Stakeholder Meeting, Perpusnas Harap Pemerintah Provinsi Sinergi Ubah Perpustakaan Basis Inklusi Sosial

Stakeholder meeting

Bengkulutoday.com - Literasi mempunyai peranan penting dalam mendorong kesejahteraan dan meningkatkan daya pikir masyarakat. Literasi merupakan hak dan memberikan manfaat yang nyata, yang didapat melalui pendidikan sekolah maupun program adult literacy (literasi untuk orang dewasa). Program ini menghasilkan manfaat yang melampaui hasil dari pendidikan di sekolah.

Berkenaan dengan hal itu, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu menggelar stakeholder meeting, Kamis (19/09/19), di Santika Hotel Bengkulu.

Melalui kegiatan ini, Perpusnas menggagas tema "Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial", di mana tujuannya adalah mengubah paradigma perpustakaan dari semula dianggap sebagai gudang buku, kini bertransformasi menjadi perpustakaan yang dapat memberdayakan masyarakat dengan pendekatan teknologi informasi. 

Kepala Perpusnas Nasional Muhammad Syarif Bando, yang dalam hal ini diwakili Suharyanto selaku Kepala Bidang Pengolahan Bahan Pustaka, mengungkapkan harapan program Perpusnas,

"Harapan dari stakholder meeting adalah adanya sinergi dari pemerintah daerah untuk mengubah perpustakaan menjadi inklusi sosial. Tujuannya bukan lain untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi, dan transformasi efektivitas saat diakses," kata Suharyanto pada media ini.

Dalam hal ini, Perpusnas sudah lebih dulu memikirkan perencanaan dan target terealisasinya program tersebut, di mana Tahun mendatang, perpustakaan daerah di seluruh Indonesia sudah bertranformasi menjadi perpustakaan basis inklusi. 

"Salah satu peranannya adalah penerbit nanti harus meningkatkan koleksi menjadi karya rekam. Sehingga masyarakat akan lebih mudah dalam menyerap informasi,'' tutur Suharyanto.

Disampaikan Gotri Suyanto, perpustakaaan harus mengubah fungsi dan peranannya sebagai inklusi sosial, di mana inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal.

"Perpustakaan jangan seperti museum, koleksinya tidak bertambah sehingga membuat pengunjung bosan. Harus ada peranan penting dalam pengelolaan perpustakaan supaya jadi pusat informasi bagi masyarakat," tutur Gotri. 

Pada stakeholder meeting ini diihadiri oleh 40 orang peserta dari unsur organisasi perangkat daerah, pengelola perpustakaan daerah, dan unsur civitas. (mas)