Kanopi, Gempa dan IMM Desak Gubernur Usut Kematian 12 Penyu di Kawasan PLTUB

Penemuan 4 penyu di kawasan Pantai Teluk Sepang

Bengkulutoday.com - Kematian 12 penyu mengundang kritik dari kalangan aktivis lingkungan Generasi Pecinta Alam (Gempa) dan organisasi kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bengkulu.

Sebelumnya, Kanopi jadi palang pintu gerakan desak pemangku kebijakan untuk mengusut tuntas kematian 12 penyu yang jadi hewan dilindungi bersama kematian biota laut lainnya. Pasalnya, biota laut tersebut mati di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara PT Tenaga Listrik Bengkulu di kawasan Teluk Sepang.

Selanjutnya, menyusul Alumni Generasi Pencinta Alam (Gempa) IAIN Bengkulu Soprian Ardianto, yang juga aktif di Kanopi Bengkulu, menyampaikan rasa kecewanya terhadap pemerintah karena dipandang tidak peduli terhadap matinya 12 Penyu yang semestinya dilindungi.

Dia juga mempertanyakan ketiadaan laboratorium di Bengkulu yang bisa meneliti penyebab kematian biota laut tersebut.

“Masa se-Provinsi Bengkulu tidak ada lab yang bisa meneliti apa penyebab kematian Penyu tersebut, itukan tidak masuk akal,” ujarnya, Minggu (08/12/2019).

Soprian mendesak Gubernur Bengkulu mengambil langkah tegas. Pemerintah harus mengusut tuntas dan mengambil langkah serius terkait kasus ini.

“Kematian Penyu secara beruntun harus disikapi secara serius, kok tiba-tiba semenjak ada pembuangan limbah bahang yang dilakukan PLTU banyak Penyu yang mati,” tegasnya.

Bahkan Soprian juga meminta, sebelum persoalan ini selesai PLTU ditutup terlebih dahulu, yang memang keberadaannya sejak awal telah mengundang berbagai masalah.

“Dari peletakan batu pertama PLTU ini sudah membuat masalah,” ungkapnya.

Penyu sendiri, lanjutnya, merupakan jenis biota laut yang berada di laut lepas, dan besar kemungkinan Penyu yang mati tersebut sedang dalam proses untuk bertelur sehingga berada di pinggir pantai. Di mana Penyu akan bertelur di tempat biasa ia bertelur.

“Kemungkinan Penyu ini dalam bulan-bulan terakhir ini dalam proses ingin bertelur, ketika tiba di pinggir tempat di mana dia biasa nelur, pasti dia kembali bertelur,” terangnya.

Senada, Koordinator Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bengkulu, Kelvin Aldo mendesak gubernur untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Dirinya tidak ingin ada korban jiwa lagi, "12 penyu sudah cukup. Jangan lagi ditambah manusia," kata Kelvin. (Bisri)