Menakar Potensi Pariwisata Bengkulu Sebagai Pengungkit Ekonomi Pasca Covid-19

Moh Fatichuddin

Pandemi Covid-19 telah meluluhlantakan berbagai sendi kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Hampir seluruh sektor ekonomi seakan berhenti, di sektor transportasi kementrian perhubungan memutuskan menghentikan penerbangan sampai 1 Juni 2020. Angkutan kereta api selama masa pandemi Covid-19 tidak melayani perjalanan. Akomodasi dan rumah makan banyak yang memilih tutup sementara, dikarenakan tidak adanya tamu atau konsumen.

Pertumbuhan Ekonomi Nasional di triwulan I mengalami perlambatan, hanya bisa mencapai angka 2,9 persen (y o y) jauh di bawah angka target 4,4 persen. Sementara itu Provinsi Bengkulu pada saat yang sama juga mengalami perlambatan, tumbuh 3,82 persen, lebih rendah dibanding triwulan I tahun 2019 sebesar 5,08 persen. Sektor Jasa keuangan Bengkulu menjadi sektor yang tumbuh tertinggi, mungkin sebagai dampak dari kebijakan Work From Home (WFH).

Masyarakat dipaksa untuk merubah perilaku kesehariannya, mereka harus bekerja dari rumah, para dosen/guru dan mahasiswa/pelajar melakukan proses belajar mengajarnya melalui pertemuan virtual bahkan mungkin hanya dengan whatsApp. Waktu-waktu dihabiskan di dalam rumah, kalaupun keluar rumah hanya untuk hal-hal yang dirasa penting, seperti membeli bahan makanan, berobat atau pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan di rumah. Masyarakat yang sebelumnya terbiasa dengan mobilitas berubah sangat siginifikan, perubahan tersebut sangat menyita energi utamanya ‘psikis’.

Dengan kondisi di atas, ekonomi memburuk, ‘tatanan hati’ penuh tekanan maka sangat membutuhkan hiburan. Sehingga sangatlah wajar pada saat pemerintah mengeluarkan kebijakan Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat seperti lepas dari ‘sarang’ bahkan mungkin melupakan protocol kesehatan pencegahan Covid-19. Sangat terlihat masyarakat butuh hiburan/rekreasi/relaksasi dan hal tersebut bisa didapatkan di ‘pariwisata’. Inilah peluang pariwisata untuk menjadikan dirinya sektor pengungkit pertumbuhan ekonomi paska Covid-19.

Bengkulu dengan programnya “Menuju Wonderful Bengkulu 2020” sangatlah layak berharap sektor pariwisatanya dapat menjadi pengungkit, mengingat sektor tersebut melibatkan sektor lain secara bersamaan. Kegiatan pariwisata berintegrasi langsung dengan sector transportasi, akomodasi, jasa keuangan, jasa persewaan dan lain-lain. Namun demikian tidaklah mudah untuk mencapai kesuksesan sektor pariwisata, keberhasilan itu tergantung dari 2 aspek yaitu supply and demand. Gunn (1988) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang harus dilihat dari dua sisi yakni sisi pasokan (supply side) dan sisi permintaan (demand side).

Supply/Ketersediaan

Aspek supply dapat dilihat dari beberapa hal seperti objek wisata, pelaku industri wisata dan regulasi terkait wisata. Berbicara objek wisata kita mengenal adanya teori 5 A. Accesibility, menggambarkan bagaiamana suatu objek wisata dapat dikunjungi oleh masyarakat/wisatawan. Ketersediaan fasilitas transportasi yang layak dan aman serta dapat dijangkau oleh masyarakat menjadi indikator utamanya. Dimulai dengan fasilitas jalan raya yang baik kemudian lapangan udara dan pesawat yang baik, Pelabuhan dan kapal laut yang aman serta alat transportasi lainnya yang layak untuk mencapai objek wisata. 

Untuk Provinsi Bengkulu aspek accessibility rasanya sudah cukup memadai, lapangan udara Fatmawati dan Pelabuhan Pulau Baai rasanya cukup aman serta nyaman bagi mendaratnya pesawat udara ataupun bersandarnya kapal laut. Objek wisata di Provinsi Bengkulu relative banyak mulai dari alam 203 objek berupa pantai, pegunungan, hutan. Wisata histori 18 objek dengan Bung Karno dan ibu Fatmawatinya dapat menjadi ‘branding’, tak kalah menariknya adalah beragamnya suku dan bahasa di Bengkulu menjadi daya tarik sebagai objek budaya dan edukasi 8 objek.

