Masyarakat Mengecam Kerumunan Habib Rizieq Langgar PSBB

Foto Ilustrasi

Oleh : Dodik Prasetyo 

Baru saja datang di Indonesia, Habib Rizieq Shihab (HRS) sudah berulah dengan membuat kerumunan di masa pandemi. Masyarakat pun geram dan mengecam aksi tersebut karena jelas melanggar masa PSBB di DKI Jakarta dan tidak mematuhi physical distancing. 

Seharusnya sebagai salah satu tokoh, ia memberi contoh baik dengan tertib protokol kesehatan. Bandara Soekarno-Hatta, khususnya di Terminal 3, gempar saat Rizieq Shihab datang dari Arab, tanggal 10 november lalu. Massa mengelu-elukannya dan rela berhimpitan, hanya karena ingin memotret atau melihat parasnya dari dekat. HRS hanya cengar-cengir melihat sambutan gegap-gempita itu dan auto amnesia, bahwa saat ini masih pandemi covid-19 dan PSBB.

Belum puas dengan penyambutan di bandara, massa juga menyerbu rumah HRS di kawasan Petamburan. Setelah beristirahat, beberapa hari setelahnya Rizieq Shihab datang untuk menghadiri acara maulid nabi, bahkan pergi ke daerah Puncak karena diundang dalam kegiatan peresmian. Tentu saja dalam momen ini terjadi lagi kerumunan orang yang ingin beraudensi dengannya.

Pakar epidemiologi dari UI, Pandu Riono, mengkhawatirkan kerumunan yang terjadi saat ada HRS. Karena bisa jadi ada klaster corona baru. Ia sangat prihatin karena kerumunan ini bisa meningkatkan potensi penularan covid-19. Dalam artian, saat ini massa bisa saja merasa sehat tapi kena efeknya 14 hari kemudian. Jika mereka kena corona, siapa yang harus disalahkan?

Massa sudah cinta buta dan tak peduli corona ada di depan mata. Namun mereka nekat ingin melepas rindu dengan HRS setelah 3 tahun tak bersua. Saat ada kerumunan ini, masyarakat menyayangkan tindakan petugas yang kurang tegas dalam menghalau massa dan menertibkan mereka. Bahkan seolah sungkan untuk mendenda atau menghukum massa.

Padahal HRS sudah jelas melanggar PSBB di DKI Jakarta dan menolak untuk karantina 14 hari, serta tak mau tes swab atau rapid. Potensi untuk kena corona dalam perjalanan menuju Indonesia sangat besar. Namun massa seolah tak peduli dan terus mendekatinya. Masyarakat jadi pusing karena mereka melanggar protokol kesehatan dengan terang-terangan.

Pelanggaran protokol kesehatan juga terjadi lagi saat HRS mengadakan acara pernikahan putrinya, Syarifah Najwa Shihab, tanggal 14 november. Walau akad nikah dilakukan secara privat, namun resepsinya mengundang 10.000 orang! Undangan ini termasuk keluarga besar, anggota dan pengurus FPI, pengurus partai, serta gubernur DKI Jakarta.

Memang HRS adalah tokoh publik tapi apakah dia kebal hukum sehingga diperbolehkan melanggar physical distancing? Atau petugas merasa sungkan dan bagaikan macan ompong, karena Rzieq Shihab jadi orang dekat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan? Masyarakat sudah lelah karena HRS baru datang tapi langsung bikin berita heboh.

Faktanya, petugas membiarkan acara itu dan tidak ada niatan untuk membubarkannya. Mereka hanya berusaha meminimalisir resiko penularan corona dengan membagikan masker gratis kepada para tamu undangan. Juga memperbanyak tempat cuci tangan. Rekayasa lalu lintas juga dilakukan di sekitar lokasi resepsi pernikahan. 

Janganlah ada pengkultusan dan pengistimewaan seperti itu. Memang Rizieq Shihab punya banyak pendukung, tapi ia seolah selalu dilindungi dan lolos saja ketika melanggar berbagai protokol kesehatan. Masyarakat bisa antipati terhadap pria yang dikenal keras dalam berceramah, karena gagal memberi contoh baik kepada ribuan pendukungnya.

Kerumunan massa dalam acara yang dihadiri dan diselenggarakan oleh Rizieq Shihab membuat epidemiologi khawatir akan penularan corona. Masyarakat juga tidak memberi simpati kepada HRS karena nekat mengadakan pesta besar-besaran di tengah pandemi. Padahal seharusnya kita masih masa prihatin. Resepsi seperti itu juga berpotensi membuat klaster corona baru.

(Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI))