Motivasi Tere Liye Kepada Penggemarnya di Bengkulu

Novelis Tere Liye (kanan)
Novelis Tere Liye (kanan)

Bengkulutoday.com - Tak hanya berbincang soal buku barunya, Tere Liye seorang penulis novel terkenal saat hadir di Bengkulu juga memberikan motivasi kepada penggemarnya yang hadir dalam bincang buku yang digelar Gramedia, Minggu (13/01/2019) di ruang baca Dinas Perpusda Provinsi Bengkulu. 

Dalam kesempatan itu, Tere Liye mengupas 1 buku barunya dalam kemasan bincang buku 'Si Anak Cahaya'. Sebelumnya ia sudah menyelesaikan 3 buku yang dalam trilogi bukunya, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar dan Si Anak Pemberani.

Singkatnya, 'Si Anak Cahaya' inilah mahkota dari 3 buku lainnya tersebut dan menjadi pelengkap tetralogi buku terbaru Tere Liye.

Si Anak Cahaya sendiri berkisah tentang Nurmas, si anak cahaya yang memiliki petualangan masa kecil yang penuh keceriaan dan menakjubkan. 

“Nama kau Nurmas, itu nama yang indah sekali. Nur itu cahaya, mas atau emas itu logam mulia yang berharga. Aku harap, suatu saat cahaya dan kemuliaan kau akan menyatu, berkilauan". Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Nurmas hingga penduduk seluruh kampung selalu mengingat kejadian yang membuatnya resmi dipanggil si anak cahaya? Begitulah sinopsis singkat dari buku Si Anak Cahaya.

Dalam motivasinya kepada penggemar,  Tere Liye menyampaikan saat ia berkiprah tidak langsung secara singkat menjadi seorang penulis.

"Saya menulis selama 12 tahun. Pertama kali menulis tidak laku, dan menulis lagi tidak laku. Sampai pada novel kesekian, dengan judul Hafalan Shalat Delisha, nah baru itu laku. Dulu, awalnya isi dari narasi Hafalan Shalat Delisha tidak sebagus saat ini. Artinya ada proses koreksi yang saya lakukan untuk mengemasnya menjadi karya yang menarik", cerita Tere Liye.

Ia juga menuturkan dalam menulis, apa saja bisa dijadikan acuan dan ide kreatif suatu cerita.

"Kita bisa menumbuhkan inspirasi dari mana saja. Hari ini kamu ketemu saya, kamu bisa menulis tentang saya. Hari ini kamu ketemu orang berkacamata, kamu bisa nuliskan bagaimana tentang dia. Dulu ketika saya nulis novel rindu, bisa kamu arahkan kemana sudut pandang saya waktu itu. Jadi, ketika kita sudah mendapat karakteristik menulis kita itu bagaimana, maka apa saja yang ada di hadapan kita akan jadi ruh dalam alur ceritanya", jelasnya.

Di luar konteks acara, pihak Gramedia juga turut memamerkan puluhan karya Tere Liye yang sebelumnya. (JS) 

NID Old
8010