Menakar Peluang Kandidat Gubernur Bengkulu

Elfahmi Lubis

oleh: Elfahmi Lubis (Akademisi UMB)

 Pemerintah, DPR RI dan penyelenggara Pemilu telah sepakat bahwa pelaksanaan Pilkada serentak akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020. Mungkin juga Pilkada 2020 adalah paling bersejarah di republik ini karena dilaksanakan dalam kondisi darurat sebagai akibat pandemi Covid-19. Oleb sebab itu pelaksanaan Pilkada 2020 akan beradaptasi dengan kondisi pandemi, dengan demikian banyak tahapan Pilkada akan dilakukan berbasis virtual. Mulai dari proses pemutakhiran DPT, sosialisasi, kampanye, debat, sampai pada perhitungan suara.

Tulisan ini tidak akan mengulas teknis pelaksanaan Pilkada, tapi mencoba membuat analisis tentang peta kekuatan kandidat calon gubernur  Bengkulu dalam memperebutkan kursi panas BD 1. Dalam Pilkada 2020, Bengkulu sudah dinyatakan oleh penyelenggara KPU tidak ada calon yang maju melalui jalur perseorangan (independen). Oleh sebab itu sudah dipastikan, semua calon gubernur yang akan  melakukan kontestasi Pilkada 2020 harus diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik, yaitu setara dukungan 9 kursi di DPRD Propinsi. Untuk itu coba kita lihat bagaiman sebaran kursi masing-masing Parpol di DPRD, yaitu:  Golkar (7 kursi),  PDIP (7 kursi),  Gerindra (6 kursi), Nasdem (5 kursi), Demokrat (5 kursi),  PKB (4 kursi),  Hanura (3) PAN (2 kursi), PKS (2 kursi), PPP (2 kursi), dan PERINDO (2 kursi).

Melihat sebaran kursi masing-masing Parpol di DPRD Provinsi Bengkulu Bengkulu, hampir dipastikan tidak ada satupun Parpol yang bisa mengajukan calon sendiri. Hal ini merujuk pada ketentuan syarat pencalonan, bahwa parpol yang bisa mengajukan calon gubernur adalah parpol yang memiliki suara setara dengan  9 kursi di DPRD Propinsi. Oleh sebab itu Parpol di Bengkulu harus melakukan koalisi lintas parpol  agar memenuhi syarat dukungan pencalonan gubernur tersebut. Setidaknya ada 3 Parpol yang tidak mengalami kesulitan dalam proses koalisi, yaitu Golkar (memerlukan dukungan 2  kursi tambahan, PDIP (memerlukan tambahan 2 kursi) dan Gerindra (memerlukan tambahan 3 kursi). Menyusul 2 partai menengah Nasdem (memerlukan tambahan 4 kursi) dan PKB (memerlukan 5 tambahan kursi).

Melihat konfigurasi politik di atas, maka dalam Pilgub Bengkulu justru Parpol  gurem yang akan menentukan arah koalisi. Soalnya, keberadaan kursi parpol gurem penyempurna dukungan bagi Parpol besar. Ambil saja contoh, Golkar cukup berkoalisi dengan PPP atau PKS dan Perindo sudah bisa mengusung calon gubernur. Begitu juga sebaliknya dengan PDiP dan Gerindra. Sementara untuk Nasdem, Demokrat, dan PKB sedikit agak berat karena memerlukan teman koalisi antara 4 sampai 5 kursi tambahan.

Nah... Kalo terjadi head to head antara Rohidin (patahana) dengan Helmi Hasan. Maka, peta koalisi diprediksi akan terjadi konfigurasi seperti ini, Helmi Hasan bakal didukung PAN+Gerindra+PKS+Demokrat (15 kursi) sedangkan Rohidin Golkar+ PDIP+ PPP,+PKB+Nasdem+ Hanura+Perindo (30 kursi).

Namun konfigurasi peta dukungan diatas masih sangat cair untuk berubah dan sangat tergantung dari siapa yang akan menjadi wakil mereka nanti.  Sementara itu jika Pilgub diikuti tiga calon, Rohidin, Helmi Hasan, dan Agusrin, maka akan terjadi perubahan dalam peta koalisi dan dukungan Parpol. Demokrat, Nasdem, Hanura, Perindo, dan PKB merupakan parpol yang memiliki kemungkinan besar akan mengalami perubahan pada peta dukungan. Kelompok Parpol ini kemungkinan bisa ditarik untuk mendukung pencalonan Agusrin, apalagi jika Agusrin menggandeng Imron Rosyadi sebagai wakil gubernur. Sementara itu peluang   terjadinya empat pasangan calon gubernur, secara kalkulasi politik kecil kemungkinan terjadi. Kemungkinan besar Pilgub 2020 hanya akan diikuti 2 sampai 3 pasangan calon.

Kalo itu yang terjadi prediksi peta dukungan Parpol kepada kandidat calon gubernur mengalami mengalami perubahan. Sekarang kita coba menakar peluang para kandidat untuk memenangkan pertarungan politik merebut kursi plat merah BD 1. Jika dalam Pilgub 2020 nanti terjadi head to head antara Rohidin versus Helmi Hasan, maka peluang keduanya masih fifty-fifty.

Kemenangan akan ditentukan pada saat terakhir menuju hari H pencoblosan, jika dalam waktu kritis itu ada yang bikin blunder politik maka bisa mengakibatkan kekalahan tipis. Karena budaya politik lokal masih sangat kental dengan politik identitas, maka simbol etnis dan kesukuan masih sangat menentukan arah dukungan masyarakat pada kedua pasangan calon. Rohidin secara sosiologis dan biologis berasal suku Serawai Bengkulu Selatan,  berlatar birokrat dan sempat menjadi wakil bupati Bengkulu Selatan mendampingi Reskan.

Selanjutnya, Rohidin berpasangan dengan Ridwan Mukti sebagai Calon Wakil Gubernur dan terpilih dalam Pilkada serentak  2015 lalu. Belum sampai 2 tahun menjabat sebagai gubernur, Ridwan Mukti tersandung kasus hukum karena ditangkap dalam OTT KPK dengan tuduhan menerima suap proyek. Singkat cerita naiklah Rohidin menjadi gubernur menggantikan Ridwan Mukti sampai saat ini. Dalam dunia  perpolitikan di Bengkulu, Rohidin tidak begitu menonjol dan karir politiknya biasa-biasa saja. Bahkan ketika mencoba peruntungan untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati Bengkulu Selatan, beliau dikabarkan tidak  memperoleh dukungan politik dari parpol sebagai tiket menuju pencalonan.

Dan pada momentum yg hampir bersamaan, Ridwan Mukti sebagai calon gubernur pada waktu itu meminang Rohidin untuk menjadi wakilnya. Sosok Rohidin yang muncul selama ini tidak menunjukkam karakter sebagai petarung politik sejati, tetapi lebih menonjol karakter pamong dan birokrat. Secara intelektual Rohidin mungkin model pemimpin yang ideal, karena memiliki kemampuan akademis yang cukup mumpuni.

Bicara yang sistematis, santun, dan berbobot secara akademis. Kira-kira tipe yang soft bukan yang meledak-ledak. Rohidin juga tipe pemimpin yang berkarakter akomodatif bukan konfrontatif.

Selama menjabat menjadi gubernur Bengkulu, harus diakui secara jujur secara kualitatif yang nampak oleh masyarakat tidak banyak terobosan dalam hal pembangunan di propinsi Bengkulu.

Namun beliau sempat punya ambisi besar untuk menggaet para investor besar agar berinvestasi di Bengkulu. Beliau juga melalui jaringan partainya Golkar, terus melakukan lobi ke pemerintah pusat untuk menggolkan proyek strategis nasional. Seperti peningkatan kapasitas infrastruktur dermaga pelabuhan Pulau Baai, proyek jalan tol Bengkulu - Lubuk Linggau, dan proyek rel kereta api agar terjadi inter koneksi Bengkulu dengan daerah-daerah lain. Dengan demikian infrastruktur tersebut dapat memacu mobilitas ekonomi dan arus perdagangan dari dan ke Bengkulu, sehingga bisa memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu.

Tinggal publik saat menunggu bagaimana realisasi dari proyek-proyek infrastruktur tersebut, apakah benar jadi kenyataan atau sekedar wacana saja. Secara administratif, beliau selama menjadi Gubernur Rohidin telah banyak mendapat penghargaan dan pengakuan dari pemerintah pusat dalam keberhasilan pembangunan. Namun begitu sosok Rohidin yang muncul dalam persepsi publik adalah  dianggap pemimpin yang terkesan sangat formalistik, serimonial dan rutinitas.

Hanya saja, sebagai patahana  Rohidin diuntungkan secara politik dan ekonomi. Dengan jabatannya saat ini beliau mempunyai resources untuk menggerakkan dan memobilisasi sumber daya yang ada, misalnya birokrasi dan program bantuan dan pembangunan pemerintah.

Walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan Pilkada, tapi tetap akan memberikan insentif politik bagi beliau. Selain itu  beliau sebagai patahana memiliki bargaining posision untuk mencari sumber pendanaa kepada pihak yang memiliki kesamaan visi dan misi perjuangan politik dengan beliau.

Latar belakang irisan Ormas, Rohidin adalah termasuk tokoh Muhammadiyah, dan beliau pernah menjadi Ketua PD. Muhammad Kabupaten Bengkulu Selatan, dan saat ini masih tercatat sebagai Ketua Majelis Pengkaderan PWM Bengkulu.

Lalu bagaimana sosok, Helmi Hasan, figur satu ini cukup fenomenal dalam jagat politik lokal, dan banyak yang menilai beliau adalah sosok petarung politik. Dalam usia yang belia secara biologis, beliau sudah cukup disegani dalam percaturan politik lokal.

Memulai karir politik sebagai Ketua DPD PAN Kota Bengkulu dan dalam Pemilu 2004 beliau berhasil terpilih sebagai anggota DPRD Kota Bengkulu dan sempat menduduki kursi pimpinan. Selanjutnya, pada Pemilu berikutnya beliau terpilih sebagai anggota DPRD Propinsi Bengkulu sekaligus Ketua DPW PAN Propinsi Bengkulu sampai saat ini. Waktu duduk sebagai anggota DPRD Propinsi, beliau juga sempat menjadi unsur pimpinan sebagai wakil ketua. Karir politik semakin moncer ketika  dalam Pilwakot 2015 beliau berhasil terpilih sebagai Walikota mengalahkan calon patahana waktu itu Walikota Ahmad Kaneddy.

Selanjutnya, dalam Pilwakot 2018 lalu beliau dengan mencengangkan terpilih kembali sebagai Walikota Bengkulu untuk periode kedua. Kenapa saya mengatakan  mencengangkan dan fenomenal, tanpa terlibat dalam kampanye sedikit pun selama Pilwakot dan bahkan pada saat 3 kali sesi debat antar calon yang difasilitasi KPU, beliau sempat 2 kali tidak hadir, hanya dikesempatan debat terakhir beliau baru muncul.

Tapi ketika penghitungan suara beliau mampu keluar sebagai pemenang mengungguli tiga pasangan kandidat lain pada waktu itu. Selama memimpin kota Bengkulu, harus diakui banyak terobosan yang dilakukan beliau, yang sangat terkenal adalah program seluruh jalan gang dalam kota  diaspal dan dihotmix  mulus.

Bahkan, banyak pihak mengatakan yang menyebabkan beliau kembali terpilih pada periode kedua walupun tanpa kampanye, adalah karena program ini dirasakan sekali manfaatnya oleh masyarakat Kota Bengkulu. Terobosan lain, beliau selama menjadi walikota pada periode pertama berhasil membangun dan mendirikan Rumah Sakit Daerah mewah yang menjadi kebanggaan warga kota.  

Saat ini rumah sakit tersebut  diberikan nama RSHD, singkatan dari rumah sakit harapan dan doa. Selain itu beliau juga membuat gebrakan penerangan kota dengan menyalakan semua lampu jalan di dalam kota.

Helmi Hasan juga di periode kedua kepemimpinannya, membuat program cukup kontroversi dan sekaligus menuai simpati, yang tidak saja  menyita perhatian publik lokal namun nasional, yaitu sholat zhuhur berjemaah berhadiah umroh, safari shubuh dari masjid ke masjid, deklarasi kota hadist, ambulance gratis bagi warga kota yang membutuhkan, sampai penggunaan mobil dinas Fortuner mewah secara gratis untuk mengantar pangantin pada saat pernikahan.

Ada juga program kewajiban  ASN dan BUMD dilingkungan Pemkot agar membayar zakat ke Bazis. Sosok Helmi Hasan juga menarik perhatian publik dengan gaya yg nyentrik, memilihara jenggot dan jambang, sering menggunakan jubah gamis, bercelak alis dan menggunakan tongkat.

Ketika beliau ditanya soal ini, ia menjawab menjalankan Sunnah Rasulullah. Terakhir, ditengah pandemi Covid-19 program bantuan soal yang terkenal adalah Rasmie (beras dan mie) terenak.

Dan mungkin dalam sejarah baru kali ini ada bantuan sosial bagi masyarakat terdampak bencana, seluruh  warga baik miskin maupun kaya seluruhnya mendapatkan bantuan Rasmie. Bahkan beliau juga mengusulkan agar tenaga medis yang terlibat dalam penanganan pasien Covid-19, agar diangkat menjadi PNS tanpa tes,  rileksasi pajak,  program penghapusan pembayaran SPP bagi siswa selama wabah pandemi Covid-1, perlunya agar bank melakukan penangguhan pembayaran cicilan bank kepada masyarakat selama wabah Covid-19 masih berlangsung. Dibalik keberhasilannya banyak sorotan negatif kepada sosok Helmi Hasan selama menjadi walikota.

Yang paling ingat diingatan publik adalah seringnya Walikota meninggalkan tugas ke luar negeri dengan alasan ibadah. Selain itu beliau juga sering mendapat sorotan terkait  dengan penggunaan dana APBD, terakhir beberapa fraksi di DPRD Kota Bengkulu, mengajukan usul pembentukan Pansus untuk menelisik penggunaan dana bencana Covid-19 sebesar 204 miliar. Selain itu program religius beliau, tidak semuanya diapresiasi secara positif oleh masyarakat tapi tidak sedikit juga yang mencibir dan menuding bahwa beliau dianggap pemimpin yang seolah-olah tidak berdiri diatas semua agama dan golongan.

Secara sosiologis Helmi Hasan berasal dari Lampung namun isteri beliau berasal dari Bengkulu Selatan, sehingga secara politik di zona ini beliau masih memiliki kans untuk mengumpulkan suara. Banyak yang mengatakan untuk Kota Bengkulu, hampir bisa dipastikan menjadi basis dan lumbung suara terbesar bagi beliau dalam Pilkada 2020 ini. Tinggal saat ini beliau harus mengintensifkan untuk mencari dukungan suara ke masyarakat di 7 kabupaten di luar Kota Bengkulu. Jika Helmi Hasan mengambil wakil dari suku rejang, maka persaingan memperebutkan suara pemilih antara beliau dengan Rohidin akan berlangsung ketat.