Skenario Tahun Ajaran Baru: Sekolah Tatap Muka di Zona Hijau?

Ratna Sari

Tahun ajaran baru sebentar lagi akan berlangsung, anak-anak hingga remaja sudah mulai akan disibukan dengan berbagai aktivitas secara langsung, bukan melalui Online atau daring lagi.

Polemik mulai dibuka nya sekolah yang masih diwilayah atau daerah yang masih Zona Hijau membuat berbagai belah pihak bingung akan kebijakan Pemerintah. Baik dari orang tua maupun pihak sekolah. Pasal nya dibuka nya kembali sekolah tentu akan menambah masalah dan persoalan baru meskipun daerah tersebut di Zona Hijau. Jika dilihat saat ini Kurva corona belum juga meperlihatkan tanda-tanda penurunan, yang ada kian hari makin pesat kenaikannya.

Kekhawatiran dan keresahan yang dirasakan baik dari pihak orang tua, maupun pihak sekolah mengenai keamanan terkait kesehatan anak-anak mereka dan juga keselamatan tentu saja membuat orang tua enggan untuk memperbolehkan  ataupun membiarkan nya. Meskipun begitu, pemerintah tetap saja bersikukuh untuk membuka kembali sekolah bagi daerah yang masih di Zona Hijau pada tanggal 13 Juli 2020 mendatang. Di kutip dari Tribunnews.com, Plt Direktur Jenderal PAUD, PendidikanDasar, Dan Pendidikan Menengah, yakni Hamid Muhammad beliau mengatakan bahwa “Hanya sekolah di zona hijau yang dapat membuka sekolah dengan tatap muka. Tanggal pastinya menunggu pengumuman Mendikbud.”  Saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/6/2020).

Sebelum nya kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah, via Onine atau daring, mapun mengunkan televisi, tetapi menjelang diberlakukan nya kebijakan New Normal sejumlah dearah dan wilayah mulai merencanakan pembukaan kembali Sekolah. Menurut Hamid sekolah yang akan dibuka tentu saja akan diberlakukan nya penerapan protokol kesehatan yang ketat. Beliu juga menegaskan untuk jaga jarak, menggunakan masker serta menjaga kebersihan. Begitupun menurut Kepela Biro Kerjasama dan Humas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yakni Evy Mulyani, beliu mengatakan pembukaan sekolah di zona hijau akan dilakukan secara hati-hati.

Meskipun begitu tetap saja hal ini menjadikan orang tua dan juga pihak sekolah khawatir dan takut, pasal nya di Negara lain yang pada awal nya membuka kembali sekolah, dengan cepat menutupnya kembali, dikarenakan ada banyak yang terkena dan terpapar covid-19. Misalnya di Korea utara dimana membuka sekolah kembali berakhir dengan ditutup nya kembali, dikarenakan lonjakan kasus covid-19. Belum lagi Negara yang sudah melonggarkan kebijakan Lockdown justru saat ini mengalami ancaman gelombang kedua virus corona. Pada saat dilakukan pelonggaran justru kasus semakin meningkat seperti di Jerman, Italia, Demark dll.

Begitupun di Indonesia saat ini, pada selasa Juni 2020 ada penambahan kasus positif sebanyak 1.043, sehingga total kasus Covid-19 menjadi 33.074. tentu angka tersebut bukalah angka yang kecil. Hingga hari kamis 11 Juni 2020  jumlah postif covid-19 adalah sebanyak 35.295 kasus. Keputusan pemerintah untuk mulai membuka kembali sekolah merupakan hal yang gegabah meskipun pembukaan nya diberlakukan bagi daerah atau wilayah yang berada di zona hijau. Tetapi tetap saja hal ini tentu akan menimbulkan permasalahan baru yang dapat mengakibatkan penularan semakin masip dan cepat di zona hijau.

Terlebih lagi anak-anak terlalu aktif dalam beraktivitas, dapat menyebabkan kualahan dalam menangani nya. belum lagi kasus covid-19 yang menyerang anak-anak di Indonesia cukup besar. Serta akan sulit untuk mengatur dan menyuruh nya menjaga kebersihan diri. Anak-anak atupun remaja juga belum tentu mengikuti aturan protokol yang sudah disedakan, misal nya menggunan masker sepanjang waktu sekolah, lalu pihak sekolah, serta orang tua memastikan menggati masker setiap empat jam pemaikan atau pada saat kotor. Belum lagi anak-anak harus mencuci tangan secara rutin, serta mampu menjaga jarak. Tentu itu semua tidak ada yang mampu menjamin dan memastikannya dengan pasti. Kalaupun memang harus masuk ditahun ajaran baru atau pada pertengahan Juli 2020, tentu harus ada nya penurunan secara drastis kasus positif covid-19, dan dalam keadaan baik bahkan hingga tidak ada lagi kasus.

