Pemanfaatan Secara Mandiri Sisa Sayuran Di Pasar Menjadi Pupuk Organik Cair Untuk Tanaman Hias

Limbah Sayuran

Penulis : Gally Ramadhan ( E1J018093), Prodi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Latar Belakang
Pupuk organik memiliki peranan yang sangat penting bagi kesuburan tanah, karena penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman pangan dan non pangan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologis tanah (Setiyo, et al., 2011). Kelebihan lain dari pupuk organik yaitu tidak memiliki kandungan zat kimia yang tidak alami, sehingga lebih aman dan lebih sehat bagi manusia, terlebih bagi tanah pertanian itu sendiri. Pada tahun 2007 lalu peningkatan permintaan pasar berbagai produk pertanian organik lokal Indonesia mencapai 60%. (Sentana, 2010). Selain dari nilai guna pupuk organik bagi tanaman, hal ini juga menjadi peluang besar bagi masyarakat pedesaan untuk lebih inovatif mengembangkan pertaniannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. 

Pupuk organik sendiri merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi. Pada hakikatnya sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis. Salah satu hasil pengolahan limbah pasar adalah pupuk organik cair. Kelebihan pupuk organik cair yaitu mengandung cukup nitrogen sebagai penyusun protein dan klorofil tumbuhan (Salisbury 1995).

Menurut penelitian supardi (2011) Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya pupuk ini menyiramkannya ke akar ataupun di semprotkan  kebagian tubuh tumbuhan. Oleh sebab itu, perlunya mempelajari cara pembuatan pupuk organik cair agar dapat menciptakan pertanian yang aman dan ramah lingkungan.
Karena penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran terjadi justru setelah revolusi hijau berlangsung, hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk kimia / anorganik dirasa lebih praktis dari segi pengaplikasiannya pada tanaman, jumlahnya takarannya jauh lebih sedikit dari pupuk organik serta relatif lebih murah karena saat itu harga pupuk disubsidi oleh pemerintah serta lebih mudah diperoleh. Akan tetapi imbas penggunaan jangka panjang dari pupuk kimia an-organik justru berbahaya karena penggunaan pupuk an-organik tunggal secara terus menerus dalam jangka panjang akan membuat tanah menjadi keras karena residu sulfat dan dan kandungan karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah bereaksi terhadap kalsium tanah yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah (Roidah, 2013). Oleh karena itu, hadirnya pupuk organik diperlukan untuk mengurangi dampak negatif yang diberikan dari pupuk kimia, sehingga kelangsungan pertanian dapat terjaga.

Pada kondisi saat ini tentunya kita semua sangat mengeluhkan sampah atau limbah-limbah seperti limbah dapur, limbah sayuran , limbah yang menyebabkan bau yang tidak sedap.  Limbah sayur yang berserakan yang ternyata jika diolah dengan benar akan bermanfaat  menjadi pupuk organic  cair yang bermanfaat bagi tanaman. Terutama tanaman hias yang sangat nge tren pada masa sekarang dikalangan kaum hawa, khususnya ibu ibu rumah tangga. Selain untuk nutrisi bagi tanaman, pupuk organic cair juga bisa menjadi aktivator untuk membantu pembuatan kompos. Pupuk organik cair sepertinya lebih mudah tersedia bagi tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terlihat. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari limbah sayuran yang ada dipasaran. Seperti sisa yang berulat, yang sudah layu. Kopekan itulah dipisahkan oleh pedagang dan disatukan dalam karung bekas yang isinya sayuran sisa. Sayuran sisa inilah yang sangat baik dmanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman hias. Sayuran yang  telah dilakukan perendaman  beberapa minggu dan melalui beberapa tahap perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk organic cair.

Bahan dan Alat Yang digunakan
Bahan yang diperlukan:
•    10 kg sisa sayuran dari pasar
•    3 Kg Kotoran Sapi
•    EM4 30 ml
•     Gula merah 150 g
•    Air 30 liter
Alat yang dibutuhkan:
•    Parang/pisau
•     Saringan
•    Ember ukuran 20 liter
•    Talenan
Metode Pelaksanaan
1.    Semua bahan-bahan hijauan dicincang, bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi
2.     Semua bahan organik  (10 kg hijauan dan 3 kg kotoran sapi) dimasukkan ke dalam ember dengan komposisi 2 bagian bahan organik berbanding 1 bagian air
3.    Diaduk-aduk hingga merata
4.     30 ml bioaktivator EM4 dan 50 g gula merah dilarutkan dalam 5 liter air, aduk hingga merata
5.    Larutan bioktivator ditambahkan ke dalam ember yang berisi bahan baku pupuk
6.     Kemudian ember ditutup dengan rapat (tidak boleh ada celah) setiap dua hari sekali dibuka dan diaduk untuk mengeluarkan gas selama proses fermentasi agar suhu terjaga konstan (cara ideal yaitu menggunakan selang aerator). Ditutup kembali hingga rapat
7.    Setelah kurang lebih 14 hari larutan pupuknya disaring. Bagian cair dapat digunakan untuk POC dan bagian yang kasar dapat digunakan sebagai pupuk padat untuk tanaman
8.    Pupuk organik cair dapat diaplikasikan pada tanaman hias yang anda miliki.

Keuntungan dalam pembuatan POC dengan fermentasi ini tidak mengandung ampas dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, jadi pupuk organik cair ini selain bermanfaat bagi tanaman juga ramah dikantong bagi petani atau masyarakat umum apalagi untuk ibu rumah tangga yang ingin membuat pupuk cair sendiri dan  ramah bagi lingkungan untuk tanaman dirumahnya. Dan berdasarkan cara pembuatan POC sendiri tergolong cukup mudah dan terdapat dua jenis POC, yaitu dengan metode pelarutan dan metode fermentasi. Dari proses pembuatan POC tersebut menggunakan metode fermentasi.