Peran antara Penyair dan Negarawan

Ilustrasi

Oleh: Muhammad Lutfi

Banyak yang beranggapan bahwa penyair adalah seorang kritikus, penyair adalah seorang yang mabuk cinta, bahkan penyair adalah orang yang selalu diliputi mahabbah dalam hatinya. Jiwa seorang penyair adalah kelembutan. Jiwa seorang penyair adalah kepekaan terhadap kehidupan dan lingkungan. Gonjang-ganjing zaman dan keadaan yang penuh kritik dan cibiran saat ini adalah keadaan fitnah yang nyata.

Karena lisan manusia menjadi bermusuhan, karena lisan manusia menjadi jahat dan bertingkah serong, karena lisan juga manusia dibodohkan dan dipertengkarkan. Tetapi penayir mesti menggunakan lisan, kerisnya adalah lidah, alatnya adalah lisan. Karena bahasa adalah seni dan seni adalah bahasa. Alat pemersatu aneka ragam suku bangsa adalah bahasa. Dan kita punya bahasa pemersatu yang hebat, yaitu bahasa Indonesia.

Begitulah hidup yang penuh dengan fungsi dan kebijaksanaan hidup. Para penyair adalah disebut juga para resi atau Begawan. Karya pada lontar, pada kitab, pada tulisannya disebut juga dengan karya untuk masyarakat. Dan para negarawan, harus bersikap legowo, rela hati menerima kenyataan bahwa orang yang punya wibawa dan kedudukan pasti tidaklah selalu sempurna walaupun mereka adalah orang-orang yang disiplin dan hebat. 

Negarawan adalah orang yang bertindak mengatur cakra pemerintahan, orang-orang terpilih yang menggunakan segala akal pengetahuannya untuk warga negaranya. Seorang negarawan dan penyair mesti punya relasi yang bisa berkembang. Seperti yang dicontohkan oleh Ronggowarsito, seorang negarawan dan seorang penyair. Ronggowarsito bernama Raden Bagus Burhan, seorang carik keraton yang bergelar Yosodipuro, sekaligus seorang murid dari Mbah Hasan Besari dari Ponorogo, yang memiliki berbagai macam karya sastra pada serat-seratnya. Yang terkenal adalah serat Kalatidha dan serat Babad Tanah Jawi. Begitu hebatnya Ronggowarsito peka dan tanggap pada perputaran waktu dan keadaan zaman. Sehingga dia disebut sebagai pujangga negarawan dari Keraton Solo.

Seperti dia, kita semestinya bisa melihat bahwa hidup bernegara punya sesuatu yang disampaikan, punya sesuatu yang diimpikan, alangkah bijak bila dia pun seorang penyair, yang bukan hanya memikirkan nafsu duniawinya dengan berkarya tentang cinta dan pergolakan keinginan semata. Hidup mestilah memiliki daya guna dan daya cipta untuk mengolah rahasia jiwa dan raga, serta untuk bumi dan langit, begitulah kita sebagai anak manusia, yang memiliki darma pada setiap kelahiran. Karena apa daya anak seorang hebat jika tidak bisa mengambil hikmah, maka hikmah adalah mata batin, melihat dan mencontoh pada perbuatan yang berguna dan sifat lembut. Untuk memakmurkan peradaban.

Pati, 22 Agustus 2019

Biodata
Muhammad Lutfi adalah seorang sastrawan yang lahir di Pati, 15 Oktober 1997. Tepatnya di Desa Tanjungsari, RT.01/ RW.02, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, JATENG. Dia adalah putra dari Slamet Suladi dan Siti Salamah. Yang baginya kedaulatan hak setiap manusia adalah mendapatkan kesejahteraan dan kemakmurannya. Karena itu dia selalu membela kaum terbuang dan kaum terabaikan. Menyuarakan nurani mereka.