Jika dilihat dari kurva kenaikan, tentu pandemi pada saat ini belum dapat dipastikan akan berakhir kapan, apakah dengan cepat usai ataukah akan mengakibatkan lonjakan serta mengakibatkan pada gelombang kedua jika terus saja dipaksakan? Tentu jawaban nya adalaha iya, dimana kebijakan yang di di ambil pemerintah terkesan tergesa-gesa, dan juga tidak konsisten, yang makibatkan kebijakan yang amburadul dan absurd. Itulah sistem kapitalisme liberal dimana  keputusan yang diambil tidak bersandar dengan hukum Sya’a, tidak memikirkan banyak nyawa yang akan tumbang, yang penting kesenangan dan keuntungan mereka dapatkan,  tak peduli rakyat yang kesusahan.

Tentu berbeda sekali dengan Islam yakni Khilafah dalam menyelesaikan persoalan. Dimana bukan berdasarkan kepentingan serta bukan berdasarkan nafsu semata, tentu saja Khalifah yang memimpin dalam sistem Khilafah akan mengeluarkan kebijakan yang dilandasi dengan keimanan dan juga akan senantiasa berpegah teguh pada Syariat Islam. 

Kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini tentu saja tidak akan di lakukan Khalifah dalam Sistem Khilafah, Khalifah tidak akan mengorbankan nyawa rayat hanya karna pemulihan ekonomi. Sejati nya dibuka nya kembali sekolah menunjukan ketidak pedulian pemerintah akan nyawa rakayat nya. Hal ini juga mengakibatkan kebingungan dan keraguan rakyat. Sikap ini tentu tidak memiliki arah yang jelas, dan tegas.

Pada masa Rasulullah SAW di saat terjadi nya wabah penyakit lepra, belau bersabda : “Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari singa,” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam arti kita harus menjaga jarak dan menghindari orang yang sudah terkena, serta tidak berpergian ke Negara atau daerah yang terkena. Begitu juga terkait dengan penyakit atau wabah lain nya yang menulur. Khalifah dengan segenap jiwa nya akan memberikan kebijakan yang benar-benar dan tentu nya konsisten dalam penerapan nya.

Jadi Khalifah akan mempertimbangkan dengan baik kebijakan yang akan di ambil, jangan sampai kebijakan yang belaiu ambil dapat menghilangkan nyawa rakyat nya. Khalifah tentu akan memberlakukan Lockdown dengan baik, tidak akan membuka nya apa bila belum terselesaikan dengan baik. Beliau tidak akan gegabah mengambil keputusan ditengah menyebarnya wabah. Jalan yang Khalifah ambil tentu saja kebijakan untuk menangani dan memberhentikan wabah, memberlakukan penanggung secara penuh terhadap keperluan yang dibutuhkan rakyat, serta menjamin fasilitas kesehatan dimana diberikan secara suka rela. Beliau juga akan memberikan arahan dan panduan yang jelas kepada rakyatnya dengan semaksimal mungkin, serta memerintahkan para Ilmuan dan juga jajaran nya untuk mencarikan dan membuatkan vaksi nya.

Beliau juga akan memeperhatikan kesehatan rakyatnya, baik memenuhi kebutuhan makan, yang bergizi, tayibb dan juga halal, memberikan obat-obat untuk kesehatan. Dan juga memastikan apakah rakyat nya mematuhi kebijakan serta protokol yang ada. Begitupun pendidikan, Khalifah akan memperhatikan nya semaksimal mungkin, tanpa harus melakukan tatap muka secara langsung.

Karena sejatinya pemimpin bertugas mengurusi rakyat, ia senantiasa akan meri’ayah (mengurusi) rakyat hingga benar-benar fokus mencarikan solusi yang tepat dan juga memberikan pelayanan dengan semaksimal mungkin. Selanjut nya Khalifah tetu akan menjadi tameng dan menjadi garda terdepan dalam mengupayakan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa rakyat dari wabah penyakit. Wallah’uallam.

Ratna Sari, Mahasiswi Bengkulu