Lansia Bengkulu Bertahan di Tengah Covid-19

Ratna Kusuma Astuti

Gambaran umum kesehatan lansia di Bengkulu

Menurut UU nomor 13 Tahun 1998, penduduk lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2019, persentase penduduk berusia diatas 60 tahun mencapai kurang lebih 243 ribu orang atau 12,21 persen dari populasi penduduk di Provinsi Bengkulu. Angka presentase dan jumlah lansia ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2018 sebanyak 119 ribu orang atau sekitar 6,10 persen. Peningkatan lansia ini kemungkinan akan terus terjadi dalam beberapa tahun kedepan. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa proses demografi yang terjadi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi juga mempengaruhi jumlah lansia.

Berdasarkan komposisi umur penduduk di Provinsi Bengkulu, dalam kurun waktu sepuluh tahun yaitu 2010 sampai 2019 terlihat bahwa komposisi umur penduduk mengalami pergeseran menuju usia lanjut. Penduduk yang dilahirkan pada era tahun 1960 merupakan bonus demografi karena lahir pada saat terjadinya lonjakan kelahiran atau disebut era baby boom. Pada masanya nanti mereka yang tadinya merupakan penduduk usia produktif akan menjadi penduduk lansia. Suatu hal yang istimewa bisa melalui setiap fase kehidupan, karena menjadi lansia adalah puncak dari fase hidup manusia. Dan faktor keberhasilan pemerintah dalam hal perbaikan kesehatan dan kondisi sosial ekonomi menjadi pendorong bertambahnya jumlah lansia.

Dari 243 ribu orang lansia di Provinsi Bengkulu, keberadaannya tersebar di perdesaan maupun perkotaan. Pada tahun 2019 persentase lansia di perdesaan sebesar 7,95 persen, sedangkan di perkotaan  sebesar 6,46 persen. Persentase lansia ini didominasi oleh lansia muda  (kelompok umur 60-69 tahun) yang persentasenya mencapai   5 persen, sisanya adalah lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun) sebesar 1,79 persen dan lansia tua (kelompok umur 80+) sebesar 7,46 persen. Komposisi umur penduduk di Provinsi Bengkulu bisa dikatakan sedang bertransisi menuju struktur penduduk tua (ageing population) karena persentase penduduk berusia diatas 60 tahun mencapai 7 persen dari keseluruhan penduduk.

Fenomena komposisi penduduk tua ini dapat diartikan bahwa perlahan Provinsi Bengkulu sedang bertransisi menuju struktur penduduk tua (ageing population). Dari 243 ribu lansia di Provinsi Bengkulu didominasi lansia muda rentang umur 60-69 tahun persentasenya 5 persen, sisanya lansia madya rentang umur 70-79 tahun sebesar 1,79 persen, dan lansia tua rentang umur 80 tahun keatas sebesar 7,46 persen. Proses penuaan yang terjadi pada manusia akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, terutama kesehatan. Penduduk lansia secara biologis akan mengalami proses penuaan dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik yang akan menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit tertentu baik menular maupun tidak menular dan dapat dideteksi lewat keluhan kesehatan. 

Bertambahnya persentase lansia di Bengkulu dibarengi dengan angka harapan hidup yang mengalami peningkatan juga. Pada tahun 2019, Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Bengkulu sebesar 69,21 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu 68,84. Hal ini membuktikan bahwa penduduk di Provinsi Bengkulu dapat menjalani hidupnya sampai usia 69 tahun.

Walaupun begitu, angka ini masih jauh dari AHH Indonesia yang nilainya mecapai 71,39. Meskipun penduduk di Bengkulu memiliki AHH yang tinggi, dapat menjalani hidupnya sampai usia 69 tahun, apakah lansia tersebut dapat hidup mandiri dan bahagia? Persentase rumah tangga lansia di Provinsi Bengkulu pada tahun 2019 sebesar 27,20 persen, megalami peningkatan dari tahun 2018 sebesar 24,5 persen. Dari persentase inipun menggambarkan masih ada dari mereka yang berperan sebagai kepala rumah tangga dan masih harus mencari nafkah karena mereka tinggal sendiri, tidak tinggal bersama anak atau keluarga yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase status tinggal lansia, 21,30 persen mereka tinggal sendiri, dan 64,09 persen tinggal hanya bersama pasangannya. Seharusnya pada usia tersebut, lansia dapat bergantung hidup kepada anak, keluarga, dan lingkungan sekitarnya untuk mendapatkan bantuan yang bersifat sosial maupun ekonomi. 

Kondisi Kesehatan Lansia di Masa Pandemi

Pada masa pandemi virus corona atau Covid-19, lansia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap wabah ini. Kelompok umur ini sangat rentan karena sistem imunitas yang dibangun tidak mampu bekerja dengan baik dan maksimal seperti saat masih usia muda. Seiring bertambahnya usia, tubuh pasti akan mengalami keluhan kesehatan, penurunan fungsi organ dan kekebalan tubuh. Keluhan kesehatan yang dialami tidak selalu mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari pada lansia. Namun jika lansia menderita sakit pasti terjadi keluhan kesehatan yang mengganggu kegiatan sehari-hari dan tidak dapat melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Sebanyak 50,11 persen lansia di Provinsi Bengkulu mengalami keluhan kesehatan dan 25,76 persen mengalami sakit. 
 

Kasus lansia karena terkena virus corona tidak serta merta murni karena virus tersebut, namun juga disebabkan oleh faktor komorbid yang artinya penyakit penyerta. Dalam dunia medis, komorbid menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya.

Sederhananya sama dengan komplikasi, yaitu kondisi dimana dua penyakit atau lebih datang secara bersamaan. Tidak sedikit lansia baik di Bengkulu maupun di Indonesia yang memiliki penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, diabetes, paru-paru, asma, dan kanker. Penyakit inilah yang meningkatkan resiko terkena virus corona pada lansia. Virus corona ini tidak hanya menyebabkan gangguan pada paru-paru, namun juga dapat menurunkan fungsi pada organ tubuh lainnya, sehingga penyakit penyerta yang dimiliki penderita khususnya lansia akan bertambah parah dan bisa menyebabkan kematian. Berdasarkan rilis Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu per akhir Juni 2020, jumlah pasien yang positif terkena virus corona sebanyak 125 orang dengan rincian 11 orang meninggal, 89 orang sembuh, dan 25 orang dalam perawatan. Dari 11 orang yang meninggal ini, 10 diantaranya berusia lansia dengan rincian pra lansia 6 orang, lansia muda 2 orang, dan lasia madya 2 orang. Selain karena hasil pemeriksaan swab test maupun rapid test yang positif, 6 dari 10 lansia tersebut meninggal karena penyakit komorbidnya yaitu diabetes mellitus, hipertensi, dan kardiomegali, sedangkan 4 lansia yang lainnya meninggal dengan gejala demam, mual, muntah, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan dan nyeri di dada.

Peran pemerintah dalam memberikan perhatian terhadap lansia sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan perlindungan kesehatan apalagi masih ditemukan lansia yang meninggal karena virus corona, sementara kurva kasus positif virus corona belum menunjukkan kurva yang melandai. Sesuai dengan pilar pembangunan sosial pada SDG’s dengan goals nya  tujuan nomor tiga, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

Program kesahatan yang dapat dilakukan antara lain paradigma hidup sehat, pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional. Pengetahuan dan pemahaman paradigma hidup sehat lansia pada masa pandemi Covid-19 merupakan langkah awal yang bisa diambil pemerintah untuk mengurangi jumlah korban lansia yang meninggal karena virus ini. Beberapa langkah awal yang dapat diambil tindakan bagi lansia untuk melindungi diri dari penularan virus corona antara lain mencuci tangan dengan sabun ketika memulai dan mengakhiri aktivitas, menggunakan masker, menghindari kontak fisik dengan orang yang sakit, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan, mengonsumsi obat dan vitamin yang dianjurkan dokter bagi lansia yang memiliki penyakit, dan mengunjungi dokter untuk kontrol sesuai jadwal. Adapun bagi anak atau keluarga lain yang tidak tinggal bersama lansia, sebaiiknya tidak mengunjungi mereka untuk sementara waktu. Sebab siapapun bisa menjadi pembawa virus (virus carrier) yang bisa membahayakan khususnya lansia yang rentan terhadap penyakit.

*Ratna Kusuma Astuti, ASN BPS Provinsi Bengkulu