Kegiatan Habib Rizieq Hambat Penanganan Covid-19

Foto Istimewa

Oleh : Putu Prawira 

Habib Rizieq terus mengadakan safari ceramah setibanya di tanah air. Rupanya ia rindu dengan jamaahnya. Namun sayang dalam acara tersebut, tidak memenuhi protokol kesehatan dan banyak orang berjubel. Masyarakat pun menolak ceramah Habib Rizieq yang terbukti terus memprovokasi warga dan menghambat penanganan Covid-19.

Gerombolan massa terlihat di seputar Petamburan, tanggal 14 november lalu. Mereka ingin pergi ke kediaman Habib Rizieq yang akan mengadakan acara mantu sambil merayakan maulid nabi. Masyarakat ingin mendengar ceramahnya setelah 3 tahun ia pergi ke Arab. Namun sayang dalam acara yang dihadiri 10.000 orang, semuanya melanggar protokol kesehatan.

Bukan kali ini Habib Rizieq berceramah dan menarik kerumunan massa. Pada acara peringatan di Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, tanggal 12 november lalu, banyak orang datang dan lupa untuk tidak menjaga jarak. Bahkan yang lebih parah, ada yang tidak mengenakan masker. Besoknya ada acara serupa di Bogor dan lagi-lagi ribuan orang menyemut, hanya karena ingin melihat wajah Habib Rizieq dan mendengarkan ceramahnya dari dekat.

Miris sekali ketika kita melihat masyarakat berjubel dan sampai rebutan tempat duduk, karena ingin menyimak ceramah Habib Rizieq. Padahal kegiatan ini bisa membentuk klaster corona baru. Namun masyarakat abai akan aturan physcal distancing. Terbukti Lurah Petamburan dinyatakan positif covid-19 setelah ia mendatangi acara resepsi sekaligus ceramah Habib Rizieq.

Jika sudah ada  bukti seperti ini, masihkah mereka mengelak? Habib Rizieq dan ormasnya terus saja melakukan playing victim dan beralibi bahwa acara itu bersifat privat dan hanya mengundang 30 orang. Sementara mereka tak bisa menolak puluhan ribu anggota ormas yang hadir. Padahal beberapa hari sebelumnya, pengacara FPI Aziz Yanuar menyatakan undangannya 10.000 orang.

Kebohongan itu membuat masyarakat geram karena dengan entengnya mereka  menyalahkan tamu yang hadir. Meski telah membayar denda karena melanggar protokol kesehatan, sebesar 50 juta rupiah, namun tidak ada kata maaf dari mereka. Padahal Habib Rizieq bisa saja berstatus OTG, karena habis bepergian ke luar negeri.

Ketika diwawancarai, pengacara FPI Aziz Yanuar juga menyalahkan acara lain yang dianggap melanggar protokol kesehatan. Padahal perbandingannya tidak apple to apple, karena pada acara yang dihadiri Habib Rizieq, sang penceramah menolak untuk melakukan karantina mandiri. Jadi resiko menularkan corona jauh lebih besar kepada segenap anggota ormas yang menghadiri acaranya.

Tamu yang datang saat acara ceramah selain melanggar protokol kesehatan juga lupa bahwa Habib Rizieq menolak untuk tes swab ulang, karena tidak percaya dengan tenaga kesehatan di Indonesia. Padahal bisa saja ia tertular corona di perjalanan. Ketika misalnya ia positif covid-19 dan menularkannya ke 10.000 tamu, apa mau membiayai obat dan kamar perawatannya?

Dokter Wiku Adisasmita, juru bicara tim satgas covid-19, mengingatkan agar jangan jadi orang yang egois. Karena saat ada kerumunan, maka akan membawa malapetaka di masa pandemi. Apalagi jika ada orang di situ yang tidak memakai masker. Dalam artian bisa saja ia berstatus OTG dan akan menularkan corona melalui droplet.

Pernyataan Dokter Wiku seharusnya disimak baik-baik oleh Habib Rizieq. Karena jika 1 saja orang yang kena corona, akan menular ke keluarganya dan banyak orang lain yang berkontak dengannya. Terlebih, dalam acara ceramah akan sulit untuk melakukan tracing. Bisa jadi ada buku tamu tapi alamatnya kurang lengkap, sehingga menyulitkan kerja tim satgas.

Ceramah di masa pandemi harus benar-benar mematuhi protokol kesehatan dan dilakukan di lingkup kecil. Tujuannya agar tidak ada pembentukan klaster corona baru. Jangan marah jika ada kerumunan massa di acara ceramah yang dihalau aparat, karena mereka hanya melaksanakan tugasnya. Seharusnya Habb Rizieq melakukan evaluasi.

(Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)