Kawal Pengendalian Lalat Buah, BPTP Bengkulu Bersinergi dengan Balitjestro

Rapat Koordinasi Kegiatan BPTP Bengkulu

Bengkulutoday.com - Serangan hama lalat buah baru-baru ini di Provinsi Bengkulu membuat petani jeruk RGL merugi sekitar 20%. Kepala BPTP Bengkulu saat pertemuan audiensi dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong, Rabu (19/02/2020), mengungkapkan bahwa lalat buah merupakan ancaman yang sangat serius  keberlanjutan terhadap pengembangan jeruk RGL di Provinsi Bengkulu.

"Diperlukan usaha yang lebih keras untuk mengatasi kendala tersebut", kata Kepala BPTP Bengkulu.  

"Dua tahun terakhir ini BPTP Bengkulu  menerapkan beberapa inovasi teknologi unggulan Balitbangtan" imbuhnya.

"Penerapan inovasi tersebut perlu dilakukan secara massal di kawasan pengembangan sehingga berdampak positif dalam pengendalian hama tersebut" pungkasnya. 

Kejadian luar biasa tersebut juga mendorong BPTP Bengkulu untuk bersinergi  penanggulangan dengan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) untuk mengatasi permasalahan tersebut. 
Turut hadir dalam audiensi tersebut Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balitjestro  Anang Triwiratno bersama tim memaparkan langkah-langkah pengendalian hama lalat buah.

“Langkah-langkah pengendalian lalat buah antara lain dengan mengurangi sumber perbanyakan serangganya karena lalat buah meletakkan telur pada buah yang siap panen”, kata Anang.

Kasie Yantek Balitjestro menambahkan  bahwa buah jeruk yang jatuh sudah pasti terkena serangan lalat buah karena siklus hidupnya.

“Mari kita sosialisasikan kepada petugas dan petani untuk bergerak bersama menanggulangi serangan hama tersebut dengan mengubur buah yang jatuh dan menggunakan insektida kontak, "pungkasnya.

Menyambut baik kegiatan tersebut, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong siap mendukung kegiatan pengembangan jeruk RGL itu. 

“Program dinas terkait pengembangan jeruk RGL juga akan disinergikan dengan BPTP Bengkulu dan Balitjesro,"kata Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong.

Sementara itu, salah satu petani jeruk RGL di Desa PAL VII mengaku masih membutuhkan pendampingan teknologi.

 “Kami, petani belum semuanya paham bahwa pengendalian hama dan pengendalian hama dan penyakit itu harus dilakukan terpadu dan menyeluruh,"katanya.[Rls]