Mantan Ketum Nasdem Rio Capella: Buta Paling Berbahaya Adalah Buta Politik

Patrice Rio Capella saat menyampaikan pesan damai politik dalam acara silaturahmi politik yang digelar SMSI Bengkulu di Hotel Santika Bengkulu

Bengkulutoday.com - Mantan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Nasdem Patrice Rio Capella menyampaikan, dalam kehidupan ini, buta yang paling berbahaya adalah buta politik. Sebab, buta politik adalah buta yang sangat mendalam. Dimana, dengan buta politik akan menjadikan bangsa ini bangsa yang bodoh.

"Masyarakat harus tahu, harga cabe, harga beras dan kebutuhan lainnya ditentukan oleh kebijakan politik. Begitu juga dengan mahasiswa dan pelajar, bisa dibangun sekolah, kampus, juga besar dan kecilnya biaya sekolah dan kuliah, adalah ditentukan oleh keputusan politik. Untuk itu kita jangan buta politik," kata Patrice Rio Capella saat menyampaikan pesan damai dalam silaturahmi politik yang digelar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bengkulu di Hotel Santika, Sabtu (20/7/2019).

Sambil bersemangat, mantan Anggota DPR RI dapil Bengkulu ini mengajak masyarakat untuk cerdas politik. "Nelayan, petani, pengusaha dan semua profesi harus cerdas politik meskipun tidak menjadi politisi. Peradaban bangsa ini dibangun oleh politik. Dengan politik akan ditentukan apakah beras akan diimpor, apakah harga BBM akan dinaikkan dan berbagai kebijakan politik lainnya yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Rio juga menyinggung soal suksesi pemilu 2019, dimana menurut dia proses demokrasi telah dilaksanakan sesuai mekanismenya. "Tahapannya sampai selesai sudah dilaksanakan dengan sesuai aturan. Dan untuk menjadi penentu politik ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu melaui pemilihan dan atau kudeta. Karena bangsa ini adalah bangsa yang baik secara demokrasi, maka dilakukan lewat pemilihan, jika perebutan politik dilakukan dengan kudeta, itu tidak baik dan menunjukkan bangsa yang tidak teratur dan beradab," beber Rio yang sejak mahasiswa aktif sebagai aktivis kampus.

Alumni Universitas Brawijaya ini juga menegaskan, dirinya sebagai politisi tidak akan beralih profesi, sebab secara genetik dia mewarisi gen politik. 

"Saya ibaratkan seorang nelayan yang pergi melaut untuk mencari ikan, ada kalanya dia diterpa badai yang menyebabkan perahunya karam, hancur bahkan mengancam keselamatannya, tapi apakah nelayan tersebut lantas berhenti melaut kedepannya. Tentu tidak, begitu juga dengan petani, ada kalanya sekali-kali dia gagal panen dan dia akan terus bercocok tanam. Mengapa? karena secara genetik mereka adalah petani dan nelayan. Begitu juga dengan politisi, hal yang biasa gagal dan digagalkan. Namun kita tidak bisa lari dari faktor genetik bahwa kita adalah politisi," ujar Rio menyampaikan analoginya.

Rio juga bercerita riwayatnya ketika menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Nasdem. Saat itu, dia bisa saja merumuskan aturan partai agar dia menjadi ketua umum seumur hidup. Namun hal itu tidak dia lakukan. 

"Saya tidak akan berhenti berpolitik, saya juga yang berjuang di Mahkamah Konstitusi agar mantan napi tetap memiliki hak politik," tegas Rio yang memang pernah menjadi mantan napi dalam kasus yang ditangani KPK. 

Rio juga menyampaikan sinyal bahwa dalam kasusnya, ada upaya menjegal karir politiknya sebagai politisi.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah yang diberi waktu menyampaikan arahannya mengatakan, ada tiga penentu dalam politik menurut kesimpulannya, yakni partai politik, kandidat dan media. "Tiga faktor ini menurut saya sebagai penentu utama, disamping faktor yang lain," kata Rohidin Mersyah saat menyampaikan arahannya dalam silaturahmi politik yang digelar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bengkulu di Hotel Santika, Sabtu (20/7/2019).

Mengulas soal media, Rohidin menyampaikan bahwa media saat ini lebih canggih dari era sebelumnya. "Media dapat melakukan prediksi-prediksi, bahkan memunculkan tokoh-tokoh baru, oleh karena itu dalam politik, media tidak dapat dipisahkan, dan itu menjadi bagian dari tiga faktor yang saya sebutkan tadi," sampainya.

Sementara membahas soal pilkada di Bengkulu yang akan digelar tahun 2020 nanti, Rohidin mengapresiasi peran media yang memunculkan berbagai alternatif tokoh. Sebab menurut Rohidin, demokrasi di Bengkulu akan semakin baik jika sumber daya manusia politik ikut berkontribusi dalam hajatan politik lokal. "Ini bagus sebagai peningkatan indeks demokrasi di Bengkulu, artinya Bengkulu ini secara ketokohan memiliki banyak stok, meskipun secara geopolitik nasional, Bengkulu kalah jumlah, namun tokoh-tokoh diperhitungkan," kata Rohidin yang juga Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bengkulu ini.

Kegiatan silaturahmi politik untuk Bengkulu damai pasca-pemilu itu digelar SMSI dengan menghadirkan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, relawan dari Jokowi-Ma'ruf Amin yang diwakili oleh Patrice Rio Capella, dan relawan dari Prabowo -Sandi diwakili oleh Heru Saputra. Kedua perwakilan relawan itu diberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan damai dihapan peserta, undangan dan media. 

Hadir juga dalam acara itu Asisten I Setda Provinsi Bengkulu Hamka Sabri, Kadiskominfotik Provinsi Bengkulu Jaduliwan, Kepala Kesbang Pol Provinsi Bengkulu Khairil, Kepala Satpol PP Murlin, Tri Nugroho dari Diskominfosan Kota Bengkulu, pengurus SMSI Bengkulu, pimpinan media siber, wartawan dan mahasiswa.

"Kegiatan ini adalah sebagai tindak lanjut dari halal bi halal SMSI sebelumnya yang mengangkat tema "Menanti Putusan MK", nah karena keputusan MK telah keluar dan final, maka dengan silaturahmi politik ini, kami mengajak kepada relawan 01 dan 02 untuk sama-sama menerima keputusan MK, sekaligus bersatu dalam semangat persatuan Indonesia, sebab sebentar lagi Bengkulu akan menghadapi hajatan politik pilkada serentak 2020 yang akan digelar di 8 kabupaten dan provinsi," kata Ketua SMSI Bengkulu, Dr Rahimandani.

(WS)