Semua objek wisata tersebut relatif dapat terjangkau oleh alat transportasi. Namun demikian perlu adanya perhatian pada objek yang hanya secara periodic muncul, seperti mekarnya Bunga Rafflesia Arnoldi. Keberadaan dari bunga tersebut mengikuti alam sehingga pemerintah perlu strategi tersendiri untuk mempersiapkan sarana mencapainya.

Accommodation, tersedianya tempat untuk menginap yang nyaman dan terpenuhinya kebutuhan makanan bagi para wisatawan menjadi hal yang penting. Tahun 2019 di Bengkulu ada 10 hotel berbintang yang semua berada di Kota Bengkulu dan 176 hotel non bintang tersebar di 10 Kab/kota di Provinsi Bengkulu. Dengan ketersediaan kamar sebanyak 591 dan tempat tidur 899 untuk hotel berbintang, dan hotel non bintang tersedia 3.218 kamar dengan 4.414 tempat tidur. Saat pandemo Covid-19 semua hotel mengalami penurunan, bahkan di bulan April tingkat penghunian kamar hotel berbintang hanya mencapai 13,98 persen. Namun demikian untuk melayani para wisatawan sarana akomodasi yang ada relative cukup dan sangat mungkin akan berkembang.

Attraction, suatu kegiatan yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat setempat yang layak, aman dan dapat dilakukan oleh wisatawan atau para pengunjung. Misalnya kegiatan yang bersifat natural atau berhubungan langsung dengan alam, seperti gunung, wisata pantai, danau, sungai dan hutan. Provinsi Bengkulu memiliki 182 objek wisata alam yang natural dengan lokasi paling banyak Muko-Muko dan 21 objek wisata buatan 6 diantaranya berada di Kota Bengkulu.

Activities, Tersedianya sarana untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dan aman di daerah tujuan wisata tentu merupakan daya tarik bagi wisatawan. Adanya aktivitas yang layak dilakukan wisatawan dengan aman dan menyenangkan, misalnya: mendaki gunung, main kano, menyelam, berenang, berjalan santai, menonton pertunjukan dengan santai sambil menikmati pemandangan dan kesejukan alam. 

Amenities, adanya fasilitas menunjang dalam industri pariwisata sangatlah penting. Para wisatawan melakukan perjalanan/kegiatan dengan meninggalkan kesehariannya, sehingga sangatlah bergantung pada fasilitas yang ada pada saat mereka berada. Fasilitas penunjang yang harus tersedia era sekarang ini di daerah tujuan wisata adalah akses internet, tempat penukaran uang, ATM, toko, restoran, toilet yang memadai, cinderamata, pasar, HP, telegram, dan lain sebagainya. Fasilitas penunjang ini harus menjadi perhatian, kesan pertama pada fasilitas penunjang akan menjadi pembelajaran bahkan mungkin akan menjadi ‘hakim’ untuk memutuskan kelayakan dari suatu daerah tujuan wisata.

Demand/Permintaan

Demand, merupakan hal-hal yang diharapkan oleh para pengunjung atau wisatawan saat mereka mengunjungi daerah tujuan wisata. Hal yang mereka terima saat di daerah tujuan wisata seyogyanya menyenangkan, memuaskan dan membuat hati wisatawan bahagia. Apa yang mereka terima, alami ataupun rasakan tersebut akan menjadi kenangan di hati dan menjadi daya Tarik ataupun daya tolak untuk melaksanakan kegiatan wisata lagi ke daerah tujuan tersebut.

Pertama yang mungkin diharapkan oleh para wisatawan adalah Harga-harga produk wisata yang wajar. Kondisi pandemi covid-19 sekarang ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat dan berdampak pada kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan keuangannya. Para pelaku industry pariwisata harus jeli membaca kondisi saat ini, besar kecil pengeluaran sangat mungkin diperhitungkan oleh mereka.

Belajar dari Provinsi Bali yang menurut penulis tidak beda jauh kondisinya dengan Provinsi Bengkulu, sama-sama didomiasi oleh daerah tujuan wisata alam dan kekayaan budaya. Setelah wisata alam mampu diukur dari akses dan komponen lainnya, maka budaya dalam berbagai bentuk manifestasinya sangatlah diharapkan dapat dinikmati oleh para wisatawan.

