Peran Bioteknologi Tanah dalam Mencapai Sistem Pertanian yang Berkelanjutan

Penulis

Oleh Venti Novita Sari (E1J017020)

Permulaan tahun enam puluhan, terjadi revolusi pertanian di Indonesia. Pupuk kimia berupa Urea, TSP dan KCl mulai diperkenalkan kepada petani disamping penggunaan bibit unggul, perbaikan budidaya, perbaikan sistem irigasi dan pemakaian pestisida. Produksi pertanian meningkat secara nyata, indeks pertanaman meningkat menjadi dua sampai tiga kali tanam dalam setahun. Petani mulai melupakan pupuk organik dan penyuluh pertanianpun lupa mengingatkan pentingnya peranan pupuk organik untuk tanah dan tanaman. Sejak saat itu, pertanian dilakukan dengan sangat intensif, sisa tanaman seperti jerami dibakar atau diangkut ke tempat lain tanpa dikembalikan lagi ke tanah tersebut. Pengurasan unsur hara di tanah mulai terjadi dan  kerusakan tanah semakin dirasakan. Demi mencapai produksi yang tinggi, penggunaan pupuk kimia dan pestisida ditingkatkan, namun produksi malah menurun. Petani mulai mengeluhkan bahwa tanah mereka menjadi padat, keras dan sukar diolah, serangan hama dan penyakit meningkat, pencemaran lingkungan oleh pupuk dan pestisida semakin nyata di beberapa tempat. Demikian juga organisme tanah tertentu seperti cacing tanah di beberapa lokasi tidak lagi terlihat, erosi tanah meningkat dan produksi tanaman menurun.

Pada tahun sembilan puluhan, petani, peneliti dan pemerintah mulai menyadari kekeliruan yang diterapkan selama ini dalam bidang pertanian. Lembaga penelitian pertanian melaporkan bahwa sebagian besar dari tanah pertanian di Indonesia termasuk tanah sawah sudah sakit sehingga produktivitasnya menurun. Pupuk kimia dituduh sebagai penyebab kerusakan tanah disamping pencemaran lingkungan oleh pestisida. Peningkatan penggunaan takaran pupuk kimia dan pestisida tidak lagi meningkatkan produksi pertanian malah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan semakin meningkat. Cara budidaya pertanian seperti ini jelas tidak berkelanjutan.

Penerapan bioteknologi tanah merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan. Pembuatan pupuk organik dengan cara yang cepat dan berkualitas melalui penggunaan mikroba perombak bahan organik atau dekomposer, penambahan mikroba penambat N2 udara, pelarut fosfat, pelarut kalium, perombak polutan dan antagonis adalah contoh dari penerapan bioteknologi tanah dalam memperbaiki tanah yang rusak sehingga tanah menjadi sehat, efisiensi penggunaan pupuk kimia meningkat dan penggunaan pestisida dapat dikurangi. Usaha untuk menyehatkan tanah yang sakit mulai dilakukan dengan penggunaan pupuk organik. Berbagai sisa tanaman dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik disamping penggunaan pupuk kandang. Proses pembuatan pupuk organik yang berkualitas diperkenalkan kepada petani. Penggunaan mikroba yang dapat mempercepat proses pembuatan pupuk organik berupa dekomposer yang efektif banyak diteliti dan diproduksi. Perbaikan kualitas pupuk organik dengan menggunakan mikroba tanah yang menguntungkan (beneficial soil microbes) dan penggunaan pupuk hayati (biofertilizer) mulai diperkenalkan. Bantuan pemerintah kepada petani agar petani mampu membuat pupuk organik sendiri dilakukan dengan memberikan bimbingan dan penyediaan bantuan Alat Pembuatan Pupuk Organik (APPO) dan juga memberikan bantuan pemeliharaan sapi kepada kelompok tani. Tanah yang tercemar oleh pestisida dan bahan pencemar lainnya dibersihkan dengan menggunakan mikroba tanah melalui proses bioremediasi tanah. Pupuk organik dicampur dengan pupuk hayati sehingga diperoleh pupuk organik hayati (bio-organic fertilizer) juga mulai diperkenalkan kepada petani. Dengan demikian, penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dan sebaliknya penggunaan pupuk organik (hayati) dapat ditingkatkan. Pemupukan makin efisien, pencemaran lingkungan oleh pupuk kimia dan pestisida berkurang. Penggunaan mikroba tanah yang bersifat antagonis dapat melindungi tanaman sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Program penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati ini dijadikan program pemerintah. Bantuan pemerintah berupa subsidi pupuk organik sudah dirasakan petani. Pemerintah juga sudah membuat regulasi untuk melindungi petani dan produsen pupuk organik dan pupuk hayati melalui Permentan No. 28 tahun 2009 yang direvisi dengan Permentan No. 70 tahun 2011.

Penggunaan pupuk organik (hayati) dalam penanaman padi diintegrasikan dengan penggunaan sistem pertanian yang efisien yang dikenal sebagai System of Rice Intensification (SRI). SRI sudah diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Perbaikan sistem pertanian dengan merubah paradigma yang selama ini berlaku merupakan kenyataan. Budidaya padi dengan metode SRI dapat mengurangi input antara lain berupa pupuk, benih, pestisida dan air. Penggunaan bibit padi yang muda, jarak tanam yang agak lebar dan pemberian air yang tidak tergenang ternyata membuat sistem budidaya padi (SRI) menjadi efisien. Pupuk organik digunakan disamping pupuk kimia dan bila tanah sudah sehat, pupuk organik yang berkualitas sudah tersedia, maka budidaya padi metode SRI organik dapat diterapkan tanpa menurunkan produksi. Dengan menerapkan budidaya padi dengan metode SRI, maka anatomi, morfologi dan fisiologi tanaman padi menjadi lebih efisien dalam menggunakan input, produksi meningkat secara nyata, lingkungan menjadi lebih sehat, organisme tanah meningkat baik jumlah, aktivitas maupun keragamannya sehingga lebih berperanan terhadap perbaikan petumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi padi. Di lain pihak aktivitas bakteri metanogen menurun sehingga emisi gas CH4 juga menurun. Pertumbuhan akar tanaman yang lebih baik, bulu akar yang lebih banyak dan aktif menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi lebih efisien. Proses fotosintesis berjalan lebih baik sehingga produksi meningkat. Lingkungan tanah menjadi lebih kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Peningkatan produksi padi dengan menerapkan metode SRI terjadi karena sistem pertanian menjadi efisien sehingga input seperti benih, pupuk, dan air berkurang sangat nyata. Lingkungan menjadi lebih sehat. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa melalui penerapan bioteknologi tanah ini dengan baik dan konsisten maka sistem pertanian yang berkelanjutan dapat dicapai.

Artikel ini Disusun oleh Mahasiswa program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Nama : Venti Novita Sari
Npm : E1J017020
Dosen pembimbing : Prof. Ir. Marulak Simarmata,M.Sc.Ph.D.