KAMPANYE KURVA LANDAI: BERDAMAI ATAU GEGABAH?

Arie Vatresia PhD

Oleh: Arie Vatresia, PhD

Pemerintah telah mengklaim bahwa Jakarta, pusat penyebaran COVID-19, telah meratakan kurva dan mengalami penurunan yang signifikan dalam kasus-kasus covid19 yang baru, Pemerintah berharap dapat mengakhiri wabah nasional pada bulan Juli. Hal ini tentu bertentangan dengan data yang dirilis real time pada media-media yang merekam data covid perhari.

GRAFIK

Pada grafik 1 bisa kita lihat bagaimana perkembangan kasud covid 19 di Indonesia. Pembacaan grafik yang gegabah tanpa adanya tambahan parameter telah membuat pemerintah Indonesia melakukan kebohongan publik dengan mengatakan telah berhasil menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia. Grafik di atas tidak dapat menyimpulkan tentang laju infeksi hatian pada hari sebelumnya.

Artinya, ada parameter lain yang saat ini dikesampingkan oleh pemerintah saat membuat kampanye kurva datar yang menjadi alasan pelonggaran PSBB yang saat ini sedang dilakukan di Indonesia dengan membuka kembali mode transportasi dan kebebasan pergerakan massa. Padahal, sampai saat ini pemerintah belum mempublikasikan bagaimana rata-rata laju pemeriksaan laboratorium yang saat ini dikerahkan pada 39 laboratorium untuk penangan covid-19. Grafik ke-2 menjelaskan bagaimana seharusnya pemerintah melihat bentukan kurva yang yang harusnya menjadi dasar kebijakan pemerintahan untuk pelonggaran PSBB di Jakarta.
 

GARFIK

Grafik di atas merupakan salah satu contoh penggambaran kurva pandemic yang dilakukan oleh Vietnam dan Cina dalam mengukur penyebaran pandemic di daerahnya. Tentu saja, satu daerah dengan daerah yang lain memiliki kurva yang berbeda dengan daerah lain dan tidak dapat disamakan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia telah salah menilai grafik harian sebagai grafik dasar pembuatan kebijakan yang tidak berdasarkan riset dan pendapat ahli kesehatan dan pandemic. Hal ini diperkuat dengan pernyataan media riset di UK yang mengatakan bahwa sampai saat ini Indonesia belum memiliki kurva standar dalam mengukur penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kampanye kurva landai yang saat ini dikampanyekan oleh pemerintah Indonesia merupakan hal yang gegabah tanpa memperhitungkan factor resiko meledaknya pandemic covid-19 di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang menjadi tempat tujuan mudik dan pulang kampung yang dilakukan masyarakat di tengah musim lebaran saat ini.

Di Bengkulu sendiri, dapat kita lihat bahwa penambahan pasien terjangkit Covid-19 masih terus meningkat dan belum ada data kesembuhan yang signifikan pada Grafik 3.

3
Dengan melihat grafik 3 ini, sudah merupakan suatu kepastian bahwa kebijakan pemerintah saat ini tidaklah pro terhadap kesejahteraan dan keberlangsungan hidup rakyatnya. Kebijakan pemerintah saat ini merupakan kebijakan yang gegabah dan lebih terhimpit karena desakan ekonomi dan kepentingan para pemilik modal. Hal ini tidak lain dan tidak bukan merupakan hasil dari ketidaksiapan sistem pemirintahan kapitalis pada penaganan kasus pandemic yang terjadi secara massive di seluruh dunia. Kebijakan yang setengah-setengah ini telah mengorbankan dan mempertaruhkan nyawa ratusan jiwa penduduk Indonesia di atas kepentingan ekonomi.

Lebih jauh lagi, pemerintah seolah tidak mengindahkan pengorbanan tenaga kesehatan dan tim medis yang saat ini tengah berjuang menyelamatkan nyawa para korban pandemi dengan taruhan nyawa. Tidak heran belakangan terpapar data bawu yang mengindikasikan bahwa kasus positif Corona di dominasi oleh tenaga kesehatan karena minimnya kewaspadaan masyarakat dan pemerintah dalam menangani kasus ini.  Tagar Indonesia terserah pun mendominasi trending topic netizan sebagai bentuk protes kondisi penuhnya bandar udara international dan nasional yang didominasi oleh manusia yang memiliki keawaman berfikir dan kurang memperhitungkan risiko.
Sistem kapitalis telah menjadikan negara berlepas tangan dari tanggung jawabnya memelihara urusan masyarakat. Berbeda dengan sistem Islam ketika menghadapi wabah. Solusi Islam dalam mengatasi wabah tidak bisa dilepaskan dari komprehensivitas ajaran Islam. Dalam Islam, pemimpin harus benar-benar berupaya sekuat tenaga mencurahkan segala potensi yang ada. Tampilnya seorang pemimpin dalam ikhtiar penyelesaian wabah merupakan bagian dari amanah Allah swt yang akan dipertanggungjawabkan.

Substansi dasar Islam adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Birokrasi dan administrasi hanyalah sebagai tools sehingga masalah-masalah teknis dapat berjalan dengan baik. Karena hanya masalah tools, maka ajaran Islam dalam urusan birokrasi dan administrasi sangat fleksibel, sehingga untuk menangani wabah atau yang lainnya dapat dikerjakan dengan sangat cepat. Penyerahan penangan wabah kepada ahlinya tentunya akan lebih jauh berdampak terhadap kebijakan dibandingkan dengan kuatnya pengaruh pemegang saham terhadap kebijakan pemerintah. Islam bukan hanya agama ritual, Islam telah menawarkan solusi komprehensif penanganan masalah manusia di bumi dan langit. Dengan pemimpin yang amanah dan mekanisme anggaran yang fleksibel dan cepat dalam penanganan masalah, maka sistem Islam akan mampu mengatasi wabah. 
Wallahualam bi showab.