Produk Gerabah Asal Kebumen yang Digandrungi Kalangan Dokter

Pengunjung BID Tahun 2019 di Kecamatan Kutowinangun pada Senin 8 Juli 2019 mempraktikan cara membuat gerabah sambal dipandu ahlinya

Kebumen, Bengkulutoday.com - Original Rekor Indonesia Award pada Mei 2018 lalu, dianugerahkan oleh Museum Rekor Muri kepada UMKM Lemah Jagat Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah. UMKM ini berhasil membuat logo terbesar dari tanah liat dan pembuatan gerabah terbanyak 1.459 buah dalam waktu tercepat. Kala itu hanya melibatkan 100-an pengrajin. Setiap pengrajin menyelesaikan tugasnya tak sampai 2 menit.

Di Desa Pejagatan, ada sekitar 50 rumah tangga pemroduksi gerabah. Mba Ani Mukyaningsih – warga desa setempat mengaku, pemasaran gerabah produksinya sudah sampai Tangerang, Banten.  

Menurut penuturannya, pembeli gerabahnya di Tangerang kebanyakan dari kalangan dokter.  “Katanya sih untuk perkakas rumah tangga.  Biar lebih higienis daripada memasak atau makan menggunakan perkakas pabrikan,”kata Mba Ani.

Di kesempatan Bursa Inovasi Desa (BID) 2019 Kecamatan Kutowinangun, Senin (8/7/2019), Mba Ani mewakili pengrajin gerabah Pejagatan mendemokan kemahirannya membuat gerabah. Beberapa pengunjung seperti anggota Koramil Kutowinangun dan Borni Kurniawan dari KNPID Kemendesa PDTT, ikut praktik.

Selain disemarakan tampilan hadroh atau sholawatan dari Santri Kutowinangun,  di momen Bursa Inovasi Desa Kecamatan Kutowinangun juga ditampilkan berbagai produk ekonomi lokal khas desa. Seperti gerabah dari Pejagatan, aneka pepes dari Desa Ungaran,  parut kelapa dari Desa Mekarsari,  aneka makanan ringan Desa Lundong,  aneka sagon, ampyang dan sale dari Desa Tanjungmeru hingga aneka minuman dari Desa Kuwarisan Tunjungseto.

BID dibuka aecara langsung oleh Camat Kutowinangun Bambang Budi Sanyoto SH.  Dengan didampingi Danramil,  Sekcam dan beberapa kades,  pembukaan BID ditandai dengan pemukulan gong dan pelepasan balon.

Proses konsultasi menu bursa berlangsung interaktif.  Ditilik di tiga bilik konsultasi, sumber daya alam,  infrastruktur dan pengembangan ekonomi,  semuanya berlangsung interaktif.  

Kesan ketua TPID,  H.  Selamet Efendi ST,  MT.  sangat bangga. Sebelumnya mereka dibekali pelatihan bursa.  TPID mendapatkan TOT di ringkat kabupaten selama empat hari yang diselenggarakan oleh TIK.  

Antusiasme peserta sangat bagus.  “Kami ingin meriah. Pembelajaran Dana Desa yang selama ini hanya untuk fisik ke fisik,  tidak lagi.  Kini sudah diarahkan pada penanganan stunting. Memang angka stunting di Kebumen relatif rendah, tapi kemiskinan masih tinggi,”katanya.  

Dilihat dari kartu komitmen yang masuk, rupanya peserta mulai menunjukan pilihan kepada program non fisik. Seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.  Di Kutowinangun ada 19 desa. Seluruhnya ada perwakilannya yang hadir di BID.

(Borni)