Bengkulutoday.com - Anggota DPRD Kota Bengkulu Dedy Yanto mengecam kematian 4 penyu pada Rabu (4/12/2019) di dekat kawasan PLTU Teluk Sepang Kota Bengkulu. Penyu merupakan hewan yang dilindungi oleh pemerintah, untuk itu dia meminta petugas berwenang untuk mengusutnya secara tuntas. Selain itu, Dedy meminta Pemprov Bengkulu mengevaluasi keberadaan PLTU Batu Bara di kawasan itu.
"Pemprov Bengkulu perlu mengevaluasi atas kematian penyu tersebut, terutama terkait dugaan adanya penyebab dari adanya aktivitas PLTU di Kelurahan Teluk Sepang," ucap Dedy kepada wartawan di Bengkulu disela kegiatan resesnya.
Dedy bahkan menantang pihak-pihak untuk sama-sama mengawal kasus kematian penyu tersebut, bahkan jika dibutuhkan harus sampai ke Jakarta, dirinya siap.
"Kalau problemnya ada di Jakarta, ayo sama-sama kita ke Jakarta sehingga terang masalah ini, kita bisa menyampaikan masalah ini ke Kementerian terkait bahkan sampai ke presiden," tegas Dedy yang juga mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.
Dedy menduga kuat ada unsur kematian penyu diakibatkan pencemaran lingkungan akibat aktivitas perusahaan.
"Ini dampaknya besar, biota laut kita mati akibat tercemar, ujungnya menyangkut kepada nelayan disekitar dan lebih luas lagi menyangkut eko sistem yang ada," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan, adanya informasi proyek PLTU yang tidak terjama dengan masyarakat sekitar. "Kita ini punya wilayah, gak sopan sekali mereka itu," tegasnya.
"Saya akan dorong ketua DPRD untuk mengelar rapat besar, agar kita bisa bersikap melakukan proses pengawasan terhadap PLTU Teluk Sepang," bebernya.
Sementara itu, ditambahkan Tarzan Naidi, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu, pihaknya hanya bisa menyampaikan imbauan kepada perusahaan raksasa tersebut.
"Kami sudah kunjungan satu bulan yang lalu ke PLTU, untuk mengecek langsung dan mengambil sampel air dan busa disekitar dibawa ke laboratorium Lingkungan Hihup, kita belum mendapatkan laporannya," jelasnya. (js)