Separatis Papua Tidak Mendapat Simpati Masyarakat

Foto Ilustrasi

Oleh : Yusak Rumborias

Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata di Papua menujukkan tindakan yang semakin keji, bagaimana tidak, mereka kembali menunjukkan kesombongannya dengan melakukan penembakan beberapa waktu lalu.  Kelompok separatis Papua pun tidak mendapat simpati orang Papua asli karena aksi kejinya tidak dapat dibenarkan. 
    
Situasi di Papua juga semakin memanas pada akhir tahun karena adanya aksi teror dari KKSB. Mereka yang berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) memang sengaja melakukan hal tersebut sebagai sebuah tradisi tahunan jelang 1 Desember. Dimana Kelompok separatis tersebut akan turung gunung dan memprovokasi warga Papua, serta melakukan berbagai cara agar permintaannya dipenuhi oleh pemerintah daerah.

Nyatanya, kelompok separatis seperti KKSB gagal dalam mencari simpati masyarakat di Tanah Papua, hal ini dikarenakan mereka selalu bertindak sembarangan dalam melakukan aksi. Mereka tega menghabisi saudara sesuku, oleh karena itu tentu wajar apabila mereka dicari oleh aparat. Karena keberadaannya selalu meresahkan warga Papua, mulai dari yang tinggal di Merauke, Sorong hingga Mimika.
    
Belum lama ini aksi teror di Nduga yang dilakukan oleh KKSB telah menumbangkan 1 orang tewas. Korban tewas tersebut bernama Yulius Watepo, seorang warga asli Papua. Dirinya sempat dilarikan ke Rumah Sakit namun nyawanya tidak tertolong. Kematian Yulius ini tentu sangatlah miris, dimana KKSB sangatlah kejam dengan menembak saudaranya sendiri.

Dalam penembakan tersebut, sebenarnya yang disasar adalah Pos TNI Satgas Penyangga Yonif PR 330/TD Pasar Baru Kenyam, Kabupatan Nduga. Namun sayangnya yang menjadi korban adalah warga sipil. Banyak pihak yang menyayangkan peristiwa ini karena KKSB benar-benar kejam dan berani menembak orang yang tidak bersenjata.

Jika KKSB berhasil ditangkap, maka mereka akan beralasan bahwa Yulius merupakan aparat berpakaian preman. Namun mereka yang biasa bergerilya tentu tidak tahu beda antara aparat berseragam dengan aparat sedang menyamar. Sehingga dengan membabi-buta mereka langsung melontarkan peluru.

Peristiwa penembakan ini rupanya bukanlah aksi teror yang pertama. Sebelumnya ada tukang ojek yang menjadi korban kekejaman KKSB. Mereka juga berani menembaki para pekerja bangunan yang berada di Intan Jaya. Sehingga mencatat rekor sebagai kelompok bersenjata yang bertindak ala preman dan dibenci oleh warga asli Papua.

Saat OPM merayakan ulang tahunnya, maka KKSB juga akan mengeluarkan segenap rayuannya kepada warga Papua. Mereka berupaya untuk meyakinkan warga untuk bersepakan membuat negara federal Papua Barat daripada bergabung dengan Indonesia.
    
Mereka menganggap bahwa Indonesia adalah negara penjajah. Namun KKSB rupanya tidak tahu bahwa masyarakat Papua sudah lebih cerdas sehingga tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu kelompok separatis, walaupun sudah diiming-imingi materi.
    
Masyarakat khususnya Orang Asli Papua (OAP) telah menunjukkan sikapnya dalam membenci KKSB yang telah melakukan kekejaman dan menyalahgunakan dana desa. Di Intan Jaya misalnya, oknum pejabat desa telah terbukti menggunakan uang bantuan untuk membelikan senjaga baru untuk KKSB. Kesalahan ini tentu tidak bisa ditolerir, karena seseorang yang memiliki jabatan telah terbukti pro KKSB, walau dirinya mengaku melakukan hal tersebtu dibawah ancaman.
    
Tingginya rasa nasionalisme masyarakat Papua membuat mereka menolak ketika diajak mengibarkan bendera bintang kejora, mereka juga tidak ingin menurunkan bendera merah putih. 

Sebelumnya Pentolan Separatis Papua Barat Benny Wenda juga sempat mencari perhatian kepada PBB dan Australia terkait dengan kerusuhan di Expo Waena dan Wamena, Papua. Dimana sekitar 27 orang tewas dalam kerusuhan tersebut.
    
Benny Wenda merupakan pimpinan dari United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang diberi suaka di Oxford, Inggris. Di kota tersebut, ia terus mengkampanyekan kemerdekaan untuk Papua Barat.
    
Benny mengklaim bahwa negara Indonesia telah bertujuan untuk sepenuhnya menghilangkan perjuangan damai dalam penentuan nasib sendiri, dan memenjarakan serta membunuh anak-anak remaja sekolah menengah dan mahasiswa.
    
Faktanya, Pemerintah Indonesia justru telah mengerahkan pasukan militer dan polisi untuk melindungi warga sipil dan mengamankan fasilitas-fasilitas publik di Papua dan Papua Barat.
    
Masyarakat Papua tentu sudah semakin cerdas, dimana permasalahan di bumi cenderawasih masih sangat kompleks, yang mana permasalahan itu tidak bisa diselesaikan dengan memisahkan diri dari Indonesia, tetapi dengan cara musyawarah untuk menentukan titik temu solusi yang dapat diterapkan demi kemajuan tanah Papua.

(Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali)