Kaganga Institute Gelar Webinar Bertajuk Sejarah Jalur Emas di Lebong

Webinar

Bengkulu, Bengkulutoday.Com - Kaganga merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang penelitian, pelestarian dan pengembangan sejarah dan budaya Bengkulu. Sabtu 23 Januari 2021 mengadakan kegiatan webinar mengangkat tema, Mengenal Jalur Emas Lebong (Bengkulu) untuk Hindarkan Karat pada Sejarah Bangsa, webinar berlangung dari pukul 14:00 hingga 17:00 WIB.

Kegiatan webinar, mendatangkan narasumber, yakni Ahmad Kenedy SH MH sebagai salah satu Dewan Pembina Kaganga Institute, Lia Nuralia, M Hum dari Balai Arkeologi Jawa Barat, Gerard de Graaf dari Belanda, dan Siti Rahmana, MA dari Kaganga Institite dan juga webinar 75  peserta webinar, yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pejabat pemerintahan, peneliti dan akademisi. 

Dari kalangan akademisi, turut hadir Arkeolog Universitas Indonesia Prof Cecep Eka Permana dan Dr. Retno Purwanti dari Balai Arkeologi Palembang serta beberapa peneliti dari BPNB Sumatera Barat. 

Dalam sambutannya, Gaya Mentari M.Hum sebagai ketua pelaksana kegiatan menyampaikan, bahwa Webinar ini dilakukan sebagai salah satu upaya  untuk memperkenalkan kembali sejarah bangsa, khususnya sejarah Bengkulu. 

"Bengkulu memiliki banyak peninggalan bersejarah, termasuk salah satunya adalah Jalur Emas di Lebong dan tentunya pelestarian sejarah sangatlah penting untuk kita lakukan", tambahnya.

"Apresiasi atas terselenggaranya webinar ini, karena memang Bengkulu ini memiliki banyak warisan sejarah yang perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas,  dan kepada para peserta yang mengikuti agenda ini diharapkan kedepan dapat secara aktif melakukan kajian dan bisa memberikan rekomendasi kepada para pengambil kebijakan dalam memajukan bidang sejarah dan budaya," ujar Ahmad Kenedy.


Lia Nuralia dari Balai Arkeologi Jabar sebagai narasumber menyampaikan materi, yang berjudul, "Mengenal dan Memahami Warisan Industri Masa Kolonial di Sumatera bagian Selatan dan Jawa Barat". Meskipun membahas peninggalan Industri secara umum, namun Lia yang juga pernah bekerja pada BPNB Sumatera Barat memiliki banyak pengalaman riset tentang Bengkulu, khususnya pembangunan kolonial di Lebong.

Dalam penyajiannya Lia menagatakan bahwa warisan industri kolonial, terutama berupa bangunan, seperti rumah dan gedung, merupakan salah satu sumber sejarah yang bisa memberikan banyak informasi kepada generasi sekarang dan mendatang. Tidak hanya itu, warisan tersebut juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.

Siti Rahmana, salah satu peneliti muda yang juga merupakan founder Kaganga Institute. Memaparkan hasil penelitiannya tentang Jalur Emas di Lebong, khususnya pada periode akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Berdasarkan hasil kajiannya, diperoleh informasi bahwa eksplorasi emas di Lebong dimulai pada tahun 1896 dan mengalami puncaknya pada tahun 1920-an dimana Bengkulu menyumbang sebanyak 2/3 dari total ekspor emas di Hindia Belanda. Tidak hanya itu, Siti juga mengulas berbagai sisi menarik dari pertambangan emas di lebong di masa lalu, seperti buruh tambang (kuli), produksi dan distribusi.

Dari sisi lain, Een Syaputra M Pd, selaku ketua umum Komunitas menyampaikan, jalur emas di Lebong mempunyai nilai historis yang sangat luar biasa. Jadi kita berharap agar situs tersebut bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat," jelasnya. (Wulan)