarnya masih beruntung karena kondisi saat pandemi tidak separah saat krisis ekonomi 1998 lampau. Kalaupun pendapatan menurun, tapi sembako masih tersedia di pasaran. Bandingkan dengan dulu, ketika beras dan minyak sempat langka dan hanya bisa didapatkan saat ada operasi pasar dari pemerintah. Jadi, tetaplah sabar dalam menghadapi pandemi.

Keadaan saat pandemi covid-19 memang membuat kondisi finansial menurun. Namun kita harus tetap optimis bahwa situasi ini akan berakhir. Tetaplah bekerja keras dan terus produktif dalam berkarya. Kita bisa kreatif dan mencari banyak cara lain dalam mencari uang. Semoga pandemi segera berakhir dan keadaan ekonomi Indonesia kembali stabil.

)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor