Lenyapkan OPM dari Bumi Indonesia

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

Bengkulutoday.com  -  Oleh : Elizabeth Wamebu*)

Dikabarkan 31 pekerja PT Istaka Karya tewas karena dibantai oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Tak hanya itu, kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya tersebut juga menyerang pos TNI yang mengakibatkan 1 orang anggota TNI meninggal dunia.

Diketahui, wilayah di Puncak Tabo merupakan tempat dimana KKB membantai para pekerja PT Istaka Karya. Hal ini diketahui oleh korban pegawai PT Istaka Karya yang berhasil menyelamatkan diri.

Setelah insiden tersebut terjadi, Raider Kostrad diturunkan atas instruksi Menkopolhukam Wiranto, untuk memburu Egianus Kogoya yang merupakan otak di balik insiden penembakan tersebut. Selain memburu dan menjaga keamanan di Nduga, pasukan Raider Kostrad juga turut membantu mengevakuasi jenazah korban yang meninggal akibat ditembak oleh kelompok separatis tersebut.

Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata merupakan sebutan yang disematkan untuk fraksi militer gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Egianus Kogoya merupakan pemimpin OPM di Kabupaten Nduga dan sekitarnya.

Diduga kelompok separatis ini membunuh 31 pekerja Istaka Karya karena mereka mengambil foto ketika kelompok separatis tersebut melaksanakan upacara yang diadakan secara sembunyi – sembunyi. upacara tersebut merupakan peringatan pada ulang tahun organisasinya yang diperingati pada awal Desember 2018.

PT Istaka Karya merupakan pihak kontraktor yang sedang menyelesaikan pembangunan jembatan Kalik Aorak dan jembatan Kali Yigi. Proyek tersebut merupakan bagian dari proyek Trans Papua, dimana hal ini akan semakin memudahkan akses transportasi menuju daerah yang terisolir. Namun proyek pembangunan ini membuat organisasi separatis OPM merasa terusik, sebab TNI dan Polri dapat leluasa bergerak ke arah mereka.

Polisi juga memiliki rekam jejak beberapa kasus yang dikepalai oleh Egianus Kogoya diantaranya :

1. Insiden Penembakan di Jalan Trans Papua Distrik Mugi.

Pada Desember 2017, pekerja Trans Papua diserang oleh kelompok Egianus Kogoya yang mengakibatkan seorang pekerja meninggal dunia akibat serangan tersebut.

2. Penyekapan Tenaga Medis dan Guru

Seakan tak punya nurani, pada Oktober 2018 kelompok separatis tersebut pernah menyekap belasan tenaga pengajar yang sedang mengajar di SD YPGRI 1, SMPN 1 dan tenaga medis yang saat itu tengah bertugas di Puskesmas Mapenduma Nduga.

3. Penembakan di Bandara Kenyam

Pada Juni 2018, kelompok Egianus Kogoya menghujani pesawat twin otter Trigana Air yang membawa pasukan Brimob Polri. Pasukan tersebut bertugas untuk mengamankan Pilkada, dalam insiden tersebut 2 orang terluka.

4. Penembakan terhadap pekerja PT Istaka Karya.

1 – 2 Desember 2018, seakan ingin menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi separatis, kelompok bersenjata yang dikomandoi oleh Egianus Kogoya juga menyerang pekerja Istaka Karya yang saat itu sedang menggarap proyek Trans Papua.

Dari kasus penembakan yang dilakukan oleh organisasi separatis tersebut, kita bisa tarik sebuah hipotesa bahwa OPM merasa terancam dengan adanya proyek Trans Papua yang akan menjadi jalur utama transportasi untuk wilayah Indonesia Timur, khususnya di tanah Papua.

Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) Basuki Hadimuljono, pihaknya akan terus melaksanakan proyek Trans Papua hingga selesai, pihaknya juga menegaskan bahwa ruas Wamena – Habema – Mugi – Kenyam – Batas Batu – Mumugu sangatlah vital dan masuk ke dalam prioritas program dalam kabinet kerja Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla sebagai penerapan visi nawacita yaitu membangun dari pinggiran.

Pembangunan ini telah lama ditunggu dan didukung oleh masyarakat Papua dimana nantinya masyarakat Papua yang berada di pegunungan tengah akan semakin mudah mengakses jalan menuju Pelabuhan terdekat. Adanya Trans Papua juga berguna untuk mengurangi biaya logistik dan menurunkan angka kemahalan di Pegunungan Tengah Papua.

Penyerangan ini tidak hanya perbuatan kriminal, namun juga ancaman nasional yang mengarah pada gerakan separatisme, sehingga pihak berwenang sudah sepantasnya menghentikan pergerakan OPM sampai pada akar – akarnya.

Wiranto mengatakan, “Saya kira itu satu aksi yang sangat biadab, karena teman kita sedang membangun infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat, artinya mereka sudah berjuang dan berbakti untuk kebaikan Papua, lalu ditembaki, dibunuh, tentu ini merupakan hal yang sangat tidak terpuji,” ujarnya.

Kita harus mengakui bahwa serangan yang terjadi menjelang akhir tahun di Papua, merupakan serangan paling beringas yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perlawanan secara kualitatif dari organisasi separatis tersebut. Kejadian ini bisa dinobatkan sebagai krisis nasional, dimana ketika negara sedang berjuang membangun dari pinggiran, masih saja ada sekelompok orang yang merasa ingin eksis dengan mengangkat senjata.

Entah bagaimanapun caranya OPM harus dilenyapkan dari Bumi Indonesia, Menkopolhukam dan BIN memiliki wewenang penuh untuk melenyapkan OPM sampai ke akar – akarnya, alangkah baiknya jika Egianus Kogoya ditangkap hidup – hidup sehingga kita bisa mendapatkan data berupa jumlah anggota OPM dan darimana mereka mendapat suport senjata api.

*) Penulis Pemerhati Masalah Politik dan Keamanan

NID Old
7491