Menjadi Warganet yang Bijak dan Moderat Demi Melawan Paham Radikalisme di Media Sosial

ilustrasi

Oleh: Yogi Gustaman (Ketua Gerakan Literasi Terbit Regional Yogyakarta)

Radikalisme itu bagian tak terpisahkan dari realitas manusia. Ia adalah akumulasi dari kegelisahan, keputusasaan, permusuhan, ketidakpuasan, dan ketidakadilan yang dialami oleh manusia.

Adanya radikalisme tidak lepas dari ketidakadilan. Ketidakadilan dalam kebijakan negara, dan geopolitik internasional yang membuat kelompok tertentu menjadi tersingkirkan, tereksploitasi, dianaktirikan, dan termarjinalkan, yang pada puncaknya terakumulasi sehingga menimbulkan aksi-aksi terror dan tindakan-tindakan anarkis dan radikal.

Melawan Radikal Dengan Bermoderasi

Dalam KBBI, istilah moderasi atau moderat diartikan sebagai sikap yang selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan cenderung ke arah dimensi atau jalan tengah. Dalam bingkai pengertian semacam ini, maka tidak heran apabila orang-orang moderat biasanya selalu berusaha mengakomodir pandangan atau pendapat orang lain dan tidak berusaha memihak pada satu sisi saja.

Mereka memiliki sikap toleransi tinggi terhadap yang lain termasuk dengan keberagaman. Tentu saja, sikap moderat amat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Inilah 3 ciri-ciri warganet smart dan moderat.

1. Warganet yang mengamalkan nilai-nilai kasih dari keagamaannya

“In every religion there is love”. Sepenggal kata-kata indah dari pujangga Muslim, Jalaludin Rumi ini menjadi pengingat bagi kita bahwa di setiap agama, kasih pasti ada. Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Semua agama ini mengajarkan kebaikan dan kasih. Oleh sebab itu, sebagai warganet yang smart dan moderat, sudah seharusnya kita mengekspresikan nilai-nilai religiusitas tentang kasih itu dalam cara kita bermedia sosial.

2. Warganet yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan

Harus kita akui bahwa selain bermanfaat sebagai media komunikasi yang instan, media sosial juga banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu. Akibatnya, sudah banyak korban, bukan hanya teror politik, teror agama, tetapi juga terkait rasisme yang dilancarkan via media sosial.

Sebagai warganet smart dan moderat, nilai-nilai kemanusiaan harus kita junjung tinggi di dalam menggunakan media sosial. Setiap hal-hal yang sifatnya membully, menghina, memprovokasi dan menginjak-injak hak asasi seseorang, bukan hanya kita hindari, tetapi juga harus kita perangi dengan hal-hal positif yang pro kemanusiaan.

3. Warganet yang mau berjuang untuk menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa

Menjadi warganet moderat berarti menjadi netizen yang anti terhadap gerakan ekstremisme dan radikalisme. Pilihan menjadi moderat membuat seseorang lebih berfokus untuk menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa ini, sehingga segala sesuatu yang berusaha merusak dan menganggu keutuhan pasti akan ditentangnya. Mengapa? Karena bagi warganet moderat, Persatuan Indonesia adalah hal yang diutamakan. Oleh sebab itu, warganet smart dan moderat juga dapat disebut sebagai “Warganet yang Pancasilais”.

Sekarang saatnya hindari provokasi dan propaganda radikalisme dengan meningkatkan rasa patriotisme dan nasionslisme demi Indonesia yang damai dengan mendukung dan sukseskan program pemerintah melalui upaya deradikalisasi dengan membumikan serta menjalankan nilai-nilai Pancasila sekaligus sucikan diri di Bulan Ramadan demi sambut hari raya kemenangan Idul Fitri.