Mengutuk Kekejaman KKSB Papua

ilustrasi

Oleh : Sabby Kossay )*

Kelompok kriminal separatis bersenjata adalah kumpulan pemberontak yang terus meneror masyarakat di Papua. Bahkan mereka tak segan untuk menyerang anggota TNI dan warga sipil. Satu orang anggota Babinsa gugur dalam tugas karena kena tembakan KKSB. Dalam kurun waktu 11 tahun, mereka telah membunuh 190 orang.

Kedamaian di Distrik Supaga, Papua terkoyak oleh serangan KKSB alias kelompok kriminal separatis bersenjata, 17 september 2020. Ahmad Badawi, seorang tukang ojek jadi korban setelah tangan kirinya dibacok dengan senjata tajam. Pria berusia 49 tahun itu langsung terkapar dan dilarikan ke Puskesmas terdekat, namun meninggal dunia karena kehabisan darah.

Dalam sehari Kelompok kriminal separatis bersenjata juga meneror tempat lain yaitu di Kabupaten Intan Jaya. Korban tembakan adalah anggota Babinsa bernama Serka Sahlan. Peristiwa yang terjadi jam 14.20 WITA membuatnya langsung dilarikan ke Puskesmas Bilogai. Sayangnya anggota TNI itu langsung kehilangan nyawa.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III Kolonel Ign Suriastama menyatakan bahwa kejadian itu tergolong nekat karena KKSB menyerang para anggota TNI. Padahal Babinsa Ramil Persiapan Hitadipa sedang mengemban tugas mulia untuk membawa logistik.

Kolonel Ign Suriastama melanjutkan, setelah terjadi penyerangan malah muncul fitnah keji di media sosial. KKSB Intan Jaya menuding bahwa tukang ojek yang dibunuh adalah aparat yang sedang menyamar. Ia juga menyayangkan mengapa KKSB begitu tega menghilangkan nyawa masyarakat sipil. Padahal mereka sama-sama warga asli Papua.

KKSB makin meresahkan karena menakut-nakuti warga Papua dan nekat menyerang TNI, padahal mereka tentu punya senjata yang lebih lengkap. Kelompok ini berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka, jadi mereka menganggap tentara adalah perwujudan dari RI, sehingga dianggap musuh besar.

Jika dilihat ke catatan, sejak 2009 mereka telah melakukan 417 penyerangan dan mengakibatkan 190 korban meninggal. Ini baru data di daerah Mimika, belum lagi di wilayah lain. Kemunculan KKSB makin meresahkan karena mereka tak segan membunuh masyarakat, padahal mereka sama-sama berstatus rakyat asli dari Bumi Cendrawasih.

Brutalisme KKSB sangat mengesalkan karena mereka sudah tak peduli menembak aparat atau warga sipil. Mereka ingin Papua memisahkan diri dari Indonesia dan terus mendukung OPM. Bahkan menganggap pemerintah pusat sedang ‘menjajah’ Bumi Cendrawasih. Oleh karena itu, KKSB meneror warga agar mau membelot dan mewujudkan Papua merdeka.

Perstiwa penembakan terhadap aparat ini ternyata bukan untuk pertama kalinya. Bulan februari lalu, ada pula penyerangan di kawasan Nduga yang mengakibatkan Brigadir Junaidi tertembak. Setelah beberapa jam sebelumnya para anggota KKSB menggempur daerah dekat Bandara dan mengakibatkan 2 korban dari masyarakat sipil.

Oleh karena itu, kelompok kriminal separatis bersenjata terus dicari keberadaannya karena selalu meresahkan kedamaian di wilayah Papua, demi mewujudkan jayanya OPM. Mereka sangat licik dan melakukan serangan gerilya, serta bersembunyi di tengah hutan atau di kaki bukit yang alamnya masih perawan. Sehingga agak menyusahkan pencarian.

Masyarakat asli di Bumi Cendrawasih juga ikut mendukung jika para anggota KKSB ditangkap oleh aparat, karena selama ini mereka terus melakukan aksi teror yang meresahkan. Bahkan sebelum melakukan penembakan, mereka juga terbukti merampok uang dan bawang berharga milik warga. KKSB menjadi momok masyarakat karena bertindak seenaknya sendiri.

Kekejaman KKSB terus dikutuk tidak hanya oleh keluarga korban, tapi juga masyarakat asli Papua. Karena mereka terus menggaungkan keinginan agar Papua merdeka, padahal selama ini d Bumi Cendrawasih tetap kukuh jadi bagian NKRI. KKSB juga gagal mendapat simpati masyarakat karena menggunakan cara kekerasan untuk mewujudkan keinginannya.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di yogyakarta