Menunggu Kiprah Kaum Muda

Kiprah pemuda sangat dinantikan untuk turut membangun negeri ini

Kiprah kaum muda sedang dinantikan oleh bangsa ini. Bagaimana tidak, problematika kebangsaaan sedang melilit bangsa ini butuh penyelesaian kaum muda. Tidak mungkin kita bisa berharap kemajuan yang berarti jika mengabaikan pikiran-pikiran progresif kaum muda.

Segala daya upaya telah dilakukan untuk mencari penyelesaian terbaik dari permasalahan yang ada. Sebagai salah hal yang perlu dan wajib dilakukan oleh pemuda Indnonesia adalah berkarya dan melakukan aktivitas-aktivitas produktif yang mampu meminimalisir problematika yang ada. Saya ambil contoh, kreativitas pemuda bisa diberdayakan untuk menangkal kasus korupsi. Ironi jika kaum muda yang cerdas-cerdas itu hanya berpangku tangan tanpa berbuat sesuatu yang berarti untuk bangsa yang mereka cintai.

Korupsi memang menjadi musuh bersama kita. Pemerintah sedang gencar-gencarnya menangkap para koruptor. Saya pribadi sangat bangga terhadap ikhtiar KPK yang selalu pantang menyerah melawan tindakan-tindakan pelemahan terhadap KPK ada beberapa pihak yang menginginkan KPK tidak lagi bekerja secara optimal dengan caramengintimidasinya. Semisal dengan cara ancaman verbal atau tak jarang juga yang melakukan kekerasan fisik. Dalam hal ini, pemuda diharapkan bisa membantu pemerintah dalam menangkal dan memberantas korupsi. Semisal dengan ikut aktif dalam berbagai gerakan-gerakan anti korupsi. Pemuda tidak boleh takut menyuarakan nilai-nilai keadilan. Pemuda bisa mewakili suara nurani rakyat dalam menyampaikan keluh kesahnya. Kalau bukan pemuda yang peduli terhadap nasib bangsa ini ke depannya, lantas siapa lagi yang bisa kita harapkan. 

Generasi tua juga tidak boleh memandang remeh kaum muda yang jiwanya sedang bergelora. Kaum tua mestinya memberikan contoh yang baik. Bersedia mengarahkan dan membimbing kaum muda ke jalan yang benar. Jangan sebaliknya, justru tidak memberikankan keteladanan dalam berkata maupun bersikap. Keteladanan kaum tua sangat penting dalam pembentukan karakter kaum muda. Karena biasanya ada pemuda yang cenderung meniru kebiasaan-kebiasaan para seniornya. Tidak peduli kebiasaan tersebut bersifat negatif atau positif. Pemuda semacam itu  biasanya mudah terpengaruh. Gampang mengikuti lingkaran pergaulannya. Tergantung dengan siapa mereka bergaul. Pemuda yang terombang ambing tanpa prinsip hidup yang jelas akan mudah termakan provokasi kaum tua. Wajar saja jika saya mengatakan pemuda sepeti itu seperti bebek yang gampang ikut arus.

Padahal pemuda itu idealnya harus memiliki prinsip yanng jelas. Sehingga di manapun mereka berada tidak mudah terkontaminasi hal-hal jelek. Lingkaran pergaulannya boleh luas, akan tetapi prinsip hidup tetap masih seperti sedia kala. Tidak gampang tergadai oleh karena ingin diterima di semua kalangan. Pemuda hebat itu, adalah pemuda yang berani melawan arus negatif. Berani mengatakan kebenaran walaupun harus sendirian. Tidak takut kehilangn teman dalam menegakkan nilai-nilai kejujuran. Pemuda semacam itu tetap fokus menjalankan misi mulia dalam hidupnya. Memang, sepertinya negeri ini sedang mencari pemuda yang setia pada idealismenya.

Tanpa idealisme, keberadaan kaum muda hanyalah omong kosong. Percuma berkoar-koar ke sana kemari tanpa pembuktian kongrit terhadap kemajuan bangsa dan negara. Kita tidak hanyabutuh pemuda yang jago bersilat lidah, atau pandai beretorika. Namun juga pemuda yang siap mengabdikan jiwa dan raganya demi bangsa ini. Salah satu penyakit yang menyerang kaum muda adalah individualis dan apatis.

Sukses dalam hidup menjadi tujuan semua anak muda. Akan tetapi kebanyakan dari kaum muda salah tafsir. Seolah-olah hidup hanya sebatas membahagiakan diri saja. Yang dipikirkan hanya kepentingan dan keperluan pribadi. Masalah orang lain, mereka tidak ambil pusing. Tidak peduli jika tetanggannya ada sakit patah, cuek dengan lingkungan sekitarnya; pokoknya yang penting mereka senang, masalah saudaranya menderita bukan urusan mereka. Orang semacam itulah yang menutup mata dari permasalahan masyarakat. Tidak mau bersosialiasi. Enggan untuk sekadar menjalin silaturahmi dengan tetangganya. Parah betul jika memang pemuda sudah tidak mau bertegur sapa dengan sesamanya. Sifat apatis dan individualis mesti segera dijauhi. Bagaimanapun juga kita semua adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Tanpa orang lain kita bukanlah apa-apa. Apa yang kita makan, apa yang kita pakai, dan apa yang kita tempati saat ini adalah hasil kerja orang lain. Lantas kenapa kita mesti anti terhadap kehidupan sosial?

Dalam konteks lebih luas lagi, pemuda mestinya lebih peka terhadap persoalan bangsa. Termasuk isu-isu nasional yang sedang diperbincangkan publik. Kepekaan itulah awal dari kesadara. Dan kesadaran akan menimbulkan kemauan untuk berbuat. Oleh karenanya kau muda mulailah bergerak dari sekarang. Dengan cara menggali informasi seluas-luasnya, memperlajari ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya, dan membangun jejering dengan semua kalangan.

Modal semangat tidaklah cukup, mesti dibarengi dengan bekal yang cukup. Termasuk bekal kepemimpinan dan managemen organisasi. Dengan begitu pemuda bisa lebih siap dan tangguh lagi dalam menghadapi tantangan zaman. Termasuk juga dalam menjadi motor penggerak berbagai perbaikan di segala lini kehidupan. Semoga kaum muda kita tersadarkan dan tercerahkan.

**

Muhammad Aufal Fresky, Kolumnis/ Esais