Risiko Virus Gemini, Fakta atau Mitos?

Ilustrasi

Bengkulutoday.com - Ada hal menarik saat tim BPTP Balitbangtan Bengkulu melakukan Monev Kegiatan Gerakan Pendampingan Petani Milenial di Kelompok Tani Pelita Tani, Desa Suban Ayam, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong beberapa hari yang lalu. Petani melakukan tanam cabai lebih dari satu batang dalam satu lubang sebagai upaya pengurangan resiko gagal panen akibat serangan virus gemini. Fakta atau mitos...!

Faktanya menurut Ahli Virologi Fitopatologi (Penyakit Tumbuhan) Universitas Bengkulu Dr. Mimi Sutrawati, SP., M.Si dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/1/2020) mengatakan, fenomena ini cukup menarik karena banyak dugaan, ini terkait dengan perilaku kutu kebul (Bemisia tabaci) yang merupakan vektor pembawa virus gemini karena lebih tertarik pada warna kuning. 

“Kutu kebulnya lebih cenderung mengumpul pada tanaman yang sudah terserang, seolah jadi perangkap bagi vektor,” jelasnya.

Mimi yang juga dosen Program Studi Proteksi Fakultas Pertanian mengungkapkan bahwa pendekatan pengendalian virus dengan cara ini lebih baik karena kalau pengendalian vektor yang dilakukan petani selama ini sulit dilakukan, tim dari Prodi Proteksi saat ini sudah melakukan penelitian terkait dengan pengalaman yang dialami petani cabai di lapangan.

“Tim saya sedang percobaan tanam dengan dua varietas pada satu lubang tanam, kami coba di Kepahiang dan di Curup dekat Danau Mas,” Ungkapnya.

Menurut peneliti BPTP Balitbangtan Bengkulu Monita Puspasari, SP. MP saat ditemui tim web dan medsos di ruang kerjanya menambahkan bahwa walaupun ada 2 tanaman atau lebih yang berdekatan, belum tentu tanaman yang sehat bisa langsung terserang penyakit virus gemini karena tergantung dari populasi dan pergerakan vektor serta seberapa intensifnya petani melakukan pencegahan serta pengendalian vektor tersebut.

Ketua Kelompok (Sunaidi), mengungkapkan bahwa kendala utama sampai saat ini yang dihadapi oleh petani cabai adalah serangan virus kuning atau virus gemini. Dengan belum ditemukannya cara penanggulangan yang efektif akhirnya dengan pengalaman di lapangan petani berhasil menemukan solusi mengurangi resiko gagal panen. 

“Kami coba menanam lebih dari satu batang dalam satu rumpun karena dengan cara ini ternyata tanaman disebelahnya bisa terselamatkan dari serangan virus kuning” Terang Sunaidi.

Identifikasi tingkat serangan dan pengendalian hama/penyakit merupakan bagian materi pendampingan gerakan petani milenial, sehingga dapat dijadikan bahan acuan dan strategi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi petani cabai di Provinsi Bengkulu. (Rls)