Selanjutnya yang bisa diharapkan oleh wisatawan adalah pantai ataupun alam dengan segala daya tariknya. Jika kita perhatikan di Pantai Panjang Kota Bengkulu, para wisatawan yang didominasi oleh usia muda menghabiskan banyak waktunya di pantai. Keindahan matahari terbenam sangatlah mungkin menjadi penarik bagi wisatawan. Debur ombak Samudra menjadi daya Tarik tersendiri terutama bagi masyarakat yang berasal dari dataran tinggi atau daerah perkebunan/hutan.

Suasana sejuk dan segar dapat pengunjung nikmati di sekitar Kota Curup atau wilayah yang dilewati dari arah Kota Bengkulu. Bagaimana udara segar mengalir di badan saat pagi hari, dan udara sejuk menambah tenang di malam hari seakan mengobati sengatan panas di siang hari. Jasmani dan jiwa yang telah mendapat hantaman covid-19 merasakan kenyamanan. Kondisi kenyamanan berwisata, keindahan alam dan kesempatan yang luas untuk relaksasi sangatlah diharapkan oleh wisatawan.

Bagi Provinsi Bengkulu yang mungkin diharapkan oleh wisatawan yang datang adalah citra (image) nama besar dari Bung Karno yang mempersunting Fatmawati gadis Bengkulu. Sejarah mencatat bahwa Bung Karno dalam perjalanan perjuangannya pernah diasingkan di Bengkulu. Mengingat Bung Karno merupakan tokoh yang sangat dikagumi, sangatlah berpotensi menjadi pemikat wisatawan untuk dating. Selanjutnya keramahan dari penduduk Bengkulu sangatlah menjadi harapan wisatawan. Hati setelah sekian lama dirundung akan luluh oleh keramahan dan kelembutan dan penduduk daerah tujuan wisata.

Strategi 

Keberhasilan dari pariwisata merupakan keberhasilan dalam keseimbangan antara supply dan demand. Disinilah peran pemerintah yang sangat dominan, meski tidak menagabaikan peran masyarakat. Pemerintah berfungsi melahirkan regulasi-regulasi yang dapat mencapai terjadinya keseimbangan, terpenuhinya aspek 5A dari destinasi wisata dan terwujudnya harapan yang diinginkan oleh para wisatawan.

Regulasi-regulasi tersebut tetap berpegang pada prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan resilience, sustainable dan responsible yang didasarkan pada people, planet dan prosperity. Regulasi harus mengikutkan pemberdayaan masyarakat mengingat kenyamanan, keamanan, keramahtamahan dan destinasi budaya adalah ada dalam diri masyarakat. Regulasi harus memperhatikan kelestarian dari lingkungan alam di mana destinasi wisata itu berada. Selanjutnya regulasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomi sehingga industry wisata dapat dinikmati oleh penduduk local.

Strategi lain yang perlu adalah promosi yang tidak biasa (out of the box), mengingat pangsa pasar wisata Bengkulu diharapkan tidak hanya dari penduduk lokal, tapi berasal dari luar daerah bahkan wisatawan asing. Secara geografis selama ini Bengkulu bukan merupakan tujuan utama wisata, bukan pula sebagai wilayah transit para wisatawan. Sehingga kita perlu bersinergi dengan wilayah lain yang sudah relative dikenal dan berdekatan, sehingga secara efektif serta efisien bisa bergandeng tangan. Membentuk forum kerjasama regional  yang beranggotakan wilayah-wilayah potensi wisata, sehingga dalam proses industry wisata dapat saling melengkapi dan menguntungkan.

Akhirnya, pandemic Covid-19 kita hadapi dengan tetap optimis untuk kemajuan pariwisata, saat yang tepat untuk peningkatan industry wisata. Pemberdayaan masyarakat sangat penting karena dari merekalah terwujudnya keamanan, kenyamanan, ketertiban, keramahtamaan, kecukupan atribut wisata dan juga keberlanjutan pariwisata. Terjaganya kebersihan dan higienisitas dari destinasi wisata juga berada di tangan masyarakt. Semoga pengambil kebijakan dapat memanfaatkan peluang pasca covid-19 untuk rebound dunia pariwisata. 

Semoga Pandemi covid-19 segera berlalu…

Sukses untuk wisata Bengkulu….

*Moh Fatichuddin, Penulis adalah Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bengkulu