KAMI Tidak Mendapatkan Dukungan Masyarakat

ilustrasi

Oleh : Muhammad Zaki )*

Segelintir orang yang selama ini selalu mengkritik Pemerintah mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Masyarakat pun tidak mendukung kelahiran organisasi tersebut karena hanya memperkeruh situasi politik dan energi bangsa yang saat ini fokus menangani Covid-19.

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menilai bahwa Indonesia akan colapse jika tidak ada aksi penyelamatan. Namun apa benar jika mereka ingin menyelamatkan Indonesia? atau karena mereka ingin menggalang dukungan karena terlanjur sakit hati atas hasil Pilpres 2019 lalu.

Muhammad Kapitra Ampera selaku ahli hukum Indonesia menilai bahwa pembentukan KAMI sarat akan kepentingan politis. Tuntutan dan juga aksi yang akan dilakukannya juga dianggap tidak jelas. Pasalnya saat ini Indonesia secara pemerintahan cukup baik. Bahkan dirinya melihat adanya perbaikan ekonomi yang ambruk akibat pandemi covid-19.

            Kapitra menilai bahwa KAMI memiliki tujuan dan maksud lain terkait dengan misi penyelamatannya. Deklarasi mereka untuk menyelamatkan Indonesia masih perlu dipertanyakan, apakah mereka ingin menyelamatkan bangsa dari keterpurukan atau karena keinginannya mendapatkan panggung politis.

            Sebagai oposisi swasta tentu wajar jika mereka terus berupaya merongrong pemerintah dengan berbagai cara dan dengan berbagai wadah organisasi. Jika memang kelompok tersebut sarat akan muatan politis, maka deklarasi tersebut tentu tidaklah terhormat.

            Direktur Eksekutif Political Institute, Risat Sanger, menyatakan bahwa pemerintah perlu mendapat dukungan yang kuat dari semua elemen masyarakat dalam mengatasi covid-19. Namun sayangnya terdapat beberapa kelompok tertentu yang justru membuat upaya pemerintah seolah-olah dijegal. Padahal seluruh pemerintahan di berbagai negara sedang bekerja keras menekan dampak buruk pandemi covid-19 tersebut.

            Ari Junaedi selaku pengamat komunikasi politik justru mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Rocky Gerung Cs. Ia mempertanyakan apa urgensi mendesak atas dilaksanakannya deklarasi KAMI dengan kondisi bangsa yang tengah melawan pandemi covid-19. Dirinya menilai justru lebih baik jika energi para deklarator KAMI digunakan untuk aksi nyata kemanusiaan.

            Staf Dosen di Universitas Indonesia (UI) ini merasa khawatir, keberadaan KAMI hanya akan berujung pada pemenuhan aspirasi kelompok orang yang kecewa terhadap pemerintahan Joko Widodo.

            Tentu saja pemerintah memerlukan kritik sebagai masukan untuk mengambil kebijakan strategis. Namun deklarasi yang dilakukan oleh KAMI ditengah krisis ini hanyalah sesuatu yang mubazir di ranah politik, apalagi tidak ada kekuatan parpol dalam deklarasi tersebut.

            Ari mengatakan, deklarasi tersebut ibarat gigitan semut yang tidak berdampak untuk Rezim Jokowi.

            Pada kesempatan berbeda, Pakar Komunikasi Politik Iman Sholeh, M.Si mengatakan aksi yang dilakukan oleh KAMI justru lebih condong kepada sikap kebencian dan gerakan anti pemerintah yang sengaja dimunculkan pada saat pandemi covid-19 berlangsung. Aksi ini dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif yang bertujuan mengganggu kinerja pemerintah dalam upaya penanganan pandemi covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi.

            Iman juga menganjurkan kepada pemerintah agar mengambil sikap atas aksi ini. Terutama jika aksi tersebut hanya memprovokasi massa dan memberikan kritik tanpa solusi. Karena hal tersebut justru hanya mengganggu kinerja pemerintah.

            Sementara untuk masyarakat awam, dirinya meyakini bahwa mayoritas masyarakat sudah paham dan mengerti apa tujuan aksi yang dilakukan oleh KAMI.

            Mereka semata-mata ingin muncul dalam panggung politik yang dibalut dengan pemikiran yang seolah kritis namun dilatarbelakangi kebenciannya terhadap pemerintah.

            Iman juga menyarankan agar pemerintah dapat memberikan pemahaman-pemahaman positif terhadap apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah, baik dalam tentang kemajuan pembangunan meupun penanganan pandemi covid-19, sehingga masyarakat paham atas apa yang sudah dilakukan pemerintah hingga saat ini.     

            Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro menduga bahwa hadirnya KAMI juga bertujuan untuk menyelamatkan aset keluarga Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto atau Keluarga Cendana.

            Dia mengatakan, berkumpulnya pengikut orde baru dalam KAMI karena merasa terganggu dengan pemerintahan dibawah Presiden Joko Widodo.

            Ia juga menyinggung niatan keluarga cendana yang kerap membangun partai politik untuk membuat gerakan anti Jokowi. Kendati demikian, ia memandang bahwa partai yang dibangun tersebut tak kunjung merebut simpati masyarakat.

            Meski KAMI diusung oleh tokoh nasional hingga akademisi yang sering muncul di layar kaca, pemerintahan Jokowi sudah terlalu kuat, sehingga tidak perlu takut dengan kehadiran koalisi tersebut. Apalagi tidak banyak masyarakat yang mendukung KAMI.

)* Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini