Testimoni: "Upaya Mencegah Penyebaran Paham Radikalisme Melalui Media Sosial"

Joko Tri Harmanto/Joko Jack Harun (eks Napiter/Ketua Yayasan Gema Salam)

Bengkulutoday.com, Jakarta - Pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2022 di Jakarta, telah berlangsung Testimoni "Upaya Mencegah Penyebaran Paham Radikalisme Melalui Media Sosial”. Bertindak selaku narasumber Joko Tri Harmanto/Joko Jack Harun (eks Napiter/Ketua Yayasan Gema Salam) dan H. Mohammad Muhtarom, M.Si, M.Pdi (Takmir Masjid Agung Surakarta/Ketua Dewan Masjid Surakarta).

Joko Tri Harmanto/Joko Jack Harun (eks Napiter/Ketua Yayasan Gema Salam), mengatakan "Saya menghimbau kepada masyarakat, bahwa pemahaman radikalisme dan terorisme hari ini masih kencang dan terus masih berkampanye baik di dunia maya maupun di dunia nyata".

Untuk itu, pihaknya mengajak seluruh unsur masyarakat untuk menolaknya dan bersama-sama untuk menangkal radikalisme baik itu yang berada di sekolahan, masyarakat dan sebagainya.

"Adapun langkah untuk mengantisipasi radikalisme, diantaranya selalu meningkatkan kewaspadaan, menjaga anak-anak kita dalam menggunakan sosial media, dan harus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa radikalisme ini menjadi musuh utama bersama negara Indonesia", pungkasnya.

s

Sementara itu, H. Mohammad Muhtarom, M.Si, M.Pdi (Takmir Masjid Agung Surakarta/Ketua Dewan Masjid Surakarta), mengatakan Gerakan radikalisme itu sudah terbukti sangat berbahaya dan memiliki dampak yang luar biasa baik dari aspek ekonomi, politik, budaya, hukum dan semuanya untuk bangsa dan negara Indonesia.

Menurutnya, penyebaran paham radikalisme dilakukan dengan cara-cara yang sistemik, yaitu melalui orang-orang yang belum memiliki kematangan ilmu, kematangan jiwa, kematangan pribadi, kematangan emosional, kematangan keagamaan, dan kematangan ekonomi, dimana orang-orang yang belum memiliki kematangan tersebut sangat mudah terpapar paham-paham radikalisme.

"Untuk mengantisipasi penyebaran paham radikalisme, langkah-langkah strategis, sistemik, terpadu dan secara simultan harus dilakukan secara bersama-sama bagaimana mengatasi masalah-masalah generasi muda yang masih mencari jati diri diberikan tata nilai, seperti nilai- nilai kebangsaan, keagaman, kepahlawanan, nasionalisme", ujarnya.

Selanjutnya dipersiapkan bagaimana kedepan untuk membangun ekonomi mereka supaya kehidupannya makin tertata dan tidak mudah terpapar oleh paham-paham yang tidak baik, seperti paham radikalisme. Kedepan tantangan negara Indonesia akan semakin luar biasa, apalagi menghadapi tantangan dari global, dimana negara Indonesia akan menjadi sasaran tembak baik bidang ekonomi maupun politik.

"Oleh karena itu, seluruh pihak harus bersama-sama berperan aktif mengawal negara yang telah dibangun diatas darah dan nyawa oleh para pahlawan dengan memperkuat rasa nasionalisme yang tinggi serta membangun generasi muda yang religius nasionalis dan nasionalis religius, agar terhindar dari paham radikalisme", jelasnya. (adr)