Menguak Kabut Histoculture Negeri Bengkulu

Cik Ben

“Sebutan Kerajaan Sungai Lemau baru muncul pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda menyerang Kerajaan kecil Bengkulu pada Tahun 1607 – 1636 Masehi"


Keberadaan Kejaaan Sungau Lemau hanya diceritakan dalam beberapa kronik. Dalam peta kuno yang diamati, tidak tesebut nama kerajaan itu. Hanya saja, Ratu Agung disebutkan penah memerintah sebagai raja di kerajaan kecil Bengkulu.

Hal ini sangat menarik untuk ditelusuri riwayatnya. Paling tidak memperkaya khasanah kepustakaan dan wisata sejarah Provinsi Bengkulu. Meskipun dalam catatan sejarah, tidak disebutkan tahun atau masa pemerintahannya, siapa yang menunjuk atau menobatkannya.

Dimanakah makan Ratu Agung itu? Dalam bebeapa tempo Bengkulu yang ditemukan menyebutkan makam Raja Bengkulu itu disemayamkan di Bengkulu Tinggi, Kota Bengkulu. Makam ini dikenal dengan sebutan Keramat Batu Manjolo.  Hasil pengamatan penulis, tak menemukan  adanya pemakaman seoang raja atau tokoh masa itu.

Dalam kronik Tanah Sunda, Banten dan Jakarta menceritakan, Ratu Agung alias Ratu Dewata penah memerintah Jakata yang merupakan vasal Banten, temasuk Bengkulu. Ratu Agung sempat ‘meng(di)asingkan’ diri ke Negeri Palimbam, Kota Palembang saat ini dan wafat disana. Ini mengingat  adanya keeratan hubungan historis dan religi antara Kerajaan Palembang dan Kerajaan Banten.

Soal wafat dan dimakamkan dimana Ratu Agung ini ada beberapa pendapat. Selain pendapat di Pemakaman Raja-Raja Palembang, juga ada pendapat dimakamkan di pemakaman Raja-Raja Banten. Temasuk di pemakaman Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung, Cirebon. Ini kita serahkan pada peneliti penulis untuk mencari kebenaran sesuai fakta historis yang ada. Hal ini baik, agar generasi berikutnya tak tejebak mana makam sebenarnya dan yang mana makam petilasan.

Ratu Agung Lengser    

Tidak ada keterangan pasti yang menyebutkan, apakah Ratu Agung itu diasingkan atau mengasingkan diri ke Palembang pasca lengser.

Bila diperhatikan dari psikologi sosial kala itu,  kemungkinan besar Ratu Agung lengser akibat pressure dari pedagang Belanda di Banten yang tergabung dalam  Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau disingkat VOC) .

Saat itu petengahan abad ke-16, perdagangan di Banten dikuasai Belanda. Dugaan itu dipekuat dengan kedatangan  ekspedisi kerajaan Belanda petama Tahun 1595, Masehi yang dipimpin Cornelis de Houtman.  Mereka menguasai wilayah penghasil rempah di nusantara.

Teakhir, penulis ingin mengingatkan kembali sebagai tonggak sejarah, sepeti diceritakan dalam babat dan kronik Tanah Banen dan Jakarta bahwa Ratu Agung alias Ratu Dewata yang penah memeintah di Negeri Bengkulu itu, setelah lengser dari Kesultanan Kalapa (Jakarta), Tahun 941-950 H atau 1535-1543 M.

Cik Ben, pemerhati sejarah dan budaya Bengkulu, alumni Universitas Islam Djakarta