Rakornas Pengkaderan Politik Muhammadiyah Lahirkan Lima Poin ke Muktamar 2020

Konferensi pers hasil Rakornas

Bengkulutoday.com - Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, yang diselenggarakan sejak tanggal 5 hingga 9 Februari di Bumi Rafflesia secara resmi telah berakhir.

Rakornas MPK yang dihadiri ole perwakilan 30 Provinsi tersebut menghasilkan lima poin yang menjadi risalah pembaruan perkaderan yang nantinya akan disampaikan pada saat Muktamar Juli 2020 di Solo mendatang.

Ketua MPK PP Muhammadiyah, Ari Anshori yang didampingi oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bengkulu, Syaifullah mengatakan, keima poin tersebut dengan tajuk Bengkulu Message risalah pembaruan perkaderan.

"Melalui Rakornas Majelis Pendidikan Kader, kita ambil ciri khas Bengkulu dengan bunga rafflesianya yang memiliki 5 kelopak. Menghasilkan 5 poin pesan Bengkulu atas risalah pembaharuan pengkaderan," sampai Ari Anshori, Minggu (09/02/2020), di Kota Bengkulu. 

Pertama, mengacu pada revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 telah menjadi keniscayaan, Muhammadiyah perlu menyiapkan sistem dan sumberdaya agar tetap terdepan menjadi gerakan pembaruan.

"Kemudian tentang kesiapan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan yang merdeka dan beradab dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbullah, dalam rangka mengantarkan kader menjadi insan kamil, khaira ummah, menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Ketiga, peningkatan budaya perkaderan dimulai dari perkaderan keluarga sebagai embrio sekaligus basis, dilanjutkan dengan perkaderan organisasi otonom, perkaderan di Amal Usaha Muhammadiyah, dan perkaderan Muhammadiyah. Model perkaderan itu perlu mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh level dan jejaring Persyarikatan.

"Keempat, Pimpinan Muhammadiyah terpilih dalam setiap jenjang permusyawaratan hendaknya adalah mereka yang memiliki komitmen dalam mengawal gerakan kaderisasi. Hal ini dikarenakan, perkaderan adalah inti organisasi, sehingga setiap level kepemimpinan perlu diisi oleh kader yang memiliki visi membangun dan membesarkan Muhammadiyah," sambungnya.

Dan terakhir, Muhammadiyah adalah harakah washatiyyah yang berkemajuan bercirikan, i'tidal, tawazun, tasamuh, syura, islah, qudwah, dan muwathonah. Dengan demikian, Muhammadiyah dapat meningkatkan peran dan kontribusi dalam ranah kebangsaan, kemanusiaan universal sebagai wujud kosmopolitanisme Islam.

Lain sisi, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bengkulu, Saifullah menegaskan pimpinan Muhammadiyah yang terpilih dalam setiap jenjang permusyawaratan hendaknya adalah mereka yang memiliki komitmen dalam mengawal gerakan kaderisasi. Hal ini dikarenakan pengkaderan adalah inti organisasi, sehingga setiap level kepemimpinan perlu diisi oleh kader yang memiliki visi membangun dan membesarkan Muhammadiyah.

"Selain itu, Muhammadiyah dapat meningkatkan peran dan kontribusi dalam ranah kebangsaan, kemanusiaan universal sebagai wujud kosmopolitanisme Islam," kata Syaifullah. 

Saifullah memaparkan, Muhammadiyah sebagai gerakan kultural berfungsi melayani, membangun dan mendirikan haluan, membimbing gerakan masyarakat dan berperan sebagai kelompok yang mempengaruhi tatanan birokrasi.

"Pelaksanaannya ke pengambil kebijakan, dengan arti lain kita berperan sebagai kelompok kepentingan yang ingin berbagi dan mempengaruhi pemilik kepentingan," sampai Syaifullah.

Selain itu, dengan memperkuat arah baru politik kebangsaan, Muhammadiyah turut mendirikan laboratorium politik.

"Sehingga orang yang memiliki potensi pergerakan politik, kita arahkan, kita bina dan dididik dalam suhul al hikmah sebagai bentuk pengkaderan," pungkasnya. 

 Pewarta : Bisri Mustofa